(14)

21 10 3
                                    

"Pa! Erryl pulang!"

"Wah, nak. Udah selesai belanja kanvasnya? Mana?" tanya Papa Dave.

Aku yakin, salah satu dari kalian semua pasti ada yang memiliki panggilan yang berbeda ketika di rumah dan di luar. Biasanya kita gunakan nama yang biasa dipanggil oleh keluarga saat bersama mereka atau di rumah dan menggunakan panggilan nama yang cukup gaul namun tidak beda jauh dari nama mereka saat di luar rumah. Seperti Dave.

"Oh itu, Pa. Erryl titip ke temen Erryl, yang ikut bimbing kelas kesenian."

"Oh, ya? Cewek atau cowok?"

"Y-Ya, ada."

"Ini mah tanda-tanda cewek, tuh." senyum Papa Dave yang mulai menggoda Dave.

"Apaan sih, Pa?" malu Dave.

Papanya terus tersenyum senang. Dave hanya bisa kesal dan hampir ingin mengumpat,tapi ia urungkan. Karena ia tau itu tidak baik.

"Papa seneng akhirnya kamu gak perlu liatin foto si Talia terus di kamar. Kamu sudah move on ya, nak?"

"Papa tau darimana bahasa move on move on segala, jangan kebanyakan nonton sinetron, Pa. Mending nonton azab. Lebih bermanfaat," saran Dave yang mengacungkan jempol nya.

Papanya justru membalas Dave dengan jempol nya yang mengarah ke bawah.

"Heheheh. Gak, ah. Masa azab sampai masuk ke gilingan semen, terbang atau ngapa itu," tanya Papa Dave yang sedikit tertawa.

"Hei, kok pada debat,ya? Yuk minum dulu tehnya, biar lebih ayem." tawar Mama Dave yang membawa 3 cangkir dengan nampan kesukaannya.

"Ma, jangan ngiklan disini Ma," ujar Dave mengingatkan.

"Iya, Mama cuma bercanda, sayang."

"Istriku sweet banget,sih? Tambah sayang," puji Papa Dave dengan manja.

"Udah-udah, Pa. Yuk,minum."

***

"Ei, kokonat!"

"Hai, Kak."

Seluruh keluarga Nata sedang menonton sepakbola bersama.

"Lo kenapa bawa banyak barang, gitu?" tanya Lucas

"Em, dari Mang Arif." jawab Nata gugup.

"Wah, sayang. Titip salam buat si Arif,ya?" kata Mama dan Papa Nata.

"Iya, besok Nata sampein."

"Ih, lucuan Talia, sayang." sahut Mama dan Papa Nata.

"Cocokan Nata, Ma, Pa. Biar bisa Lucas ejek kokonat heheh."

"Hush, Kak. Gak boleh gitu sama adik sendiri, sayang." nasehat Mama Nata.

"Iya, nih. Kak Lucas ngawur."

"Ya udah, kamu ganti baju dulu terus makan, semua udah makan tinggal kamu doang." sahut Papa Nata.

Drap drap drap

"Oke!" seru Nata yang menaiki tangga.

***

KRING!

Istirahat jam pertama itu tiba. Nata yang secara tiba-tiba dibawakan bekal pun terpaksa hanya makan di kelasnya. Reyn sudah meninggalkannya duluan di kantin. Gosipnya karena ada penjual makanan terbaru yang katanya penjualnya ibu-ibu gaul, semua murid kesana untuk melihatnya sehingga kelas Nata terasa sangat sepi.

Sesosok pria tinggi berada di depan pintu kelasnya menghampiri Nata.

Lagi-lagi, tepat berjarak 5 cm di depan matanya. Nata pipinya terasa terus direbus seperti kepiting matang yang baru saja dimasak.

"Kayak dulu. Pulang sekolah lo bisa tunggu gue sampe jam 3 an? Nanti kalo udah lo gue jemput ke kelas kesenian, gue udah kasih pengumuman ke anak-anak, soalnya gue ada kerja kelompok bentar nanti bareng temen-temen gue. Lo ke kelas gue aja nanti buat mastiin."

Ternyata diliat liat matanya mirip kayak mata Talia. Kok bisa, ya? Batin Dave sehingga karenanya justru ia jauh menatap lebih dalam mata Nata.

"I-Iya, lo kenapa sih selalu liatin gue dari deket gitu?" gugup Nata.

Dave menjauh sejauh 30 cm dari mukanya dan menatap muka Nata sebentar.

"Muka lo cemong."

"H-Hah? Masa? Dimana,sih? Dave? Lo boong, ya?" tanya Nata curiga dengan tangannya yang terus meraba wajahnya belum menemukan noda yang dimaksud Dave.

Dave yang menatapnya kesal karena tidak menemukannya juga akhirnya mengambil butiran nasi yang berada di sebelah bibir manisnya dengan lembut seperti mengelusnya.

Pshh

Nata hanya bisa terdiam dan setelahnya ia menutup wajahnya karena malu memerah.

"Lo makan pelan-pelan makanya." ujar Dave yang kemudian menduduki tempat duduk Elok di depan Nata.

Gue gak merah kan pipinya? Gue gak baper, kan? Gue keliatan baik-baik aja, kan? Andai Dave itu Erryl, gue jauh lebih berbunga-bunga dari itu! Argh, Davee!! Batin Nata yang cemas bertubi-tubi.

"Haha! Pipi lo merah, baper ya?"

"GAK! NAJIS TERNAJIS SANGAT NAJIS BERMULTI GANDA NAJIS!"

Nata dan Dave yang awalnya hanya ingin saling memberitaukan info justru terbawa suasana menyenangkan untuk tertawa bersama.

Hentakan sepatu khas Renata yang cetarrrrr itu memenuhi kebisingan lorong kelas. Awalnya yang ia menuju ke lorong kelas XI, justru tak sengaja menatap kelas Nata di lorong kelas X yang hanya berdua bersama Dave di kelas.

Lo lagi lo lagi. Emang, ya? Gue yakin ada yang salah sama Dave sampe-sampe seleranya jadi orang rendahan kayak lo! Dasar cewek busuk! Cabe! Mentang-mentang deket sama baby gue yang terganteng se-SMA Nusantara lo jadi deketin dia! Dasar cewek caper, lo! Kesal Renata.

Ini baru dimulai, sepulang sekolah Kakak Renata punya hadiah spesial untuk kamu sayang, Natalia Serena. Yang pastinya bikin lo kapok sekapok-kapoknya! Senyum Renata licik.

Renata kali ini membiarkan mereka berdua saja, ia ikhlas. Karena semua itu akan terbayarkan dengan sebuah aksi yang spesial khusus untuk Nata. Yang akan ia buat secara pasti untuk membuat Nata jera bersama Dave. Ia yakin, karena hari ini tidak akan ada yang bisa melihat atau mengganggunya.

wah! rencananya udah mau dimulai gais,azik! *eh

-♡,arinnelle

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang