(13)

19 9 0
                                    

"Gue sekarang lagi suka sama Jeremy."

"Woah!"

Nata tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Karena ia sama senangnya dan terkejut seperti Reyn.

"Cie pdkt, enak lo! Tapi,kok gue gak pernah liat lo sama Jeremy?"

"Ya,kan lo tau Jeremy kayak gimana. Gue kenal dia gara-gara se OSIS sama dia, diem-diem gue karena suatu kejadian jadi deket sama dia. Gue sendiri juga udah berusaha supaya gak nge-toa demi dia, dan berhasil!"

Reyn yang masih berimajinasi dalam dunia fantasi-nya tak henti-hentinya tersenyum. Nata baru ingat jika temannya itu baru saja mengikuti uji tes OSIS beberapa hari lalu dan ia sudah diterima.

"Lo emang cewek peka yang dibutuhin Jeremy saat ini, gue ikut bahagia," senang Nata yang matanya mulai berkaca-kaca.

"Lo emang sahabat terbaik gue, Nat. Lo emang selalu cantik dari hati sampe ke luar. Gue yakin,dia pasti kembali ke sisi lo lagi, gue yakin dia gak akan ngelupain lo, pasti dia juga nyariin lo, Nat saat ini, dan pasti lagi juga ngerasain kerinduan yang sama kayak lo. Don't cry ya, Nat?" hibur Reyn tulus.

"Reyn, semoga yang lo ucapin bener, gue rindu banget sama Erryl. Gue rela jaga perasaan gue demi dia selama ini, tapi, entah kenapa gue mulai ngerasa goyah." Jujur Nata yang mulai menangis.

"Dave? Nat, apa lo yakin Dave itu bukan Erryl?"

"Reyn, dunia terlalu luas buat kita,mana mungkin Dave itu Erryl! Mungkin Dave cuma orang yang Maha Kuasa kirim cuma buat ngobatin rasa kerinduan gue! Dia bukan Erryl, Reyn!"

"Kalo emang lo pikir Dave bukan Erryl karena mustahil terus kenapa lo mikir kalo Darryl itu Erryl, hah?!"

"Karena gue ngerasa kalo dia itu sifatnya kalem mirip kayak Erryl, Reyn!!"

"Setiap orang kepribadiannya bisa berubah, Natalia Serena!"

"OKE FINE! GUE GAK MAU MIKIRIN SOAL DIA, GUE PINGIN TIDUR! DARRYL, ERRYL, DAVE, GAK PEDULI GUE!" emosi Nata yang sudah sambil mempersiapkan posisi untuk segera tidur.

"Nat, jangan marah,dong. Kan gak salah kalo kita cuma mengira-ngira," raut Reyn menjadi sedih.

Gue kayaknya agak keterlaluan ke Reyn, batin Nata.

"Reyn, sorry kalo gue emosi tadi. Gue cuma terlalu agresif mikirin Erryl."

Reyn memeluk Nata erat.

"Gakpapa, gue tau lo pasti lagi ngerasain sakit sekarang. Lo harus kuat ya?"

Nata mengangguk. Ia terus memeluk Reyn pula tanpa henti.

"Udah, zeyeng. Gak usah nangis, order pizza, yuk?" tawar Reyn dengan ide cemerlangnya.

"AYO, BEB!"

Ya, makanan lah pengakhiran suatu permasalahan yang terbaik.

***

"Reyn, makasih banyak,ya! Lo kok sendirian, sih?" bingung Nata.

"Oh, entah, pada banyak urusan. Udah yang penting kita udah seru-seruan bareng udah cukup nemenin kesendirian gue." senyum Reyn sedikit masam.

"Lo juga boleh ke rumah gue, gantian!" tawar Nata.

"Jangan, nanti mata gue salfok ke kakak lo." canda Reyn.

"Haha! Kakak gue emang ganteng, tapi sintingnya mirip kayak si Chandra!"

"Aduh, jangan, deh."

Nata terkikik kecil. Ia berpamitan dengan Reyn dan segera pulang ke rumah.

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang