Lorong Hati (Bag. 24)

4.6K 174 32
                                    

BAB 24: Lorong Hati

"Nenek sudah makan?" tanya Michael, ketika melihat Nek Sur menunggui Sha yang tertidur di ranjangnya.

Michael meminta Dito menyiapkan kamar VIP, perawat jaga khusus, serta jaminan makan dan kebutuhan untuk Sha dan Nek Sur. Dito tak bakal membantah perintah orang yang masih memiliki 50 persen dari saham Nata Hospital itu. Dia juga tak punya pilihan.

"Michael, mengapa orang memanggilmu Dokter? Bukankah kerjamu di bengkel?" tanya Nek Sur, sambil meletakkan roti yang baru separuh dimakannya.

Michael tersenyum,"Dulu saya pernah bekerja sebagai dokter di sini, Nek"

"Wah, hebat sekali. Bisa jadi dokter, bisa juga benerin mobil"

Michael cuma tertawa pelan, sambil melirik Sha. Usai operasi, Michael menemui kakak-kakaknya. Kemudian dia memutuskan kembali ke apartemennya. Dia minta Dito menjelaskan banyak hal tentang operasi itu pada Sha. Meski Dito sempat menolak.

"Anda Dokter Bedahnya, Dok. Seharusnya Anda..."

"Tidak, jangan saya. Pasien itu, sedang  bermasalah dengan saya. Saya khawatir dia tambah shock nanti, ketika sadar malah bertemu saya. Saya akan kembali besok...."

Pagi ini, perawat jaga mengatakan telah membantu memapah Sha untuk belajar melangkah di sekitar ruangan agar meminimalisir efek kemungkinan gangguan aliran darah pada kaki. Setelah makan, katanya Sha kembali tertidur.

"Nenek sudah beritahu pada Sha, kalau yang bantuin bayar rumah sakit ini Michael. Biar Murni tidak kepikiran..." kata Nek Sur lugu.

"Dia menanyakan saya, Nek?"

"Iya. Tapi kemudian menangis. Aduh, Murni mungkin ingat anaknya yang mati..."

Michael mengangguk. Dia juga sedih mengenang wajah bayi cantik yang telah membiru itu.

"Michael, Nenek mau beli es. Haus. Bisa tolong jaga Murni sebentar?"

"Iya, Nek. Nenek tahu kantin rumah sakit?"

"Tadi kata perawat di lantai satu. Nenek mau minum yang dingin-dingin. Kayak Teh Sisri gula batu plastikan..."

"Tak ada minuman begitu di kantin sini. Nih, Nenek pesan aja apapun makanan dan minuman di sana...." kata Michael, sambil menyerahkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

Ketika Nek Sur pergi, Michael duduk di samping ranjang Sha. Terdiam, sambil memandangi wujud perempuan cantik itu. Wajahnya kini tak sepucat kemarin, cuma masih terlihat layu.

Semalaman, Michael sulit tidur. Dia masih memikirkan masalahnya. Ucapan Kak Meiske membuatnya gelisah. Saat mandi, Michael mencoba memeriksa kelaminnya. Bersih. Tak ada bisul atau jerawat, juga tidak gatal, serta tidak mengeluarkan lendir encer. Dia juga merasa tetap fit, tidak pernah demam atau sakit di bagian kemaluan.

Artinya dia tidak memiliki gejala kencing nanah. Tetapi bagaimana dengan kemungkinan HIV/AIDS? Itu yang butuh pemeriksaan. Pikirannya kacau. Bagaimana jika dia tertular dari Sha?

"Mengapa kau menyelamatkanku?"

Michael tersentak. Dia kaget ketika melihat Sha terbangun.

"Murni, kamu baik-baik saja?"

"Setelah apa yang kulakukan padamu, mengapa kau masih ingin menolongku?"

"Apa itu salah?"

"Apa kau juga menganggap aku telah membunuh Pamanmu?"

Michael terbahak. Akhirnya dia bisa sedikit senang hari itu. Dia bersyukur masalah kesalahpahaman itu dapat segera diluruskan.

"Jadi itu yang membuatmu kabur dariku? Asal kau tahu, Pamanku mati ditembak di dalam mobilnya. Namanya Nataprawirya. Bukan Bos Sabun yang berkencan denganmu!"

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang