(29)

14 9 0
                                    

"Tiup dong, lilinnya!"

"Tuh, dengerin kata Papa! Kebanyakan lo mintanya ntar gue karungin buah coconut yang banyak!"

Nata mengakhiri doa harapannya dan menatap sinis kakaknya itu yang menyindirnya dengan nama buah begitu saja. Tentu Nata tidak terima.

"Udah, gak usah mulai berantem, ah! Yuk Talia." Nata membalas mengangguk.

Fuuuuuuh!
Nata lagi-lagi meniup kue keduanya yang jauh lebih besar itu.

Sedangkan Lucas terus memakan steak nya. Memang sekarang mereka merayakan dan berada di sebuah restoran steak di dekat rumah yang bisa dibilang sangat enak.

"Lo nyuruh cepet-cepet. Tapi lo sendiri makan enak-enak dasar lo kakak sial-" Esti yang merupakan Mama Nata sendiri menutup mulut anak bungsunya itu.

"Hush! Gak boleh ngomong kasar. Nih," Esti menyumpal potongan steak ke dalam mulutnya

"PFT! HAHAHAH! GUE ABADIIN YA?"
Lucas terus tertawa, tidak peduli jika banyak orang melihatnya. Ekspresi adiknya itu sangat lucu.

"Ih! Mwamwah! Kwok jhahwat swamah Nhwata!"

"Makan dulu ah, sayang! Nanti panas.." nasehat Esti.

"Sini deh, kakak suapin." Lucas menyengir lebar.

"Cepet." Nata sudah membuka mulutnya lebar.

"Eh, nanti kalian suap-suapan lagi Mama foto, ya? Jangan dihabisin dulu! Mau mama share, hehe ke temen-temen Mama."

Delon menatap Esti heran.
"Kamu ini, kebiasaan." ia lanjut menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gakpapa lah, Mas. Biar dikira keluarga bahagia." Esti ikut menyengir.

"Berarti selama ini kita gak harmonis, Ma?!" Nata yang terkejut menggebrak mejanya. Lucas lagi-lagi menahan tawa.

"Mamamu cuma canda sayang, ah kamu ini! Kelihatan polos tapi di sekolah pikir cowok terus." timpal Esti.

"Ih, gak ya Ma!"

"Hehe, ya udah. Bentar ya? Mama sama papa mau foto-foto di spot sana!" Nata mendengus sekilas.

Iya hanya mengangguk diikuti Lucas.

"Yuk, Mas."

"Kak, suapin gue dong hehe. Mauu!" sifat anak kecilnya seketika keluar.

"Nih, aaaa!" Lucas menerbangkan potongan daging sirloin steak itu dengan garpu.

"Ih, Kak. Kayak gue masih kecil aja."

"Emang lo masih kecil. Pokoknya lo harus jadi adek kecil gue terus. Gak boleh tumbuh gede gak boleh ninggalin kakak." Lucas merangkul gadis mungil itu dengan erat.

"Hahah! Kakak aneh-aneh. Iya Nata sayang kakak." Nata membalas pelukan itu penuh kasih sayang.

Dave mengetuk meja pelan dari kejauhan. Ia terus menatap cemburu 'pasangan' itu.

Itu Nata?
Masa dia udah pacaran?
Tapi masa iya, sih?
Romantis amat, kayaknya iya.

Dave menghela napas panjang. Ia menyesal telah menyetujui penawaran ajakan makan orang tuanya di restoran itu. Pada akhirnya, toh, disuguhkan pemandangan tak enak pula. Hatinya entah kenapa terasa panas.

Seumur hidup gue cemburu cuma buat Talia. Kenapa harus cewek itu? Cewek yang emang kebalikannya Talia banget. Mungkin Talia jelek di mata orang sekarang, tapi gue tetep mau terima dia apa adanya. Tapi kenapa kita belum dipertemuin juga, Tal?

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang