Dia pangeran Talia.
Yang nolongin Talia, jadi seorang pahlawan. Sederhana. Tapi Talia bisa ngerasa aman kalau deket Erryl.
Talia suka!
-Natalia Serena, 7 tahun4 April, 2010.
BRAKKK!!"Auch!"
Lagi-lagi, dan lagi-lagi. Gadis malang itu terdorong cukup keras ke dinding itu. Tak heran Ia hanya mampu mendesah pelan. Benturan itu memunculkan cukup rasa nyeri pada punggungnya.
"Hosh. Hosh. Udah. Badan Talia sakit." ucapnya gemetar sembari menahan tangisnya di pelupuk matanya.
Ketiga perempuan SD itu tak henti-hentinya membully gadis kecil gemuk yang polos itu meskipun bertampang tidak secantik mereka.
"Ih, temen-temen! Dia cengeng banget! Jangan suka deket-deket sama kita. Kita malu kalo teman sama kamu! Jijik! Lihat deh tuh badan, ngaca dibanding sama kita!" sindirnya kasar seseorang yang berdiri di paling pojok kelompok gadis-gadis tidak jelas itu.
"Eh! Babi! Gitu aja nangis. Muka biasa aja udah jelek, apalagi nangis," hina gadis yang di tengah dan memperagakan seolah wajahnya berpipi bulat seperti gadis yang sedang diancamnya itu.
"Haha! Huu cengeng!"
Dipukul, didorong, dicubit,
direndahkan, dijauhi, disakiti.Tidak heran jika gadis itu selalu dikucilkan di kelasnya.
Seluruh temannya saja merasa malu untuk dekat sedikit saja dengannya kalau pun itu hanya karena tidak sengaja duduk jejeran bersamanya.
Karena mereka tau sedikit saja dekat dengan gadis yang berpenampilan culun nan gemuk itu tak lama lagi akan segera mendapat cibiran dari barang siapa saja yang mengetahuinya.
Tak jarang pada usianya yang dini telah mendapat perlakuan seperti ini.
Tuhan, jangan tinggalkan Talia sendiri disini. Talia takut."HAHAHA, DASAR JELEK, CUPU!"
Perlahan suara jejak kaki-kaki suram itu menjauh. Gadis berbehel itu hanya dapat menangis tanpa suara. Berharap ada seseorang yang menolongnya.
"Mama! Papa! Aku takut. Kok kalian gak temenin Talia pulang hari ini.. Talia anak yang nakal ya? Apa mama papa pernah merasa menyesal karena aku..?" suara senggukan tangis pun perlahan terdengar. Tangisannya pun semakin pecah.
Langkah-langkah kaki kembali terdengar. Seorang anak melihatnya, mulai merasa cemas.
Bruk!
Ia melempar tasnya. Dengan beratnya yang kadang susah untuknya berjalan, namun entah kenapa ia cepat-cepat berlari menghampirinya.
"Hey! Ka-Kamu gak apa-apa?"
***
Drap drap drap
Reyn dimana? Katanya di sekitar sini,
ujar gadis itu yang terus menggeret kopernya dalam hati.Ia tak sengaja secara sekilas melihat seorang gadis yang tampaknya tidak asing baginya dan seperti menunggu seseorang yang benar-benar ia cari.
Ia memang sudah berjanjian dengan sahabat setianya yang bernama Reyn itu karena mereka berdua ingin saling bertemu dan melepas rindu setelah Nata pergi selama 3 tahun lamanya.
Tunggu. Itu kok kayak Reyn, sih? Ih sumpah masa Reyn? Tinggi juga. Tapi bukannya itu Reyn? Dia kelihatan kayak nyari seseorang. Reyn bukan ya? Aduh gue malu sih. Gimana kalo dia bukan Reyn? Masalahnya gue gak punya pilihan lain selain tanya langsung ke dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
NÜ
Teen FictionTalia dan Erryl adalah sahabat dekat dari kecil. Keduanya sering terkena bully-an dan caci maki mengenai fisik saat itu karena maraknya kejadian pembullyan. Mereka selalu saling melindungi satu sama lain tanpa menyadari perasaan mereka masing-masing...