(3)

59 14 0
                                    

"LEGANYAA!"

Nata dan Reyn berseru senang. Syukurlah mereka menjalankan MOS dengan lancar. Padahal tidak semua SMA bisa seperti itu. Entah keberuntungan apa lagi yang menimpa mereka, rupanya sejoli itu berada di kelas yang sama.

Bayangkan saja jika kalian memiliki sahabat yang bisa selalu ada disampingmu, ditambah lagi sekelas pula. Tidak akan ada kata kesepian lagi.

Kala itu, Nata dan Reyn hanya berkeliling menyusuri lorong sekitar kelas baru mereka.

"Ke kelas yuk! Mau minum, haus," ajak gadis itu dengan rambutnya yang tergerai yang tampaknya benar-benar membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa dahaganya.

"Gak kantin aja?"

Reyn mengajaknya dengan niat sekaligus melihat lihat seisi sekolah SMA Nusantara. Sepertinya menu dari kantin sekolah tersebut terlihat menarik.

"Emm, ya, boleh."

***

Reyn dengan antusiasnya membeli dan membawa minuman jus jeruknya. Saking semangatnya,sampai beberapa tetes minumannya jatuh ke lantai. Ketika Nata sedang membawa teh tariknya,

BRUK!

Gadis itu terpeleset dan terpental ke lantai dan minumannya itu terlempar mengenai seseorang. Lebih tepatnya, menuju ke kanvas kecilnya.

"WEH! LUKISAN CANTIK GUA! KANVAS TERMAHAL TERINDAH TERASLI TERMULUS GUA?!"

Reyn yang menyadarinya pun segera menolong Nata dan meratap takut seseorang di hadapannya yang sepertinya adalah seorang 'senior' di sekolah barunya itu.

"Yah kenapa gak di baju aja?"

"Iya, gua padahal pingin lihat roti sobeknya si dia. Halalin saya dong wahai gerangan!"

"Wah, cari masalah sama Kak Dave dia! Kayaknya seru nih! Sini-sini lihat!" makhluk-makhluk kantin menatapnya. Bahkan ibu-ibu pedagang tahu bulat ikut melihatnya.

"Wah bakal viral nih. Bikin story bikin story!"

Tunggu, kanvas kecil kayak gituan kan mahal, udah gitu dulu gue minta aja ke ortu gak dibolehin. Mampus gue. Udah gitu jusnya kena kanvasnya lagi, apa gak luntur itu warnanya? Mati gue!

"Kayaknya lo anak baru MOS ya? Lo gak lihat apa langkah lo sebelum minuman haram lo nyentuh kanvas gue yang masih suci tak ternodai ini?"

Laki-laki yang bertubuh tinggi dan tegap itu dengan sedikit kesal bertanya dan menegurnya.

Sejujurnya, Nata sedikit malu dan terkejut. Dilihat-lihat, ya ganteng. Tapi tetap saja Nata bersalah dan wajib minta maaf. Tapi gadis itu juga penasaran karena ia cukup pandai melukis. Tidak banyak saat ini orang yang mencintai seni sepertinya apa lagi laki-laki.

"E-e-maafin saya udah menodai kanvas kakak dan lukisan kakak. S-saya juga ngerti pasti kanvas itu juga sangat mahal," Nata menunduk ketakutan.

"Ei! Ei! Davey honey! Adek bidadari!Awalnya marah-marah malah gini. Kenapa sih lo Dave? Lo ada sesuatu sama adek bidadari ini? Cantik tau. Kalo kenal kenalin kek elah," tanya seseorang yang sepertinya akrab dengan senior itu.

"Nih, adkel baru lo. Baru masuk udah bikin masalah. Basah semua, nih!" sahut Dave.

Iya. Namanya adalah Dave. Daverryl Arfian tepatnya. Ia adalah seorang (calon yang ingin menjadi) pelukis. Memiliki paras ketampanan yang melebihi para banci mengaku-ngaku yang sedang tenar dan bisa dibilang banyak diincar oleh kaum hawa SMA Nusantara.

Tenang lah. Dave bukanlah orang yang sedingin kalian lihat di novel-novel. Se badboy yang kalian lihat di novel-novel.

Hanya saja, ia hanya belum pernah mengalami cinta pertamanya.

Dengan catatan :
Parasnya yang berubah 360° menjadi seorang lelaki tampan dibandingkan 3 tahun yang lalu itu.

"Ya ampun, Kak! Kan gak sengaja. Ya udah deh nanti saya ganti kanvasnya," janji Nata.

"Lo yakin bisa ganti itu kanvas? Gak sembarang orang bisa tau itu kanvas gue beli dimana." sindir Dave dengan tatapan tajam.

Tatapan yang menandakan bahasa isyarat 'gak usah sok tahu deh lo, gak akan pernah ngerti juga.'

"Y-Ya, saya akan tetap berusaha nyari kanvas yang kakak maksud," jawabnya.

"Nama lo siapa?"

Nata hanya diam. Tidak berani membalas.

Sontak Dave langsung menatap name tag yang masih terpasang apik di gadis itu dengan sedikit membungkuk

"Oke, Nat. Gue kasih lo waktu satu hari. Nih, gue kasih kanvas gue yang udah kotor ini ke lo. Besok lo harus gantiin kanvas bahkan cat yang ada di lukisan ini."

Dave segera pergi dari kantin itu. Sobatnya pun ingin menyusulnya.

Eh anjir. Males banget hh.
Nata hanya berusaha berperilaku sopan depan kakak kelas saja. Kalau dia seangkatan dengannya, sudah pasti akan dia terkam.

"Adek bidadari, semangat carinya! Babang Chan dukung kok!"

"Chandra,udah ayo balik aja kali. Dave badmood an tuh."

Chandra mendengus berat.

"Ih iya ah babang kartu remi, eh Jeremy yang teladan"

Mereka pun keluar dari kantin. Sedari tadi mereka menjadi tontonan banyak orang.

Oh, mereka sahabatnya si Kak Dave galak itu. Hm, ya udah sih bodo amat. Oh iya, apa enggak sekalian aja,ya?

Gue beliin tu kanvas sama cat sialan di tempat yang mau gue datengin pulang sekolah itu? Untung hari ini dikasih jajanan bulanan 800 ribu, batinnya dalam hati.

"Argh! Tetep ngerepotin! Tetep aja babe bacot! Males banget ngeformal- formal in bahasa gue sama dia."

Drap drap

Duk!

Giliran Nata yang pada arah rok nya saat ini tercetak bekas minuman milik Reyn yang tumpah dan licin menjadikannya basah. Dan benar, gilirannya justru terpleset.

"REEYNN!"

"MAAF NAT!"

***

KRING-KRING!

Hari ini ia sangat lelah karena harus mengalami masalah dengan seniornya itu. Dan ia pada jam pertamanya saja kelasnya sudah ditegur oleh Bu Lusi, guru yang killer itu.

"Haha! Nata berurusan sama cogan waw! Keren lo Nat!"

"Ih jangan sampe cinlok kak Dave kan cuma punya gue seorang!"

"Nata juga cantik woy, lagian gantengan gue daripada tu senior. Coba kalo bisa gue embat!"

"Eh orangnya mau keluar kelas tuh, cabut-cabut!"

Rupanya berita itu sudah tersebar luas. Kumpulan beberapa anak kelas 10 yang suka penasaran pun membicarakannya sebagai hot topic.

Nata hanya bisa menghela napas panjang dan seolah-olah tidak menghiraukan segala bisikan-bisikan dan tatapan penasaran maupun sampai ke sinis padanya.

"Gue duluan!"

Nata melambai pada sahabat karibnya itu. Ia terdiam menunggu kakak 'tidak labilnya' itu yang berjanji akan datang menjemputnya. Lucas pun datang dengan motor barunya.

"Oi, buah coconut,"

Nata membalik tubuh dan menatap malas, "Apa sih, bikin mood gue tambah menjadi."

"Duh, kenapa coba. Jadi, kan?"

"Oh-itu! Heheh ya sorry gue lupa! Btw, udah selesai kuliah kak?"

"Iya, kan gue ambil jadwal kuliah pagi, biar siang sekalian jemput lo."

Nata mengangguk. Lucas dan Nata segera pergi ke tempat tersebut.

Setidaknya ini bisa ngobatin kerinduan gue ke lo, Er.

Dave? Kanvas? Kerinduan?

Kemana ya?

-♡,arinnelle

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang