BAB 28: RUANG
Ustadz Safar menyentuh lengan Munaf yang terjuntai di ranjang, membuat pria itu tersentak, lalu bergerak mundur dalam pembaringan. Rugayah buru-buru mendekati, namun tidak berani menyentuh. Mereka bukan muhrim kini.
Munaf kembali memandang kosong. Dia diam. Seakan tak melihat apapun lagi. Saat Rugayah masih setia berada di sampingnya, Ustadz Safar bergerak menjauh untuk mencari dokter. Saat itulah di seberang koridor, dia melihat sepasang anak muda tampak berjalan mesra. Berpelukan erat, seakan lupa jika itu rumah sakit. Sebab mereka tidak nampak seperti orang gila. Seorang pria muda tampak memegang buntalan kain, dan si wanita lengket memeluk pinggangnya.
Hampir saja Ustadz Safar berlari untuk memukul pria itu, jika saja dia tidak punya kesabaran. Perlahan, dia mengikuti arah kedua sejoli itu. Mereka tampak terus bercakap mesra menuju salah satu ruang pasien wanita. Ustadz Safar tidak dapat bergerak lincah untuk terus mengintai, karena banyak dokter dan petugas kesehatan berlalu lalang. Namun dia bisa melihat jelas wujud pasien yang dituju kedua sejoli itu. Seorang wanita tua.
Ustadz Safar lalu buru-buru kembali ke ruangan Munaf. Di sana ternyata ada dokter yang sedang berbincang dengan Rugayah.
"Skizofrenia, Ustadz. Inilah yang sedang dialami Pak Munaf..." kata seorang Dokter wanita kepada Ustadz Safar.
"Bisa sembuh, Dok?"
"Insha Allah, Ustadz"
"Alhamdulilah"
"Banyak keajaiban, Ustadz. Di rumah sakit ini. Jangankan sembuh. Dapat jodoh juga bisa"
Ustadz Safar dan Rugayah langsung tertawa.
"Saya serius, Ustadz. Banyak pasien yang berjodoh. Bahkan yang rajin besuk pasien juga. Itu, adiknya Pak Munaf yang bujangan itu. Kan sekarang malah dekat dengan anak salah satu pasien kita.
Ustadz Safar dan Rugayah saling berpandangan, sebelum berteriak kompak. "Adik Munaf yang mana?"
"Itu, Mas Musraf. Dia yang sedang dekat dengan Mbak Ipey anak Bu Suzie pasien kita. Berkat rajin membesuk abangnya Pak Munaf..."
Ustadz Safar kembali saling berpandangan dengan Rugayah. Jika tidak mengingat riwayat Musraf selama ini yang banyak berurusan dengan wanita, pasti mereka akan kompak jantungan. Namun keduanya sudah seakan tak merasa heran lagi.
"Sudah lama mereka dekat?" tanya Ustadz Safar, mencoba untuk tetap tenang.
"Sepertinya sejak Mas Musraf sering besuk Pak Munaf. Saya kenal dekat dengan Mbak Ipey, sejak ibunya dirawat di rumah sakit ini 3 tahun lalu. Waduh, beruntung sekali Mas Musraf. Cuma dagang sarung keliling, tapi bisa dapat dokter..."
"Dokter?!" Ustadz Safar dan Rugayah nyaris berteriak.
"Ya, Dokter. Tapi bukan dokter jiwa, kerja di rumah sakit umum. Coba saja tanya Mas Musraf. Kisah cinta mereka ini layak jadi novel, terus difilmkan. Pasti seru. Orang di RSJ ini saja sampai heboh. Soalnya ada dokter muda disini juga yang suka sama Dokter Ipey, tapi dia malah kepincut Mas Musraf...."
Rugayah langsung mendekap mulutnya dengan kedua tangan. Sementara Ustadz Safar segera bergegas ke luar ruangan itu tanpa pamit. Langkahnya begitu tergesa, mencoba kembali ke ruangan pasien wanita tadi. Tetapi di sana, Musraf tak lagi terlihat.
"Barusan pergi dengan Dokter Ipey. Entah kemana. Mereka cuma membawakan makanan untuk Bu Suzie. Cuma Bu Suzie malah ngantuk tadi. Jadi mereka pergi" kata seorang petugas sambil menunjuk Bu Suzie yang tampak tertidur di ranjang.
"Siapa dia, Mbak?" tanya Ustadz Safar pada petugas itu.
"Ibunya Dokter Ipey"
"Dimana Dokter Ipey tinggal ya? Soalnya saya ada keperluan penting dengan Musraf. Soal abangnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...