BENCI (Bag. 16)

5.9K 191 5
                                    

ENAM BELAS: BENCI

"Murni? Kamu kenapa?" Nek Sur berusaha memperhatikan wajah Murni.

"Dicakar sesama lonte Nek semalam. Untung ada Michael" sahut Sha sambil nyelonong masuk gubuk.

"Apa kabar, Nek? Saya Michael"

Nek Sur terpesona dengan ketampanan dan kepribadian anak muda di depannya. Dia lalu mempersilahkan Michael duduk di lantai kayu berlapis karpet tipis.

"Michael baik, Nek. Aku diselamatkan dari tiga lonte yang mengeroyokku semalam. Aku diobatin, dan dibawa ke apartemennya" kata Sha, sambil menyerahkan segelas air putih pada Michael.

"Wah, kamu baik sekali"

Nek Sur mengangguk hormat pada Michael yang sedang minum. Sementara Sha, tampak bergelendot manja di lengannya.

Semalaman, dia bercinta dengan Michael. Tanpa cinta. Tetapi Sha sangat merasa nyaman. Michael memperlakukannya dengan baik. Bahkan untuk posisi bercinta, dia meminta pendapat Sha terlebih dahulu. Dia sangat khawatir dengan kehamilan Sha itu, dia takut keguguran. Sikap lembut Michael membuatnya merasa mendapatkan kehormatan. Dia bahkan memeluknya sepanjang malam.

Bangun pagi bersama, Michael sudah menyiapkan sarapan pagi. Mereka makan sambil tertawa di bawah sinar matahari balkon yang menyajikan pemandangan kota. Lalu berbagi bath up bersama, rebutan bermain busa sabun.

"Aku tidak bisa jatuh cinta. Aku bukan pria baik, sejujurnya aku hanya mengejar urusan seksual. Kadang dengan siapapun yang kutemui, baik hubungan singkat atau jangka panjang. Intinya cuma soal ranjang" bisik Michael, sambil mengusap pundak Sha yang duduk di atas pahanya. Busa-busa sabun mendadak bertebaran begitu indah.

"Aku tak butuh kau nikahi. Aku juga tidak ingin uangmu. Aku hanya ingin kau ada jika aku butuh..."

Michael mencium rambut Sha dengan gemas. Dia merasa mulai menyukai perempuan itu, meski dia cuma lonte dan sedang berperut buncit pula. Semalaman Sha menangis memeluknya, bercerita tentang Musraf yang meninggalkannya begitu saja. Entah mengapa, Michael merasa kasihan.

Kini, di gubuk kecil Nek Sur, Michael lebih sedih lagi. Dia merasa perempuan secantik Sha, tidak seharusnya tidur di tempat seperti itu.

"Kalian tinggal di tempat lain saja. Nanti aku kontrakan rumah selama dua tahun. Jangan menjual diri lagi, Murni. Aku akan menanggung biaya hidupmu, Nek Sur dan anakmu nanti"

Sha mendongak, memandangi wajah Michael. Nek Sur juga nyaris kejang mendengarnya.

"Aku bukan orang kaya. Tapi kalau sekedar mengontrakkan rumah setahun, atau dua tahun...aku masih bisa"

Tak ada waktu untuk menolak. Hari itu juga, Michael mencarikan rumah untuk Sha dan Nek Sur. Kebetulan ada temannya ada yang memiliki rumah untuk disewa, lengkap dengan perabotan ala kadarnya. Michael langsung membayarnya selama 2 tahun.

"Ini rumah bagus sekali..." kata Nek Sur, sambil membelai setiap sudut dinding rumah. Berpuluh tahun hidup di jalanan, rumah apapun baginya adalah bentuk kemewahan. Meski sebuah rumah kecil sederhana.

Ada 2 kamar tidur yang masing-masing memiliki TV dan kamar mandi. Satu untuk, Sha. Sementara satu lagi untuk Nek Sur. Sebuah ruang tamu dengan sofa kembang-kembang menghadap taman penuh bunga mawar. Sementara di bagian belakang ada dapur dengan ruang makan dengan meja dan kursi kayu. Terdapat kulkas pada ujungnya, membuat Nek Sur makin sumringah.

Dia ingin berterima kasih pada Michael, tetapi anak muda itu sedang berkurung di dalam kamar Sha. Terdengar desahan Sha dari dalam sana, membuat Nek Sur bergerak mundur. Dia lalu masuk ke kamarnya, menikmati ranjang empuk.

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang