MUNAF (Bag. 26)

4.6K 184 43
                                    

BAB 26: MUNAF

"Kau tahu kenapa orangtua kita memberikanmu nama Munaf? Mungkin karena mereka punya firasat, bahwa kau bakal jadi manusia munafik!" kata Musraf, pada pria yang tergolek diam di ranjang rumah sakit jiwa itu.

Munaf tak bergerak. Dia begitu layu dan kurus. Kumal sekali. Matanya menatap kosong. Dokter bercerita, bahwa dia ditemukan petugas Dinas Sosial di jalan dalam keadaan kusut dan telanjang. Baru beberapa hari ini bekas istrinya sering menjenguk Munaf dan membawakan makanan.

Tapi Musraf tak membawakan apapun. Dia merasa sudah cukup baik dengan berusaha datang berkunjung, pada saudaranya yang pernah bertindak kejam padanya itu. Mintarsih sempat memaksanya membawakan kue-kue buatannya untuk Sang Ipar. Namun Musraf malah marah.

"Sudah bagus aku datang tanpa membunuhnya!" teriak Musraf, membuat Mintarsih menunduk.
Dia hanya bisa mengalah pada pria yang sudah membuatnya tergila-gila. Membuatnya mengorbankan apapun, termasuk kehormatan orangtuanya.

Tingkah laku Musraf kerap menjadi gosip miring, membuat perjuangan dakwah Ustadz Safar jadi terganggu.

"Tak usah mendakwahi kami, Ustadz. Nasehati dulu menantu antum itu!" kata sejumlah orang, saat Ustadz Safar tengah berdakwah.

"Kemana suamimu?" tanya Ustadzs Safar, ketika melihat Musraf pergi.

"Membesuk Munaf di RSJ, Ayah"

"Gosip orang mulai ramai, katanya Musraf sekarang ada hubungan dengan biduan. Apa kau tidak selidiki suamimu?"

Mintarsih menggeleng, mengelus perutnya yang sedang menunggu proses kelahiran. Dia tak mau peduli dengan omongan orang. Selama Musraf masih selalu tidur bersamanya setiap malam.

"Kau cuma bisa tertidur sekarang. Baguslah, itu lebih baik. Manusia sepertimu sudah menghancurkan hidup banyak orang!" gerutu Musraf, saat melihat Munaf tertidur lelap.

Tak ada alasan untuk berlama-lama berada disamping abangnya itu. Musraf langsung bergerak meninggalkan ruangan yang penuh ranjang-ranjang besi itu. Sejumlah pasien tampak juga tertidur atau sibuk tertawa sendiri. Musraf tersenyum sinis menyaksikan itu. Dia puas melihat abangnya berada di lingkungan yang menyedihkan.

"Kejar! Kejar Bu Suzie...."

Para Dokter dan petugas rumah sakit berlarian mengejar seorang pasien wanita separuh baya, yang berlarian di sepanjang lorong rumah sakit dengan sapu di tangan. Lalu tiba-tiba wanita tua itu berdiri di depan Musraf, dan langsung melayangkan sapu itu ke arah kepalanya.

"Aduh!" Musraf memegangi kepalanya, merasa kesakitan.

"Mati kau! Semua pria sama saja! Bunuh saja!" teriak wanita itu dengan marah.

"Sudah, sudah! Bu Suzie...ayo, balik ke  kamar ya..." bujuk para dokter. Sementara petugas rumah sakit sibuk memegangi tangannya.

"Tidak mau! Tidak mau!!" teriak wanita yang dipanggil Bu Suzie itu.

"Mamaaaaa!!"

Suara itu begitu terdengar tinggi. Mendadak semua menoleh, termasuk Bu Suzie yang tadi mengamuk. Seorang wanita muda berusia sekitar 30 tahunan tampak berlari mendekati Bu Suzie.

"Ipey!!!"

Keduanya lalu berpelukan. Erat sekali. Seperti lama tak bertemu. Namun tiba-tiba, Bu Suzie berteriak sambil menunjuk Musraf.

"Ipey, ini ada pria tampan. Bunuh aja! Mereka jahat semua kan? Kerjanya cuma meniduri wanita, buat bunting, terus kabur! Anak tidak diurus! Bunuh saja, Pey! Bunuh!"

Sebelum Bu Suzie mengamuk lagi, para petugas RSJ langsung membawanya pergi. Dokter-dokter juga menyusul di belakangnya dengan tergesa.

"Ipeeyyy..... bunuh ya dia! Bunuh ajaaaa!!!" Bu Suzie masih berteriak marah.

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang