Stronsium.

1.4K 89 10
                                    

...
.
.
.

"I need to go home, dude. Joann menungguku"

"Joann? Ohhh- Adikmu itu, ya? Bagaimana kabarnya?"

"She's gre....eeew. Kau harus melihatnya sendiri"

"Ku tak sabar menemuinya"


...







Jadi saat Ethan keluar dari supermarket, ia bertemu dengan teman lamanya semasa SMP dahulu, Lucas. Mereka terlihat senang bisa bertemu seperti ini. Terhitung sudah bertahun-tahun tak bertemu, mereka masih akrab seperti semasa sekolah dulu. Tanpa canggung dan mengalir begitu saja.

"You know. Ini alamatku. Datanglah jika sempat." Ujar Ethan terlihat terburu.

"Can't wait... Bilang pada Joann aku bilang 'Hai'..."

Setelah Ethan pergi dari sana, ia buru-buru pulang ke rumahnya. Dan saat ia memasuki rumahnya dan melewati meja makan, ia melihat wajah sembap adiknya yang banjir akan air mata.

"Joann, ada apa? Apa kau menungguku terlalu lama?" tanyanya panik. Dan yang ditanyapun tak menawab apapun dengan pandangan kosong serta air mata yang terus mengalir.

Sang kakak menghampiri adiknya dengan tergesa. Tangannya tergerak untuk mengusap wajah Joann menggunakan ibu jarinya.

"Sayang, mau cerita?" tanyanya lembut.

Mendengar Ethan yang superlembut seperti itu membuat Joann menghangat. Perempuan yang lebih muda itu mulai mengalihkan atensinya pada yang lebih tua.

"H-huks-"

Isakan Joann mulai terdengar membuat Ethan bersiap-siap untuk tangisan dari adiknya itu. "Sssst. Sayang, jangan menangis" ujar Ethan yang dengan lembutnya mengusap kepalanya dan membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya.

Joann memeluk leher Ethan erat dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Ethan.

Ethan hanya tersenyum lembut ketika adiknya menangis kencang. Lalu, ia mulai memangku adiknya itu seperti koala dan membawanya ke arah ruang keluarga. Ethan mendudukkan dirinya dengan Joann yang masih berada dalam pangkuannya ke sofa.

"Mau cerita?" tanya Ethan pada Joann ketika adiknya itu mulai tenang.

Dan adiknya itu hanya menggelengkan kepalanya lemah. Mengisyaratkan bahwa ia tak memiliki niat untuk membicarakannya untuk saat ini. Mungkin nanti. Atau- tak akan sama sekali.

Karena jika Ethan mengetahui alasan Joann menangis meraung seperti ini, Joann yakin bahwa Ethan akan membunuh alasan tersebut. Ia mengeratkan pelukannya pada leher sang kakak. Menghirup aroma maskulin kakaknya yang terasa sangat menenangkan.

Begitu tenang dan damai. Bagaikan samudera luas tak beriak. Terlihat begitu biru dan indah. Dingin tak tersentuh namun terasa begitu nyaman. Bahkan jika Joann berlayar di atas samudera itu, ia rela jika ia karam di dalamnya.

Namun...

Bolehkah?

"Sayang?" panggil Ethan memeriksa. Karena Joann dari tadi sama sekali tak menunjukkan pergerakannya sehingga Ethan menyimpulkan bahwa adiknya itu tertidur.

"Eung?" jawabnya polos.

Joann memberi jarak sedikit untuk melihat wajah tampan yang lehernya sedari tadi ia peluk. Dan Ethan yang melihat wajah polos adiknya itu menjadi gemas dan mengecup pipi adiknya itu dengan cepat.

Puzzle Pieces - Des ÉgratignuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang