Perak. (IIIII.0) - Viens à Moi [M]

1.2K 33 12
                                    

!!!Warning!!!

Erotic Scene and Dirty Words. PG-21!

5203 Words which means two chapter wrapped in one!


...

.

.

"Yo, baby? Would you marry me?"

Joann tak pernah menyangka kakaknya akan melamarnya dengan cara seperti ini.

Air matanya yang sudah menganak sungai ia biarkan menetes indah tak peduli sedang berada di mana. Suara riuh para penonton membuat dirinya tak habis-habisnya bersyukur akan apa yang telah ia dapat selama ini.

Ethan dengan begitu percaya dirinya masih menunggu jawaban yang lebih muda dan membiarkan dirinya sendiri menikmati momen meski ia takut adiknya akan menolaknya mentah-mentah.

"I would... H-huks... Aku mau... K-Kakak..."

Suara tepuk tangan dan sorakan orang-orang semakin meriuh menyaksikan sesuatu yang terlampau manis dan mengharukan bagi setiap insan yang melihatnya.

Ethan tersenyum manis. Ia mengambil tangan kiri Joann dan menyematkan cincin dengan intan permata yang memancarkan kelap-kelip semu berwarna ungu pada jari manisnya.

Joann rasanya ingin sekali berjingkrak-jingkrak dan melompat-lompat bahagia sambil menyombongkan jari manisnya yang telah tersemat cincin indah pemberian sang kakak. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah tetap menangis haru hingga ia memeluk leher kakaknya ketika pria itu berdiri dan memagut bibirnya mesra.

"I love you, Joann... Tetaplah bersamaku, sayang..."

"H-huks... A-aku juga m-mencintaimu... Hiks..."

...

.

.

Hari ini adalah hari yang paling indah dalam hidup Joann maupun Ethan. –so far. Dan semoga saja akan ada hari yang lebih indah dari hari ini.

Membayangkan semua hal yang telah mereka lewati. Lika-likunya yang terlalu berbelit bagaikan potongan teka-teki rumit saat melakukan hipotesa dari teori semesta baru dengan setiap gagasan pengukuran kuantum yang memusingkan kepala. Dianggap terputus-putus bagai tetesan hujan dan sangat tidak mungkin untuk dapat diamati melalui indera kontektual manusia.

Dan Ethan sedikit-banyaknya mengurungkan rasa sesalnya setelah menghambur-hamburkan uang untuk merancang hujan kelopak mawar itu dan...

"Kakak?... Napa Joann haluc tcucup matca? Kan beiby jadi ndak bica liyac. H-huks..."

Ethan terkekeh dan mengusap belakang kepala Joann sayang. Mereka kini sedang dalam perjalanan menuju rumah mereka karena Ethan memiliki hal lain untuk Joann.

"Kakak napa ndak jawab Joann? Kakak dah ndak cayang Joann agi, ya? H-huks... Kakak ndak cayang Joann..."

Ethan tersenyum dalam diam. Adiknya terus mengoceh karena dirinya tak kunjung juga menjawab pertanyaannya. Hingga yang lebih muda bisa merasakan bahwa mobil telah terparkir, entah mengapa jantungnya berdegup seratus kali lebih cepat. Bahkan rasanya jantung di dadanya itu bisa saja meledak suatu waktu.

Ethan keluar dan membukakan pintu untuk Joann.

"Jangan dulu buka blindfold-nya, sayang... Kita belum sampai."

Ethan menuntun Joann yang tangannya sudah sangat dingin. Dalam hati yang lebih muda terus bertanya-tanya tentang akan ada apa lagi selanjutnya. Hingga ia bisa mendengar suara pintu rumah terbuka, Ethan berkata, "Ada satu anak tangga didepanmu. Hati-hati, baby..."

Puzzle Pieces - Des ÉgratignuresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang