SEMBILAN: Kasur
Denting suara sendok dan gelas terdengar beradu. Bau rempah yang direbus juga menyebar dan membuat pusing kepala. Namun bau tersebut serasa makin rapat di hidung, ketika Nek Sur menyodorkan ramuan aneh itu tepat di depan mulutnya.
"Minum ini, biar sehat!"
"Apa lagi itu?"
"Obat biar tidak lemas pas masa menstruasi"
Sha cemberut, namun dia terpaksa meminumnya. Hampir saja dia muntah, jika Nek Sur tidak memegangi pundaknya. Tak ada pilihan, satu gelas belimbing itu ditelannya dengan susah payah, sebelum dia menghempaskan diri lagi ke kursi tipis milik Nek Sur.
Celana kotornya sudah di cuci Nek Sur di sungai tadi. Beliau juga yang membelikannya pembalut. Sha minta Nek Sur tidak lagi mulung sampah. Cukup bertugas mengurusnya di tenda itu. Dan Si Nenek tentu mau. Karena Sha memberinya uang banyak.
Belum pernah Sha jadi sakit karena menstruasi. Mungkin ini karena dia kelelahan melayani begitu banyak pria selama berhari-hari. Tidak cukup tidur dan makan pula. Dan parahnya dia mandi di sungai sepagi buta itu, setelah bercinta dengan Musraf.
Sebetulnya, sikap pemuda itu pula yang menyebabkan hatinya sakit. Lebih dari lelah di tubuhnya. Musraf menangis meninggalkannya tanpa menoleh lagi setelah mendengar suara adzan. Membuat dia merasa disamakan seperti setan.
Benar, dia yang menggoda pemuda alim itu. Tapi bukankah pemuda itu juga sangat menikmati pergulatan mereka di atas batu sungai berlumut? Bahkan Musraf yang pemalu, malah berubas jadi ganas tak tahu malu. Lalu karena suara adzan itu, dia tiba-tiba berubah.
"Musraf juga sakit. Tadi kata Abangnya Si Munaf, anak itu demam, jadi tidak ikut jualan sarung di pasar belakang gedung tua. Aneh memang, selama ini anak itu tak pernah terlihat sakit. Biasanya dia tiap shubuh yang menyuarakan adzan di musholah kampung bawah dekat rel kereta sebelah pemukiman kumuh kita ini. Tapi tadi kok yang adzan itu suara Munaf. Ternyata Musraf sakit, dia mules-mules katanya di sungai...."
Sha menoleh pada Nek Sur yang sedang menyiapkan nasi dan lauk yang dibelinya dari warteg. Sha alias Murni telah memberikannya uang untuk jatah belanja makanan, sebab itu Nek Sur mampu mengurus Sha dengan baik.
"Nenek mau bawakan Musraf makanan juga, ya? Kasihan dia pasti belum makan. Kan Abangnya kalau pulang jualan itu malam hari..."
Sha hanya menggigit bibirnya saat Nek Sur membawa nasi dan lauk ke tenda seberang. Sebetulnya Sha jadi membenci Musraf sejak kejadian shubuh tadi. Namun dia juga mengakui kesalahannya yang telah menggoda pemuda itu. Dan dia juga mengakui, jika sensasi bercinta dengan Musraf, terasa lebih memabukkan dari pria lain.
Anak itu polos, namun cepat terbakar gairah. Emosinya tak terkendali saat melumat setiap inchi lekuk tubuh Sha. Kegugupan pemuda itu saat bertatapan mata, malah membuat sensasi debar pada denyut kelamin Sha yang terlena pasrah.
Selama ini, Sha hanya merasakan keperjakaan dari seorang Fernan. Ketulusan rasa percintaan yang diiringi perasaan takut, membuat mereka makin tambah mabuk. Hal ini juga yang Sha rasakan saat bersama Musraf di sungai itu. Perasaan bahagia menjadi orang yang pertama!
Jika saja dia tidak menstruasi hari ini, mungkin Sha akan kembali menggoda pemuda itu. Membuatnya jadi gila karena rangsangan yang hebat.
"Musraf sudah mau makan. Badannya masih demam. Kau juga mau makan, Murni?"
Sha kembali menoleh Nek Sur,"Nanti saja, Nek. Saya mau tidur dulu"
"Nenek mau nyari orang untuk membuatkan kamar mandi kecil di belakang kita. Biar jika kau ingin pipis, tidak perlu jauh ke sungai. Tadinya Nenek mau minta Musraf yang buatkan, eh...dia sakit"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...