Rodium.

653 34 3
                                    

...
.
.




"Kita berangkat bersama saja..." ujar Eric yang diangguki sisanya.

"Orangku bilang, kejadiannya bersamaan! Duhhh~ Kakak, menurutmu apakah kejadian Athrax-Nemesis ini ada sangkut pautnya dengan orang yang berusaha merampok Athrax saat ayahku menjabat?" tanya Eric melanjutkan kalimatnya.

Ethan yang mendengarnya hanya memasang wajah tenang nan dingin meski otaknya serasa di-blender. "Aku tak peduli. Yang jelas aku akan memusnahkan siapapun yang mengusikku."

Mereka dengan bergegas merapikan diri dan pergi ke tempat kejadian perkara.

Nicholas pergi bersama Alfred ke Vermont saat Ethan, Joann, dan Eric pergi ke New York. Dan sebagaimana yang kita ketahui, Vermont adalah negara bagian yang bersebelahan dengan New York City. Sehingga rombongan itu terpisah di Vermont karena Nicholas dan Alfred harus berbelok.

Dan saat mereka akan berpisah, Nicholas dan Ethan berpesan untuk saling berhati-hati.

Jantung setiap orang di sini berdebar hebat membayangkan apa yang sudah terjadi. Dan entah apakah ini hanya Ethan atau terbawa suasana, dengan kekuatan super, ia menginjak pedal gas membuat Maybachnya melaju sangat kencang menembus jalanan pemisah gedung pencakar langit.

Hingga akhirnya mereka sampai di New York yang entah mengapa suasana di sana damai-damai saja.

Di negara bagian ini, ada dua cabang perusahaan dan satu pabrik yang jauh dari gedung-gedung perusahaan ini. Ethan mengerutkan dahinya melihat satu cabang Athrax masih berdiri kokoh dengan pegawai-pegawainya yang masih berkutat dengan rutinitasnya. "Mungkin di gedung satunya" ujar Ethan dalam hati.

Joann dan Eric-pun tentunya berpikiran yang sama. Agak lega ketika mereka melihatnya. Namun debaran jantung yang memompa darah kembali terasa ketika Ethan membelah jalanan menuju gedung satunya.

"Bajingan, Eric! Kau membohongiku, hah?!" teriak Ethan ketika melihat gedung satunya yang tak terjadi apa-apa. Eric-pun terasa terbohongi. "Apa-apaan ini?!" begitu pertanyaan yang terlintas dalam benaknya. "K-kakak... Su-sungguh aku t-tak berbohong! B-biar aku m-meneleponnya kembali."

Eric dengan cepat mengambil ponselnya dan berusaha menelepon anak buah sialannya yang telah menipu. Berjaga-jaga, Ethan menjauhi gedung itu dan parkir di sebelah gedung yang menurutnya aman. Mungkinkah ini hanya terror semata agar ia dan keluarganya takut?

"Bitch..." umpat Ethan pelan. "Oi, bajingan! Kenapa lama sekali?!" Ethan yang tak sabar langsung berbalik ke kursi belakang dan akan menghancurkan wajah Eric ketika adiknya menenangkan.

"Kakak... Sabarlah, Seseorang mungkin ingin kita berpecah-belah..." ujar Joann lembut meski matanya berkaca-kaca mengekspresikan ketakutannya.

Ethan menarik napasnya dan mengeraskan rahangnya marah. Ia menggeleng berusaha menenangkan dirinya. Tangannya tergerak untuk mengusap kepala adiknya sayang dan menariknya untuk mengecup bibir itu.

"Tenangkan dirimu, oke?" ujar Ethan lembut meski rahangnya masih terus mengeras. Hingga Eric yang berkutat dengan teleponnya mendapat jawaban dari seberang sana.

"H-hiks... T-Tuan... Ma-maaf... A-aku hanya disu-hiks-ruh. Disuruh... A-Aku diancam jika aku tak melakukannya, m-maka keluargak-ku a... a-akan dibunuh..." ujar seorang pria dengan tangisan yang pecah juga nada bicara yang menyesal ketika Eric mengetuk simbol 'loud speaker' pada layar ponselnya.

"Siapa yang menyuruhmu?!" tanya Ethan nyalang.

"T-Tuan E-Ethan? K-kaukah itu? Hiks- Tuan... Kumohon padamu... H-hiks... M-mereka masih mengawasiku... Aku tahu itu... H-Huks... Aku tahu ini lancang dan..." pria itu terdengar sedang menarik napas dan mungkin sedang memeriksa keadaan.

Puzzle Pieces - Des ÉgratignuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang