Hidrogen.

3.5K 158 50
                                    

...

II

.

Tidur Joann terganggu ketika suara alarm mengusik bunga tidurnya yang menggantung. Tangannya tergerak untuk menyalakan lampu tidur pada nakas.

Matanya mengerjap guna menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam pupilnya. Ia mendudukkan tubuhnya pada headboard dan menghela napas kasar. Ia terdiam sejenak untuk berfikir apa yang harus ia lakukan hari ini dan menoleh untuk melihat jam beker yang juga berada di atas nakas.

"Hhhhh-... Jam 4 pagi"

Perempuan itu memejamkan matanya sejenak. Mempersiapkan harinya yang tak mungkin berbeda dari hari kemarin.

Ahhh- Sudahlah, dia memaksakan tubuhnya untuk mengerjakan pekerjan rumah di pagi buta agar sebelum pergi ke sekolah, ia bisa beristirahat sejenak.

Ia pergi ke kamar mandi dan melepas seluruh helai kain yang melekat pada tubuhnya. Membilas seluruh tubuhnya dengan air dingin. Juga mencuci rambut panjangnya menyeluruh. Setelah selesai dan berpakaian, ia mengambil baju kering yang kemarin dijemur dan menyetrikanya buru-buru. Setelahnya, ia menyapu dan memasak sarapan untuknya dan kakaknya.

Bibirnya bersenandung ria melantunkan nada-nada indah dari suara merdunya. Matanya menelisik isi lemari es dan mengambil bahan masakan asal. Sesuai rencana, ia akan memasak makanan sederhana yang mudah dibuat dan tidak memakan waktu yang lama. Moodnya sedang baik pagi ini.

Setelah menata meja makan dan sebagainya, ia mendengar suara langkah kaki dari arah tangga. Dan dengan sekejap, suasana riangnya berubah menjadi tegang dan kaku.

Rahang tegas dengan dagu yang begitu runcing, hidung bangir yang terlihat cocok dengan wajahnya, pipi tirus dengan kulit yang agak eksotis, dihiasi sepasang mata elang berwarna hazel. Tubuhnya ramping tanpa lemak sedikitpun. Tangannya terlihat begitu kokoh dengan dada bidang yang tegap. Terlihat begitu tampan dan menawan.

Joann duduk pada salah satu kursi di meja makan dengan perlahan takut-takut ia melakukan hal yang bisa membuat kakaknya marah. Kakaknya duduk di seberangnya dengan ekspresi tak peduli, "H-hai, kak... Maaf aku hanya bisa memasak krim sup dan toast. Aku hampir telat"

Sang kakak hanya memulai makannya tanpa memedulikan eksistensi sang adik, membuat yang lebih muda menundukkan kepalanya lelah. Selanjutnya, ia mengambil tasnya dan pamit dengan wajah yang lesu. Dan saat tangan lentiknya akan meraih knop pintu, suara baritone menginterupsi pergerakannya.

"Joann, aku akan pulang larut. Jika kau pulang nanti, kau tidak perlu memasak makan malam untukku. Dan jangan tidur terlalu larut, oke?"

.

.

.

Namanya Joann. Joann Elisa Monnett, lengkapnya.

Ia hanyalah remaja biasa. Perangainya ceria dengan rambut hitam panjangnya yang menjuntai bebas. Paras cantiknya membuat para laki-laki melirikan mata, dan membuat para wanita iri dibuatnya.

Dia tinggal berdua bersama kakak laki-lakinya. Dan jika kalian bertanya tentang orang tua mereka, maka jawabannya adalah, orang tuanya meninggal dua tahun lalu membuat beberapa orang memandang mereka terkhususnya Joann dengan berbeda, dan karena itu pula orang-orang di sekitarnya mengucilkan Joann.

Sang kakak, -Ethan Randall Monnett- yang dulunya hangat dan penyayang, kini berubah dingin dan kurang berbicara, juga teman-temannya meninggalkannya begitu saja. Kasih sayang dan kehangatan berangsur-angsur menghilang dari lingkungan sekitar Joann. Namun dengan begitu, perangainya yang ceria tak berubah sedikit-pun.

Puzzle Pieces - Des ÉgratignuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang