(11)

40 15 2
                                    

KRING!

Mereka tak sengaja tertidur sampai bel istirahat berbunyi. Dave yang terbangun terlebih dahulu terkejut melihat Nata yang masih tertidur pulas di samping nya. Dave tersenyum sejenak.

Ternyata lo emang cantik. Kalo anteng doang gak bawel, jujur Dave dalam batin.

Tiba-tiba setelah ia tersenyum tulus, justru ia tersenyum licik.

"WOI, BU LUSI DATENG, NAT SAMA SENJATA PUSAKANYA! KABUR, NAT!"

"H-HAH?! MANA?! LARI DAVE!"

Dave tertawa terbahak-bahak melihat Nata yang salah tingkah dan bersembunyi di balik tembok.

"Tapi boong, HIYAHIYAHIYA!"

Nata cemberut dan mendengus kesal.

"Lo emang nyebelin ya," kesal Nata.

"Tapi ngangenin, HIYAHIYAHIYA!"

"Lama-lama gue tonjok lo, udah, gue duluan ke kelas."

"Iya neng, gak usah judes, atuh,"ujar Dave berlogat.

Nata segera ke kelas untuk menemui sahabat karibnya itu begitu pula dengan Dave yang menuju ke kantin.

***

"Babang Dave!"

"Hei."

Sapa kedua sobat karibnya membuat Dave menuju ke meja mereka.

"Ei!" Sapa Dave.

"Lo bolos? Renata?" tanya Jeremy.

"Hah? O-Oh, gak. Cuma gara-gara gue lagi males aja rasanya masuk." jujur Dave.

"Masa sendiyian, syih? Biasanya babang Dave kalo bolos pasti ngajak temen."

"Iya. Tumben gak ngajak lo."

"Ya kan sama Nat- e b-bukan sama e-"

"Lo boong ketauan amat,sih. Adek kelas itu, kan? Incer-incer yang cantik juga lo ternyata. Gue kira lo gay. Sampe sekarang aja belum pernah pacaran." polos Jeremy dengan panjang lebar.

"Enak aja,mata lo,Jer! Gue normal!"

"Ih,udah-udah bang Remi, babang Dave, mau makan gak, syih."

"Balik kelas aja, bro. Masih ngantuk."

"Masih baik lo gak ketauan bolos."

Dave hanya terkekeh bangga. Saat mereka sedang berbincang ria, sosok perempuan itu datang kembali ke meja mereka.

"Oh hai, sayang! Ternyata kamu disini!"

Renata memanggil Dave dengan 'istilah' lain yang sangat membuat mereka tidak nyaman. Renata meminum es campur mewahnya dengan beberapa teman yang menemaninya.

"Siapa lo? Gak usah ganggu gue! Baru beberapa hari aja udah banyak temen lo mentang-mentang kaya!" tajam Dave.

"Yes, I am. Aku emang kaya. Dan nama kalian itu? Jeromi! Diandra! Kalian bisa gak? Em-"

Renata mengisyaratkan untuk mereka menyingkir dari meja itu sehingga mereka hanya bisa duduk berdua. Namun Jeremy dan Chandra menatapnya dengan penuh rasa kesal.

"Gue Jeremy, tolol."

"Baby Chandra!"

"Lo nyebut nama temen gue aja salah. Udahlah! Gue pengen balik!"

"Tapi Dave-"

"JANGAN GANGGU TEMEN GUE!"
seru Jeremy yang memenuhi seluruh kantin. Sekali saja Jeremy marah, semua orang yang ada di sekitarnya tidak berani menatapnya lagi.

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang