Musraf dan Mintarsih (Bag. 11)

7.7K 207 24
                                    

11: Musraf dan Mintarsih

Beruntung, menstruasi kali ini hanya berlangsung 3 hari. Sehingga Sha dan Musraf bisa bebas berhubungan seksual tanpa terganggu darah lengket kental.

"Aku ingin menikmati tubuhmu setiap hari" bisik Musraf, saat mereka kembali melepaskan hasrat di tenda Nek Sur.

Musraf kini pintar membagi waktu bercinta. Dia tidak ingin sakit lagi karena bergumul di sungai jelang shubuh. Khawatir pula jika Munaf mencurigai mengapa adiknya tidak ingin jadi muadzin lagi. Sebab itu, malam-malam usai sholat isya, mereka kerap bertemu di tenda. Bergumul sesuka, mengusir Nek Sur yang terpaksa harus berjam-jam nongkrong di warteg Suparmi.

"Kamu habis mens, Murni. Tidak suntik KB dulu ke dokter? Bahaya jika hamil. Nenek lihat kau berhubungan seks dengan Musraf setiap malam"

Sha tertawa,"Kalaupun hamil juga, kan ada Musraf"

"Kau yakin dia mau menikahi?"

"Dia kan rajin sholat, juga rajin mengaji. Hafal Al Quran lagi. Musraf pria baik, Nek"

Nek Sur tersenyum pahit,"Pria baik tidak meniduri lonte, Mur"

"Tetapi aku kekasihnya, Nek. Dan aku sudah tidak menjual diri...."

"Namun kau masih melayani pria-pria lain disini juga"

"Itu kan terpaksa"

Sha tampak cemberut. Dia memang tak bisa menolak untuk melayani kebutuhan biologis pria-pria warga bawah jembatan. Tetapi itu terjadi hanya saat siang dan sore, ketika Musraf sibuk berdagang kain. Tidak malam.

Karena malam hari,  adalah milik Musraf. Pemuda itu telah merubah tenda menjadi gubuk. Memasang kayu-kayu dan lapisan tripleks cukup kuat, serta membuat sebuah pintu yang dapat rapat dikunci. Tak ada lagi pria yang bebas nyelonong masuk untuk bebas meniduri Sha. Semua malam hanya bebas dimiliki Musraf saja.

Meski Sha terkadang masih tak mampu menolak pria-pria lain, tetapi gairahnya hanya untuk Musraf. Para preman jalanan yang menyetubuhinya beramai-ramai di tenda kosong, bekas gudang ataupun sungai, dilayaninya dengan terpaksa. Dia melakukan itu agar tetap diterima tinggal di bawah jembatan. Demi bisa terus bersama Musraf.

"Musraf berjanji akan segera menikahi. Dia cuma butuh modal, sedang menabung"

"Uangmu mulai menipis, Mur. Bahaya jika terjadi sesuatu padamu saat ini. Nenek berdoa agar kau tidak mendadak hamil. Entah mengapa Nenek ragu dengan Musraf. Dia bukan  pria yang seperti Nenek pikirkan dulu. Tidak sebaik dan sealim yang dikira"

"Karena dia meniduriku?"

"Ya. Karena jika benar dia pria yang memahami agama, dia tak akan berzina. Murni, buka matamu lebar-lebar. Jangan bermain api saat kau sedang dalam masalah. Nanti akan ada lautan masalah baru yang bisa membuatmu jadi gila"

Tak ada waktu mendengar ceramah Nek Sur, sebab terdengar ketukan di pintu gubuk mereka. Musraf masuk usai dari sholat isya di musholah. Tanpa dikomando, seperti biasa Nek Sur langsung pergi menuju warteg Suparmi. Ngobrol dengan pemilik warung yang genit itu. Membiarkan Musraf dan Sha menikmati hubungan liarnya.

"Jadi yang digenjot Musraf selama ini itu Si Murni?" tanya Suparmi, membuat Nek Sur nyaris tersedak kopi.

"Udahlah, Nek. Aku sudah tahu semua. Murni kan pernah ngelonte di depan gedung tua? Dia itu dibenci lonte lain, karena laris. Di sini dia juga disukai para pria, karena katanya nafsunya gede, segede teteknya. Emang dia siapa sih, Nek? Kok bisa cakep kayak begitu. Musraf yang alim sampe ikut rusak ketagihan menggenjot tubuhnya terus"

"Bisa diam nggak, Parmi?" Nek Sur tampak kesal dengan ucapan pemilik warteg itu.

Perilaku Sha dan Musraf memang sangat meresahkan Nek Sur. Dia khawatir Munaf akan marah besar jika melihat adik yang diharapkannya jadi Ustadz, malah sekarang sibuk meniduri lonte. Sudah berhari-hari ini, kedua sejoli itu cuma memikirkan dirinya sendiri.

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang