(30)

21 10 1
                                    

Aku terkadang ingin menangis. Cinderella saja yang sempat saling berjauhan dengan pangerannya saja mudah berakhir bahagia. Kenapa aku tidak mengalami hal yang sama?
-Erryl dewasa, Dave.

***

Kok ganteng sih? Orang ini.
Ella menatap terdiam.

"Hei, jangan natap sampe kayak gitu dong. Kasihan nanti malu yang ditatap." Hadi mengingatkan dan dilanjut dengan tawa.

Weird.

Satu kata yang jujur ingin ia katakan pada gadis itu. Ia merasa dari awal bertemu dengannya tidak akan berjalan dengan baik.

"Mama Papa kamu masih istirahat di rumah, ya?" Lia meminum teh tawar nya.

"Iya, kan di rumah Om Tante."
Ella mulai menduduki kursi sebelah Dave.

"H-Hah?!"

Dave seketika berdiri terkejut.

"Kamu belum tau ya, sayang?"

"Tadi, sih. Kayaknya daritadi pas Mama Papa si Ella pergi dari rumah kamu baru balik dan keluar rumah lagi sama kita. Sekarang Mama Papa Ella habis pergi pasti capek." Hadi terkikik.

Damn. Kenapa dia di rumah gue?!

"Oh."

"Ya sudah, Ella mau pesan apa? Nanti sekalian Om Tante anter pulang, ya?"

"Iya.. Gak deh, Om. Langsung pulang aja gakpapa. Ella baru makan juga tadi hehe," timpal Ella menolak.

"Ya sudah, yuk." Lia yang membayar bon kasir pun selesai dan mengajak mereka pulang. Lia dan Ella berjalan terlebih dahulu.

Grep!

"Pah?" Hadi menoleh.

"Papa gak ngejodohin Erryl sama cewek itu tadi kan? Gak kan?"

"Hahahahah!"

"HAHAHAHAH!" tawa Hadi semakin kencang.

"Ada-ada aja kamu, Nak. Kebanyakan lihat sinetron, ya? Gak mungkin Papa punya janji-janji bahkan utang yang ngelibatin kamu. Tenang, Papa sama Mama bukan tipe seperti itu."

Kedua pria dan lelaki itu tersenyum.
Namun Hadi melanjutkannya dengan senyum licik.

"Kamu mau beneran ya jangan-jangan?" smirk licik papanya itu pun keluar.

"No thanks."

Mereka lanjut menuju keluar pintu, selagi berjalan di parkiran menuju ke mobil, pria berusia 45 tahun itu tampak mulai serius ke anaknya itu.

"Kamu nolak-nolak jangan-jangan kamu sudah suka cewek, ya?"

Jleb.

"Talia kamu itu dikemanain?"

Jleb.

"Bilang aja belum ketemuan sampe sekarang. Ngenes amat lo jadi anak gue." Dave seketika menatap papanya heran.

"H-Hah?! Lo-gue?! Papa!!" ia merasa kesal setengah mati pada pria di sebelahnya.

"Hahah, cuma bercanda, Ryl!"

"Yang penting kalo kamu gak mau dijodohin, kamu harus kenalin cewek kamu itu ke Papa Mama."

"Hah? O-Oh."

"Secepatnya ya? Papa gak sabar,"
Hadi terus saja hanya cengengesan.

"Ntaran, Pah. Sabar, tunggu Erryl jadi orang yang mateng dulu."

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang