...
.
.
.
Dunia heboh dan stasiun televisi terlihat begitu sibuk dari tadi malam. Mereka sibuk bersiap untuk mengunjungi konferensi pers yang baru saja diumumkan tadi malam dan akan dilaksanakan pagi ini. Atlanta yang berada di negara bagian Georgia ini bagaikan sarang semut yang diganggu. Orang-orang berhamburan kemana-mana.
Bagaimana tak mungkin jika hal itu disebabkan oleh perusahaan terbesar nomor satu dunia yang akan kembali memulai kembali perusahaannya yang telah sirna dua tahun lalu.
Athrax Corporation yang memulai dirinya kembali dengan tiga orang utama dan seratus orang yang bersedia sebagai pegawainya kini sedang berada di acara konferensi pers yang di adakan di gedung raksasa Athrax.
"Kakak... Kau yang akan berbicara, tapi kenapa aku yang berdebar deg-deg ser, ini?" tanya Joann resah.
Ethan tersenyum dan mengusap kepala Joann.
"Sayang... Tenang, okay?"
"Tuan, semua orang menunggumu maju ke depan podium" tutur Eric yang menghampiri dua kakak-beradik yang berada di ruang CEO.
Ethan dan Joann menarik napas dan menghembuskannya secara bersamaan tanpa sengaja. Ethan menggandeng tangan Joann dan membawanya keluar.
"Kakak... Semangat!" ujar Joann dengan volume suara kecil ketika mereka sudah sampai di aula Athrax yang dijadikan tempat konferensi pers besar-besaran. Kedua mata Joann melihat ratusan kamera terpampang dan berjejer rapi di depan panggung. Ia juga bisa melihat ratusan kepala duduk manis dan menunggu kata-kata yang akan diberikan Ethan.
Para jurnalis sudah bersiap dengan buku-buku catatan dan penanya.
Joann sudah tak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika menjadi Ethan. Meski ia selalu bermanja dan bersikap seperti anak kecil, ia sudah cukup dewasa untuk mengetahui sikap, keadaan, dan bahasa. Sehingga ia tak mau mencoreng nama kakaknya hanya untuk bermanja. Ia lalu duduk di kursi yang berada di ujung panggung bersama Eric untuk menyaksikan kakaknya yang ia sayangi itu memberikan kata-katanya.
"Nona, aku sungguh iri padamu..." ujar Eric tiba-tiba.
Dan Joann yang mendengarnya langsung menolehkan kepalanya ke arah Eric.
"Apa maksudmu, Eric?" tanya Joann pada Eric.
Eric yang ditanya seperti itu menunduk dengan pandangan sedih. Membuat Joann merasa iba.
"Kau memiliki orang yang disayang dan menyayangimu begitu tulus. Dan aku i-iri, nona..."
Joann tersenyum lembut dibuatnya. Tangannya tergerak untuk mengusap bahu Eric menenangkan.
"Eric... You are a part of team Monnett! Kau anggota keluarga Monnett, Eric. Kita juga menyayangimu. Kau adalah kakakku. Dan selalu akan begitu." ujar Joann.
"Meski kita tak memiliki hubungan darah apapun, kita masih bisa saling menyayangi. Aku dan kau kini berada di posisi yang sama, Eric. Kita tak memiliki keluarga yang lengkap... Hanya karena aku memiliki Ethan sebagai kakakku, itu tak memberi arti bahwa aku bahagia tak memiliki orang tua disisiku."
Joann menyisir rambut panjangnya menggunakan jari dan berhenti di tengah-tengah. Ia tersenyum lembut pada Eric.
"A-aku hanya bingung, nona... Sejak ayah meninggal, aku hancur, dan aku tak rela. Aku bingung akan melangkahkan kakiku kemana, dan untuk apa. A-aku menuntut hal yang lebih. Aku- hhh" ujar Eric diikuti helaan napasnya karena tak mampu menyelesaikan kalimatnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle Pieces - Des Égratignures
Romance-Buku pertama dari Puzzle Pieces Trilogy- [21+] !!!Incest Story!!! ... . . . Joann merasakan sepasang tangan kekar memeluk erat tubuh mungilnya dari belakang. Menariknya dari samudera hitam tanpa batas. Juga menghangatkannya dari neraka dingin tak...