(32)

25 10 0
                                    

"Nah udah keparkir juga nih motor cacat. Harus gue ganti baru, nih!" Dave menghembus napas lega.

"Hmm, iya deh Mang. Erryl gimana sekarang? Masih sama kayak dulu atau.." Nata sedikit gugup.

Jujur sedikit gengsi untuknya bertanya mengenai fisik tubuhnya itu. Tapi seperti dulu maupun seperti sekarang, ia tetap menghargainya. Ia hanya ingin tahu dan siapa tau ia bisa lebih mudah menemukannya.

"Oalah! Itu! Tanya kok malu-malu? Tambah guanteng lho, sekarang! Kamu gak nyadar Talia pas dia lagi sama kamu?" Nata mengengernyit dahinya aneh.

H-Hah? Masa, sih?
Nata yang mengetahuinya hanya senyum tersipu.

"Oh iya, gimana? Udah bisa nebak belum yang tadi?" Mang Arif menyebalkan. Ia hanya menunjukkan smirk nya secara licik. Kenapa ia tidak hanya langsung memberitahunya saja? Ah dasar Mang Arif gak pernah serius!

Kayak si dia!

"Belum ah! Mang gak seru pake tebak-tebakan! Nata ke toilet dulu aja deh! Kebelet boker! Bentar ya, Mang!"

Setelah memasuki bilik toilet itu, Mang Arif menahan tawa.

Sama nak Daverryl aja kamu lupa, Nata. Aduh, aneh-aneh. Mau-mau aja ke tempat yang toiletnya jauh di belakang rumah.

Kriet-

"Halo, Mang!" Dave merapikan rambutnya yang berantakan itu akibat terus mengobrak abrik menarik helm ke kanan dan ke kiri tidak mau lepas juga.

"NAH! Waktu yang cocok! Sini duduk, Nak." Mang Arif mempersilahkan salah satu pelanggan istimewanya itu duduk.

Huft. Jangan grogi, Dave. Ini waktu lo yang tepat buat bener-bener serius tanya tentang semua ini.

"Mang.."

"Hmm?"

"Si Tal-"

"Oh iya! Kamu tau, gak? Ada cewek kamu disini lho, Den."

"Ah, masa? Siapa?"

Talia? Ck, mimpi lo, Dave.

Mang tersenyum hangat.

"Jawabannya yang sedang ada di benak pikiran kamu saat ini."

"M-Maksud Mang..?"

"Talia?" Dave menggeleng kepalanya keras. "Gak mungkin, Mang! Mang bercanda kan sama Erryl?"

Mang Arif tertawa dan semacam menyindir.

"Oh? Gak mungkin? Berarti gak mau ketemu neng Talia? Ya sudah, sana pulang aja. Sia-sia Mang ngasih tau kamu tapi gak percaya." Mang Arif memotong kukunya santai.

"Hah?! T-Talia disini?!"

"Iya, Den. Sana pulang aja kalo gak percaya sama Mang," usirnya tulus.

"Beneran, Mang? BENERAN?! SERIUSAN, MANG?!" Dave sontak menggoyang-goyangkan badan Mang Arif heboh karena masih tidak percaya.

"Eh, eh, hehh! Iya, Den. Selamat ya. Mang juga gak nyangka bisa ketemu secepat ini."

Dave sejujurnya masih merasa bermimpi.

Aneh. Tuhan baik banget, sih? Udah hari ginian ditemuin sama Talia? MAKASIH YA LORD, OH MY GOD!!
Dave seketika memeluk Mang Arif senang sekali berbunga-bunga sekali.

Gue harus ketemu Talia secepatnya. Sekarang.

"Sekarang cewek gue di mana, Mang? Gue samperin ya-"

"EEEEHHH!" Mang Arif shock dan langsung menahan Dave.

"Dia di toilet, lagi BAB. Tunggu, ya. Bentar lagi udah selesai mungkin." Mang Arif terkikik melihat reaksinya tidak sabar.

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang