(21)

26 12 1
                                    

Ding dong

"Siapa, Ryl?" tanya Papanya yang suaranya terdengar samar-samar di balik pintu lantai atas.

"TEMEN ERRYL UDAH DATENG, PA!"

Dave sengaja setengah berteriak supaya papanya yang di lantai dua itu mendengarnya saat ia tengah menginjak satu per satu anak tangga.

"YA UDAH! AJAK MEREKA MASUK!"

Etdah. Balesnya ikut ngegas juga. Bapak anak dasar, batin Chandra di luar pintu yang sedikit merintih karena keberatan membawa tas yang isinya barang-barangnya itu.

Ribet ya? Kayak cewek.

Eh?

Cklek!

"HALO SOHIB-SOHIBKU YANG SETENGAH KUKASIHI DAN YANG ENGGAK!"

"Setengah doang?" goda Jeremy.

"Lah gue enggak, Bang?"

"Lo tumben sok lebay, Jer! Lo enggak akan kok, Chan. Woles!" ujar Dave mengedipkan salah satu matanya.

"Anjay! Babang laknat, ih!"

"Udah. Tela tele lu pada, masuk napa?" gaya Jeremy seolah pemilik rumah menyuruh mereka masuk dan berhenti berdebat.

Untung kawan,
batin Dave dan Chandra dengan tatapan mematikan.

"Mama udah pergi, Pah?"

"Oh, iya. Sudah tadi."

"Awal banget. Emang mau ke mall dari jam berapa? Emang tadi papa anter ke mall beneran?"

"Gak tau juga. Mama minta diturunin di perempatan deket jalan itu. Deket taman."

Ngapain, sih? Katanya ke mall tapi kok berhenti disitu.

"Aneh, Pa. Papa kok mau-mau aja tanpa nanya."

"Hehe papa tadi keinget bensinnya udah mau habis, jadi papa cepet-cepet ke pembensin, daripada dorong, hehe."

Jangan-jangan Mama ada hubungan di belakang Papa?

"Ya udah, Nak. Kamu ajak mereka ke kamar,papa mau nyiram tanaman dulu." sahutnya dan beranjak dari sofa ke pintu.

Bruk!

Tumpukkan ransel berada di atas kursi panjang kecil Dave.

Ia memang suka menggunakannya untuk menaruh tas koper, sekolah, dan lainnya disitu.

"Skuy ngegame! Gak nyesel gue ke rumah lo! Wifi sama leh uga lah ngadem!" ujar Jeremy senang dan mengangkat alisnya.

Siapa bilang jika ada orang pendiam maka akan selalu diam dan tidak ada sisi serunya? Ada! Namun sebagian dari mereka hanya menunjukkannya pada orang terdekat saja.

Selain itu,Jeremy sangat addict pada game. Padahal ia berprestasi dan handal. Mungkin karena kepintarannya dalam membagi waktu.

Turnamen? Tentunya. Hanya saja banyak yang tidak tau dan jarang mengajak sahabatnya.

PS koleksi, Virtual games, Action, Computer PC, cukup kaya. Hanya saja ada satu masalah.

Wifinya sangat lemot.

Beda dengan keluarga Dave yang cukup irit dalam bermain HP. Meskipun menggunakan Wifi mereka tampak jarang menggunakannya sehingga masih lancar jaya.

Jeremy yang mengetahuinya langsung
'sikat!'

Chandra mendecih.

"Beginian elu ngalay, Bang Rem!"

"Dasar bucin game!" tambahnya.

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang