EMPAT: RUMAH BAMBU
"Kau bilang akan ke Maldives dengan Bos Kapal? Mengapa malah sibuk dengan kakek tua pendiri pabrik sabun?"
Suara Ivone di seberang sana terdengar panik. Sha tertawa ngikik, dia merasa senang membuat Ivone penasaran. Dengan santai dia melempar kimono, lalu berendam di dalam bath up yang penuh busa air hangat.
"Tenang, Mom. Acara di Maldives mundur. Jadi kita main-main ular keket dulu semingguan. Lumayan dapat apartemen satu"
"Aduh... Sha. Kamu tidak sedang main dua ular di kandang yang sama kan? Dua-duanya kakap, lho. Gampang tercium kalau diajak selingkuhan"
"Bos Kapal itu tak pernah serius, Mom. Dia kadang cuma butuh teman plesiran sesekali. Aku dengan siapapun dia juga tak peduli. Beda dengan Bos Sabun, dia mulai jatuh hati sepertinya..."
"Jadi kau akan campakkan Bos Kapal?"
"Ya, begitulah. Aku cari yang lancar membagi aset. Bukan cuma sekedar shopping doang"
"Apa rencanamu kini?"
"Mungkin mulai berpikir untuk pensiun, jika Bos Sabun itu mati dan semua yang kuinginkan darinya bisa kuraih..."
"Pensiun sekarang juga kau sudah cukup kaya. Ayo, sudahi berselancar mengeruk harta. Coba nikmati masa mudamu. Sebentar lagi kau akan di wisuda. Apa tidak berminat untuk mendirikan usaha? Buka lahan bisnislah"
"Cuma bisnis lendir yang aku tahu"
Ivone tertawa serak,"Coba bisnis lain lah! Atau... apa kau tidak ingin menikah?"
"Mungkin, jika Bos sabun melamar. Biarlah jadi piaraan resmi, sambil panen aset"
"Maksud Mom, dengan pria baik-baik yang kau cinta. Jangan hidup seperti aku yang tak punya pilihan banyak selain cuma membahagiakan orang lain. Kau juga butuh bahagia, Sha"
Sha terdiam. Dia mulai kurang menyukai arah pembicaraan itu. Maka dengan hati-hati dia menyudahinya, beralasan ingin mandi. Ponsel diletakkannya di atas kimono tepat di samping bath up, lalu mulai membenamkan tubuh hingga leher.
Apa yang dipikirkan orang tentang siklus hidup wanita? Lahir, melayani pria, beranak? Itukah?
Sha memejamkan matanya. Dia tak menyukai siklus yang terakhir itu: punya anak!
Dia trauma saat mengenang ibunya yang liar menyeret anak-anak gadisnya untuk dijual keperawanannya. Sha takut mewarisi bakat iblis ibunya. Dia juga takut bakal melahirkan anak-anak perempuan cantik hanya untuk menambah stok lonte ataupun gundik.
"Aku pelacur, anakku pasti meniru. Buat apa menambah catatan dosa dunia?"
Itulah pemikiran Sha. Lonte tak bakal melahirkan anak-anak sempurna. Meski jauh si lubuk hatinya dia merindukan sebuah rumah sederhana, tempat dia bisa menemukan pria istimewa dan anak-anak memesona.
Rumah bilik bambu kecil tempat dia bergelut setiap malam di atas kasur tipis dengan pria yang sudi menerima masa lalunya. Pria yang selalu menggandengnya ke tempat wudhu, selalu tersenyum menikmati masakannya, dan selalu tertawa bahagia saat melihatnya mulai menetaskan bayi-bayi mungil hasil cinta mereka.
Sha sekarang banyak memiliki rumah. Tetapi tak ada yang disukainya. Tak ada yang bisa membuatnya memiliki alasan untuk pulang. Semua seperti sekedar koleksi. Tidak lebih. Hidupnya malah lebih sering dihabiskan di hotel-hotel atau apartemen mewah, yang memiliki ranjang empuk tempat dia bisa bekerja.
Tapi cinta untuk memulai membangun rumah sebenarnya itu tak permah ada. Sha tak pernah lagi jatuh cinta. Dia pernah merasakan itu saat bersama Fernan, sebelum pemuda itu mati mengenaskan. Hanya sekali itu. Dan Sha takut untuk memulai.
Ponsel kembali berbunyi, menyentakkan lamunan Sha. Dia lalu bangkit dan tergagap meraihnya. Sempat dikiranya Ivone kembali menggodanya soal hijrah menjadi wanita agak baik dengan menikahi pria yang bisa membawanya ke kehidupan normal. Namun jantung Sha seakan putus, ketika ternyata yang menelponnya adalah polisi.
"Kami melacak nomor terakhir yang dihubungi korban. Saat ini jenazahnya sudah..."
Kalimat itulah yang masih jelas di dengarnya. Sha mendadak menjerit histeris. Pria tua yang tadi dibuatnya mabuk kepayang di atas ranjang, malah dikabarkan tewas tabrakan di jalan.
Sha seperti orang kebingungan. Apa yang harus dia lakukan? Mereka baru berkencan beberapa lama, dan Sha baru sukses merampas apartemennya hari ini. Lalu pria itu mati? Ini kasus pertama dalam hidupnya.
Biasanya, hubungan terlarangnya baru berakhir jika terjadi kebosanan. Bukan kematian.
Dan kasus ini akan menjadi sangat buruk. Bos Sabun bukan pria biasa. Orang akan tahu siapa dia setelah mengindentifikasi mayatnya. Dan polisi sudah mengantungi nomor ponsel seorang Shakuntala. Ini bakal menjadi berita besar yang mengerikan. Bos Sabun, tewas kecelakaan usai berkencan dengan seorang lonte di apartemen mewahnya!
"Mom, I need you..." Sha menangis sambil gemetaran menggenggam ponselnya. Sementara Ivone di seberang sana mulai ketakutan.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...