DELAPAN BELAS: Kecewa
Ustadz Safar duduk diam di ruang keluarga. Sofa beludru empuk warna coklat itu mestinya membuatnya nyaman. Namun beliau merasa seperti sedang menduduki batubara. Hal itu membuat raut wajah tuanya semakin mengerut. Dan kakinya nampak kejang menginjak karpet tebal, di mana terdapat Munaf yang nampak gemetar sambil berlutut, di dampingi Rugayah yang sesengukan menangis.
Sementara dari sudut lain nampak Mintarsih sedang menangis bersama Jumirah. Meraung dan tak berhenti mengucapkan kalimat-kalimat penuh rasa kecewa.
"Semua ini karena salah pelacur itu!" Mintarsih berteriak sekuat tenaga, menyeruak hingga bergema ke seluruh rumah besar itu.
"Mintarsih!" bentak Ustadz Safar. Membuat anaknya itu mendadak terdiam ketakutan. Seperti Munaf, kini dia mulai ikut-ikutan berlutut, meski tangannya masih memegangi kaki ibunya yang duduk lemas di kursi.
"Jaga bicaramu! Inikah akhlakmu setelah keluar dari pondok? Bertahun-tahun belajar di sana ternyata tidak ada hasilnya. Bikin malu Ayahmu saja!" Ustadz Safar nampak melotot ke arah anaknya.
"Tetapi wanita itu sudah merusak rumah tanggaku, Ayah..."
"Wanita itu kini sudah hamil 4 bulan. Sementara kau baru menikah 2 bulan lebih dengan Musraf. Jadi dia lebih dulu mengenal Musraf darimu. Mereka sudah berzina sebelum kalian bertemu. Jadi kalau mau disalahkan itu adalah dia!" teriak Ustadz Safar sambil menunjuk Munaf.
"Ampunkan saya, Ustadz..." Munaf makin gemetaran dan mulai menangis.
"Tega sekali kau membohongi kami semua, Munaf. Saya bantu hidupmu dan adikmu, bukan untuk menghancurkan hidup anak perempuan kami!"
"Saat itu saya tidak tahu kalau wanita itu sudah hamil, Ustadz"
"Tapi kau kan tahu jika mereka sudah berzina? Apalagi yang akan kau katakan! Semua warga bawah jembatan dan kampung dekat rel kereta bicara semua. Apa kau tidak malu melakukan itu?"
"Ustadz, Musraf dulunya pemuda yang baik. Wanita itu yang menggodanya..."
Ustadz Safar membuang muka,"Jika dia pemuda yang baik, tidak mungkin bisa berzina. Mungkin memang dasar bibitnya tidak bagus. Kau dulu bilang almarhumah adik perempuanmu hamil karena diperkosa kan? Lalu kau masuk penjara karena nyaris membunuh pria yang menghamilinya? Bukti yang saya dapatkan berbeda. Ternyata mereka suka sama suka. Jadi Musraf meniru kakaknya!"
Munaf jatuh tersungkur menyembah kaki Ustadz Safar. Dia merasa hidupnya telah berakhir. Dibongkar kebohongannya selama ini di depan semua orang, termasuk istrinya yang susah payah dia dapatkan.
Tak mudah meraih cinta Rugayah, guru mengaji, seorang Hafidzah pula. Tetapi karena kedekatan Munaf pada Ustadz Safar sahabat Abahnya Rugayah, pernikahan mereka bisa terjadi.
Ustadz Safar awalnya simpati dengan Munaf dan Musraf yang rutin mengikuti kajiannya. Terkagum dengan usaha kakak beradik itu membangun musholah di koloni bawah jembatan, meski tempat itu malah dihancurkan preman.
Keduanya lalu diberikan modal, agar makin lancar berdagang kain sarung di pasar. Munaf memang awalnya mengincar Mintarsih, anak sulung Ustadz Safar. Tetapi Ustadz itu malah lebih setuju jika anaknya berjodoh dengan Musraf, karena pemuda itu seorang Hafizd, hasil pendidikan di pondok. Suaranya merdu saat jadi muadzin, ataupun melantunkan ayat suci. Beda dengan Munaf.
"Tapi Musraf dan dik Mintarsih belum pernah bertemu, Ustadz" kata Munaf waktu itu.
"Musraf itu tampan dan penghafal Al Qur'an, perempuan mana yang tidak tertarik?"
Merasa gagal jadi menantu Ustadz Safar, akhirnya Munaf melemparkan pilihan ke Rugayah. Sebelum bercadar, Munaf pernah melihat wajahnya. Cantik juga, cuma usianya jauh lebih tua dari Munaf. Rugayah agak pemilih soal suami. Munaf sebenarnya bukan standar pria yang dia inginkan. Cuma karena Munaf dekat dengan Ustadz Safar, maka Rugayah menerima lamarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...