"Ah! Akhirnya sampai juga sumpah, Ryl. Nih, tasnya Tante Lia." Nata menyodorkan sebuah handbag yang cukup besar berwarna maroon.
Ia pun mengambil tas itu dari tangannya dan mengelus pelan kepala Nata, "Makasih mbak cantik udah bawain." Nata hanya menatap Dave dengan senyuman kecil dan berusaha cuek saja karena ia tidak berhenti terus saja menggodanya semenjak sore tadi.
"Yuk masuk, siniin helm lo." Dave mengulurkan tangannya. Nata yang baru saja mau membuka helmnya pun seketika merasa ada hal aneh yang terulang lagi namun ia justru merasa deja vú.
Cklik! Cklik!
Dave pun hanya mampu menatap Nata heran. Dasar, tawanya.
Ia mendekatkan dirinya ke Nata dan mencopotkan helmnya dengan sekali 'klik!'. Nata yang lantas mengingat kejadian lamanya yang sudah berlalu itu ternyata sekarang terulang lagi. Nata yang melihatnya jelas langsung merasakan rasa malu yang cukup besar baginya. Pipinya sekali lagi memerah.
"Ternyata cewek gue satu ini masih gak bisa buka helm?" sindir Dave yang terus menertawainya.
"Ih udah kenapa, sih? Bikin malu sumpah." Nata yang mendengarnya pun semakin lama bukannya membaik justru semakin merasa malu. Dave pun mengambil helm di tangannya, menaruhnya di jok motor dan menggandengnya, "Yuk masuk."
***
"Eh, sekalian ngerayain, mau ajak temen-temen kesini, gak?"
"Ah! Ogah gue pinginnya berdua aja," manjanya. Nata langsung menggetuk kepala lawan bicaranya itu.
"Lo itu, ih. Udah tadi, kan besok-besok pasti kita bisa sering banget jalan bareng berdua aja," jelas Nata. Dave yang mendengarnya pun hanya bisa mengiyakan perempuan yang ada di depannya saat ini. Untung sayang.
Sepuluh menit telah berlalu, dan Nata baru mengingat sesuatu. "Ajak temen lo juga kek, Ryl. Gue udah lamaaaaaa banget gak denger bacotannya kak Chandra sama sadisnya kak Jeremy! Kangen tau," sarannya.
Dave mendongakkan kepalanya. "Oh gitu, ih lo gak kangen sa-" Nata langsung mengunci mulut lawan bicaranya rapat-rapat dengan satu jari telunjuknya. "Ssst! Udah-udah ya Erryl yang baik, kesayangan, paling lucu imut satu, mending lo hubungin mereka dulu aja ya, udah cukup-cukup."
"Tapi kan mereka gak-"
"HALOO! CIE CONGRATULATIONS!"
Pasangan itu menatap ke arah di sebelah meja mereka. "Lho? Hai. Kalian disitu?"
"Iya elah, baru beberapa menit kita dateng lo udah main berduaan aja. Mana cukup lah kita semua duduk langsung disitu. Sini pindah," ajak Reyn yang diikuti anggukan Jeremy.
"Lhah?! Lo berdua curut udah dateng aja," Dave yang bahkan belum menghubungi saja tiba-tiba mereka sudah sampai sekilat itu. Chandra terkekeh, "Gue diajak Jeremy suruh nemenin dia, Jeremy diajak sama Reyn." Dave hanya meng-oh lebar.
Tapi bagus juga, tidak perlu banyak mengulur waktu. Elok dan Bambang yang ikut melambai pada arah mereka juga ikut dibalas, mulai ikut bergabung ramai-ramai di meja itu dan memulai percakapan yang beragam. Bambang menepuk pelan punggung Nata.
"Ooh, kerak panci. Padahal gue kemarin baru nyariin bebeb lo, udah ketemu ternyata." ia tertawa.
Nata menepuk punggungnya kembali, "Iya, Reyn baru beritahu mendadak terakhir-terakhir ini, makasih ya. Lo gak bakal percaya awal cara gue tau dia Erryl ngakak banget!"
"Oh apa lagi pertemuan pertama kalian yang gak enak banget itu, Kak!" tawa pecah kembali hadir dalam perkumpulan itu. "Heh gak usah diinget lagi, gara-gara nenek satu ini gue nyaris gak punya harga diri pas itu." Ia menunjuk tepat ke arah makhluk gila kesayangannya.
"Idih, ini semua juga gara-gara lo, sih! Coba lo gak usah bawa minum keburu-buru sampai tumpah-tumpah gitu, pertemuan awal gue mungkin gak se bobrok gitu, haha! Bantuin bikin elit dikit ah lo mah harusnya." Nata menyenggol keras sahabatnya itu.
"Sumpah tumpah? Gue tebak, kena kak Dave, humor dong." jawab Elok yang menurut Nata memang 100% benar ala kadarnya. Tebakan yang cerdas!
Malam itu mereka menghabiskan seluruh kedekatan persahabatan mereka dengan beragam hal, dan tentu dengan perasaan hati yang terus bermekaran di hati Dave dan Nata yang saat ini merupakan kedua sejoli yang membuat iri orang-orang di sekitar mereka.
***
"Pst! Hati-hati lo dilabrak si Kamdudi!" sindir Chandra yang memang benar kenyataannya tapi selalu sukses membuat Nata tertawa. Dave yang tak sengaja mendengarnya pun juga ikut tertawa.
Nata memberikan simbol 'OK' nya dan perkumpulan itu sudah bubar semenjak lima menit yang lalu di parkiran. "Erryl! Talia mau ngomong."
"Kenapa, Tal?"
"Gue duluan, ya? Gue bareng Reyn, hehe. Kasihan dia lagi sendiri tadi Jeremy soalnya keburu gak bisa nganterin dia. Jangan lupa! Tiga hari lagi kita ngajar lagi!" Dave hanya mengangguk dan memeluknya sebagai salam selamat malamnya.
"Nite! Dream a little of me!"
Nata yang mendengarnya pun menahan tawa, "Sejak kapan lo sok Inggris?" sindirnya sarkastik.
"Ih giliran gue pinter lo selalu gitu, cari titik salahnya. Ih marah gue," gerutu Dave. Nata memukul lengannya pelan, "Haha! Kayak cewek ih lo! Ya udah, duluan ya!"
"Hati-hati. Jagain terus ya hati lo buat gue! Jangan pernah keisi duluan sama cowok jahat lain selain gue."
Nata tersenyum, "Iya, lo juga! Wajib!"
Mereka pun saling berlambaian dan Nata telah berjalan 10 meter jauh darinya dan memasuki sebuah mobil Freed putih milik Reyn dan telah pergi melesat jauh.
Brrm!
Ngueeeng!
Sekarang parkiran pun mulai semakin sepi, dan para motor dan mobil milik kumpulan itu pun sudah mulai berpergian dari tempat makan itu.
***
-♡,arinnelle
KAMU SEDANG MEMBACA
NÜ
Teen FictionTalia dan Erryl adalah sahabat dekat dari kecil. Keduanya sering terkena bully-an dan caci maki mengenai fisik saat itu karena maraknya kejadian pembullyan. Mereka selalu saling melindungi satu sama lain tanpa menyadari perasaan mereka masing-masing...