BAB 27: BAYI
Sudah lewat 2 bulan, Murni baru berani melihat kuburan anaknya. Bersama Michael, Nek Sur, Suparmi dan Kendul, mereka datang ke TPU dengan membawa bunga dan air mawar.
Tangisnya pecah di depan batu nisan mungil yang bertuliskan ANAK MURNI itu. Semua terkenang, mulai dari wajah si bayi dan tentu saja Bapaknya, Musraf.
"Kami nggak tahu nama bayinya. Jadi ditulis Anak Murni. Tapi nggak pake Musraf..." kata Suparmi.
"Terima kasih Bude" sahut Sha, sambil membelai tanah kuburan itu.
"Berdoa, Mur. Ngaji..."bisik Nek Sur.
Sha makin kencang menangis. Doa apa? Dia tak paham berdoa cara Islam. KTP-nya saja islam, tetapi dia tak pernah sholat apalagi mengaji. Orangtuanya tidak mengajarinya tentang agama, malah tega menjual tubuhnya untuk urusan dunia.
Nek Sur juga sama, dia tak pernah betul-betul paham agama. Bisa sholat, meski bacaannnya cuma tahunya Al Fatihah saja. Tapi juga tak bisa memahami agama. Begitu pula Suparmi, pemilik warteg yang binal itu. Dia mengaku cuma sholat pas lebaran saja. Sementara Michael, dia Kristen. Tak mungkin mengaji.
"Biar saya..." tiba-tiba Kendul duduk di depan kuburan sambil menengadahkan tangannya.
"Emang sampeyan bisa?" bisik Suparmi, pada pria yang kini rutin mengisi kehangatan ranjangnya itu.
Sejak mengurus penguburan bayi seorang Murni, keduanya mendadak dekat. Perbedaan usia tidak menghalangi urusan nafsu. Kendul dan Suparmi akhirnya saling mengisi kebutuhan. Bahkan Kendul kini tak lagi melakukan kriminalitas di terminal, atau ikut meniduri wanita-wanita di lokasi bawah jembatan. Malah dia rajin membantu Suparmi berjualan.
Kendul terdengar mengucapkan salam kepada ahli kubur, kemudian membaca surat Al-Fatihah 3 kali, surat Al-Ikhlas 3 kali, Al-Falak, An-Nas. Baru kembali membaca surat Al-Fatihah, awal surat Al-Baqarah, ayat Kursi, membaca Surah Yasin, lalu berzikir dan salawat seperti sedang tahlil.
Sha melirik pria kurus yang dulu juga sering menikmati tubuhnya itu. Dia terkejut ketika tahu bahwa ternyata Kendul bisa mengaji.
"Dulu saya sempat dibuang oleh ibu saya, lalu diasuh oleh keluarga baik-baik. Mereka membimbing saya untuk hal agama. Ya, sampai usia 14 tahun. Lalu ibu saya tiba-tiba datang mengambil saya lagi dengan seenaknya. Bukannya hidup jadi baik, malah tambah kacau..." kata Kendul, ketika mereka pulang dari kuburan dan mampir ke restoran untuk makan.
"Kenapa begitu?" tanya Michael.
"Dulu ibu saya masih muda saat bercerai. Terpaksa saya dititipkan sama orang lain. Ketika dia sudah kaya, saya dijemput lagi..."
"Ibu sampeyan orang kaya tho, Mas? Kok sampeyan kayak gini?" potong Suparmi.
Kendul tertawa lirih. Dia ingat ketika wanita cantik itu datang padanya tanpa rasa bersalah. Lalu membawanya ke sebuah rumah besar, tinggal bersama adik tiri perempuan yang cantik. Anak ibunya dari seorang pengusaha sabun. Mereka tidak menikah, cuma kumpul kebo. Tetapi kehidupan mereka sangat cukup, meski pria itu jarang pulang.
Kendul senang jika bapak tirinya jarang pulang. Sebab itu artinya dia tidak sakit hati menghadapi perlakuan kasar pria tua itu. Kakek itu sering melontarkan kalimat kasar padanya, penuh kebencian. Bahkan dia tega memanggil nama aslinya Kennedy, menjadi Kendul. Seperti ingin mengolok-oloknya dengan puas.
Kendul paham mengapa bapak tirinya tidak menyukainya. Karena Kendul pernah meminta pria itu untuk menikahi ibunya. Kendul melarang ibunya untuk terus-terusan berzina. Cuma bisa berkhayal agar istri sah dari pria itu tiba-tiba mati, lalu mendadak dinikahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...