(17)

23 12 3
                                    

Tapi tetap Mang merasa memang udah gak ada pelangi yang bisa kembali warnain hidup Mang Arif kalo kalian gak bersama.

***

"Yah, ketemu lagi kita, bro. Nat? Lo kok bisa sampe kayak gitu? Lo jatuh? Sakit?"

"Gak, gue gakpapa. Cuma kecil doang." tenang Nata.

"Modus lo, Ryl!" sinis Dave.

"Haha! Emang lo? Jomblo!"

"Situ kagak?"

"Oh liat aja lo nanti! Mong-ngomong, cepet sembuh ya, Nat!"

Gila, lo emang lembut baik kayak Erryl, Dar. Kagum Nata tersenyum puas membayangkannya.

Mang Arif yang kembali dengan peralatan pesanan titipan Dave pun merasa berisik dengan debat kecil itu.

"Heh! Heh! Sudah, atuh! Nak Darryl sama Den Dave, teh, kagak kasihan sama si neng cantik?"

Mereka berdua seketika terdiam bak kesunyian, Nata hanya terkikik kecil mendengar omelan Mang Arif itu.

"Dave, udah, kan?"

"Udah, sih. Kenapa?"

"Lo gak pulang apa?" heran Nata yang setengah tertawa.

"Iya, sih. Hari ini gue gak bisa lama-lama. Lo yakin gak sekalian mau gue anter pulang?"

"Oh, gak usah, Dave. Lo udah banyak bantuin gue, itu udah cukup. Lo pulang dulu aja, kasihan keluarga lo nyariin. Gue masih mau ngomong-ngomong bentar sama Mang Arif kok." jujur Nata.

"Ya udah, kalo lo ada apa-apa, lo contact gue ya!"

Emang gue punya kontaknya dia apa? Gerutu Nata yang keheranan.

"Lo lupa? R-r-y-l kecil semua! Terus D gede a-v-e kecil!" jawab Dave yang seolah mengetahui apa yang dipikirkannya.

Gue lupa? Masa, sih? E-Etdah, yaudah, deh. Jadinya gak gengsi tanya. teplok Nata ke jidatnya keheranan.

"Saking detailnya saking kepingin chat sama Nata ya lo? Dasar efek jones gak ketulungan!"

"Bilang aja iri lo dasar feses kecoak!"

"Enak aja gue udah ada yang punya, sempak kuda!" balas Darryl.

"Ah, boongnya keliatan! Dosa!" jawab Dave.

"Gak percayaan lo!"

"Udah Darryl," ucap Nata lembut.

"Inget lo, Dar, perdebatan ini gak akan selesai sampe Nurrani nikah sama Iqbal!"

"Gue juga gak akan terima kekalahan sampe Mail pacaran sama Mei-Mei!"

Nata dan Mang Arif merasa receh seketika. Mereka tertawa karena ekspresi mereka yang sangat lawak.

Akhirnya mereka berhenti berdebat dan bersiap pulang.

"Salam, bro."

"Salam."

Dave dan Darryl sudah pulang terlebih dahulu, Nata hanya duduk tenang di kursi dekat kasir Mang Arif menunggu Mang Arif yang sudah tidak sibuk.

Sedih, sih. Darryl udah pulang, gakpapa, deh! Kapan-kapan gue deketin! Semangat Nata.

"Neng cantik?"

Nata menoleh ke Mang Arif.

"Ya, Mang? Ada apa?"

"Dari awal, teh, saya kok belum tahu, nama eneng?"

Oiya! Lupa mau ngasih tau!

"Oh, gampang, Mang. Makanya saya juga masih mau tunggu disini karena mau cerita semua sama Mang."

NÜTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang