(16)

25 12 0
                                    

Don't you know, I'm no good for you?
I've learned to lose you can't afford to.

***

"Dedek Bidadari lama, yah."

"Ada bener juga kata Chandra, Dave. Si Nata mana, cuy."

Aduh gue lupa! Iya,Nata lama banget, udah 45 menit berjalan masa di toilet terus, ingat Dave.

"E-gue jadi khawatir, gue ke kamar mandi dulu, ya!" kata Dave terburu-buru.

Dave segera berlarian ke kamar mandi dengan tergesa-gesa.

Aduh, ni sekolah masa kamar mandi di pojokkan, sih?! Jauh amat! Kesal Dave.

***

Nata tersenyum kecil.

Erryl udah menghilang. Kebahagiaan akan diriku sendiri udah hilang.

Tangan kanannya sudah lurus bersiap dengan tangan kirinya yang sedang memegang sebuah retakan kaca tajam untuk menggores nadinya itu.

Tunggu, kok ada bekas kaca sampe keluar gini, sih? NATA!

"NAT! JANGAN!" sahut Dave yang langsung menerobos pintu dan mendapati Nata yang nyaris menggores nadinya dengan tampang sangat berantakan itu dan menatap Dave lemas.

Dave segera berlari memeluknya erat.

"L-Lo kenapa?! Lo gakpapa?!"

"LEPASIN AKU! AKU UDAH CAPEK DIGINIIN, AKU CUMA MAU SELALU DEKET KAMU! AKU MAU BISA MENJADI GADIS DENGAN FISIK YANG SEMPURNA! MEREKA SELALU HINA AKU, RYL! AKU UDAH CAPEK!" trauma Nata.

"Nat? U-Udah, lo jangan terus-terusan gini."

"E-Erryl." bisik Nata pelan.

"Lo ngomong apa,sih? Udah,badan lo luka semua, perlu diobatin!" sahut Dave yang kali ini benar-benar membopong Nata.

Dave berlarian membawa Nata yang lemas menuju ke kelasnya.

"L-Lho adek bidadari kenapa, Bang?!"

"Nata kenapa,bro?"

"G-Gak tau,ada P3K kan di tiap kelas?! Tempat kita dimana?!" tanya Dave cemas dan mendudukkan Nata di sebuah kursi kelas.

"Di lemari,gue ambilin!"

Jeremy mengambilnya dengan sigap, ia memberikannya pada Dave dan mengambil perban untuk memerban luka-luka Nata.

"Dulu gue kecil juga pernah didorong kayak gini, makanya kalo luka kadang terpaksa gue sendiri yang perbanin lukanya. Jadi gue terbiasa dan tau cara pakenya, lo gak usah khawatir." ucap Dave lembut.

Nata mengusap air matanya itu.

"Gakpapa. Ini gue. Gue, Dave. Nat?"

Chandra dan Jeremy hanya terdiam menyaksikan kejadian romansa itu.

Dave yang melihatnya pun menatap tajam kedua sahabatnya itu dan seolah mengisyaratkan 'kerjain, jangan nonton, nyet!' pada mereka.

"E-Em, p-pakaian lo?" bingung Dave yang melihat baju Nata robek sana sini menjadikan bahan kainnya sangat minim.

Nata hanya bisa menunduk lemas.

Dave yang membawa jaket memakaikannya pada Nata.

"Gue cowok baik-baik, lo gak usah takut. Lo bawa pulang aja."

"Gue ngerepotin lo, ya?" ucapnya lemas dan mulai sadar.

"Gak, kok. Mulai sekarang lo bisa anggep gue sahabat yang bakal selalu bantu lo kalo lo lagi kesusahan." tulus Dave.

"BUCIN, EAK!" sahut Dave dan Jeremy.

Dave menatap tajam mereka. Dan ia melanjutkan mengobati Nata.

"Thanks, Er. Lo emang sahabat terbaik yang pernah gue punya." ceplos Nata.

"Er?"

"H-Hah? S-Sorry gue lagi halu, em makasih Dave." panik Nata.

Kok Er sih, emang Erryl apa? Emang nama gue sepasaran itu? ck aneh. Pikir Dave.

"Sekarang, lo cerita ke gue. Kenapa lo bisa sampe kayak gitu."

Nata yang mengingat kejadian tadi pun bergidik takut dan mengingat pesan Renata. Ia mulai berusaha untuk jaga jarak dari Dave.

"J-Jauhin gue."

"Kenapa?"

Tunggu. Selama ini sekolah udah jarang gak ada pembully. Semua udah disaring sama OSIS. Kalopun ada,pasti orang baru dan dia seorang pembully, dan yang udah pasti gitu cuma-

"Renata!" sentak Dave marah.

"Hah, b-bukan, udah!"

"Nat,lo mau janji satu hal sama gue?"

"Gak mau! Lebih baik jaga jarak, Dave!"

Ia langsung menarik salah satu tangan Nata dan menggenggam erat.

"Lo salah satu sahabat gue. Gue janji, gue akan selalu jaga lo. Lo gak usah takut, dia cuma cewek yang modal uang sama kepopuleran doang. Asal lo berani, gue yakin lo akan baik-baik aja!"

Nata tersenyum. Dave mengelus dan merapikan rambut Nata yang sangat berantakan itu.

Flashback-

"Talia! Kamu jangan takut! Kamu mau kan janji sama aku?"

"J-Janji apa?" tanya Talia yang mengisak tangisannya.

"Aku, Erryl, bakal jagain kamu, Talia. Kamu adalah sahabat satu-satunya terbaik yang pernah aku punya tanpa pernah memandang fisik! Kita gak usah takut sama mereka! Memang mereka tampangnya lebih baik dari kita, tapi itu juga gak bertahan selamanya. Aku yakin, asal kita mau sama-sama berjuang dan bertahan, semua bakal baik-baik saja, Talia." sahut Dave menghibur Talia dan mengeluarkan jari kelingkingnya.

"Em.. Iya! Aku tidak bisa gini terus, kita jatuh bersama bangkit bersama ya, Erryl!" cengir Talia menunjukkan deretan pagar giginya itu yang sama seperti Erryl.

"SAHABAT SELAMANYA!"

"Nah, selesai!" sahut Dave.

Nata hanya dapat tersenyum kecil.

20 menit pun berlalu,seluruh tugas mereka sudah selesai.

"Gue sama Nata duluan, hati-hati lo pada."

"Lo juga, bro! Inget nyawa!"

Aish! Kayak Mang Arif aja lo mirip pas itu, Jer! Kesal Dave dengan senyuman paksanya.

"Bang Jer, Baby Chan numpang elu, yah?"

"Nebeng mulu lo. Yaudah."

Mereka semua berpencar menuju ke tempat tujuan masing-masing.

KRING!

"Halo, Mang!" sapa Dave dan Nata.

"Eh halo kalian berdua." balasnya.

"Mang, ada siapa, sih?" tanya seseorang yang duduk di dekat kasir Mang Arif dan menoleh ke arah Dave dan Nata.

"N-Nata? Lo kenapa? D-Dave?!"

"Lo lagi?!"

"D-Darryl?"

Aduh ,tampang gue! Cemas Nata.

-♡,arinnelle

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang