Hari ini, Diego bilang dia akan melatih kekuatanku. Sebenarnya aku bingung, memangnya aku punya kekuatan ya? Aku tau pertanyaaan ini terlalu tolol untukku.
Setelah sarapan, dan lagi- lagi mendapatkan tatapan sinis dari Meira, aku melangkahkan kakiku ke arah kamar.
Kubuka pintunya dan duduk bermalas malasan disofa, hampir saja kantuk menghampiriku, tapi langkah kaki Diego membuat mataku bersemangat sekali.
"Dasar pemalas! Ayo bangun, Sesuai janjiku kita akan melatih kekuatanmu itu!" ucap Diego yang membuatku bersemangat.
"Memangnya aku punya kekuatan apa?Tembus pandang? Terbang? Atau sinar laser oh-oh atau membaca pikiran?!" tanyaku penuh semangat, aku melihat Diego menggaruk-garuk kepalanya.
"Jangan banyak menonton film action!" keluhnya dan langsung mengajakku keluar atau tepatnya ke halaman belakangnya yang SANGAT SANGAT LUAS!.
Aku lihat banyak sekali Werewolf yang berlatih di sana, ada yang berkutat dengan pedang, ada yang loncat-loncat, dan ada yang sedang baku hantam.
"Tempat apa ini?" tanyaku sedikit takut.
"Ini tempat latihan pack-ku. Dan mereka adalah calon Warior di sini, dan ada juga yang tidak, mereka hanya mempersiapkan diri apabila pack kami diserang." jelas Diego lalu aku hanya mengangguk.
"Apa banyak wanita yang ingin menjadi Warior?" tanyaku.
"Ya, banyak sekali, nah dikarnakan aku masih banyak pekerjaan, kau harus berlatih dengan bawahan ku dulu," titahnya lalu tiba-tiba datang seorang dua wanita yang seumuran denganku.
"Hai, aku Niana. Dan ini temanku, Clara," Ucapnya lalu mengulurkan tangan padaku, tentu saja aku menggapai uluran tangan itu .
"Aku, Ashley Amara."
"Senang bertemu denganmu Luna." Ucap Clara.
"Tidak-tidak! panggil aku Ashley, ingat a-s-h-l-e-y." Ucapku dan langsung mendengar suara kekehan Diego.
"Tapi-" Ucap Niana.
"Tidak ada bantahan, benar begitu Diego?" Tanyaku dan Diego mengangguk.
"Niana, Clara aku serahkan Ashley pada kalian dahh!" pamit Diego lalu menghilang dalam hitungan detik.
"Ashley! Ayo aku akan melatih kekuatanmu!" Aku pun mengikuti langkah Niana dan Clara sambil melihat sekelilingku, tempat ini seperti lapangan tapi 10 kali lebih besar, dan banyak peralatan dan senjata lainnya seperti belati.
"Ashley,"Panggil Clara.
"Yeah Clara?" Kataku terbangun dari lamunan.
"Ayo perkenalkan dirimu," titah Clara yang langsung diangguki oleh Niana.
"Baiklah," Ucapku menarik nafas dalam dalam. "Aku, Ashley Amara anak dari Clarise amara dan seorang R.. Rogue."
Setelah memberitahu semua tentang identitas ku, Mereka malah tersenyum bukannya marah seperti Meira.
"Apa kalian tak marah?" tanyaku padanya
"Tidak, apapun bentuk dan jenismu, kami tak akan marah, lagipula aku mencium bau ketulusan saat kau baru saja melangkahkan kakimu kemari," jelas Niana.
"Ayo berlatih!" Sahut Clara.
"Baiklah, tapi apa kekuatanku?" Tanyaku.
"Kau bisa memukul dengan handal," ujar Niana lalu mengarah ke arah pohon apel.
"Sekarang pukul itu dengan kekuatanmu," Titah Niana."Tapi ingat, kau harus konsentrasi, target mu adalah pohon itu!" Timpal clara.
"Baiklah," Akupun berdiri tegap dan mengambil nafas dalam dalam. Sedikit ragu dengan apa yang akan kulakukan.
Aku mencoba mengunci pohon apel itu sebagai targetku, akupun berlari menuju pohon apel itu dan dalam hitungan detik ...
BUGH!
Pohon apel yang awalnya kokoh itu terpental jauh beserta buahnya yang menggiurkan.
Aku melongo,bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Aku yang sedulu nya lemah bisa melakukan ini?
Kudengar semuanya hening, dan saat aku berbalik ternyata 'Semua' yang sedang berlatih melongo melihat apa yang baru saja terjadi.
Tiba-tiba tepukan tangan mengisi ruang ditelingaku, semua bertepuk tangan untukku, untukku! Catat itu UNTUKKU!
Senyumpun merekah diwajahku. Dan semuanya mulai kembali pada pekerjaanya masing-masing."Itu tadi sangat gila Ashley!" Ucap Niana saat aku mendekatinya.
"Astaga, bahkan Alpha Diego hanya bisa membuatnya jatuh, tapi kau? Kau membuatnya terpental woaahh!" puji Clara
"Aku senang bisa melakukan itu," balasku lalu tertawa dengan mereka.
"Ehm, aku harus pergi. Terimakasih, ya. Sudah mau melatihku, daahh!" pamitku lalu langsung pergi meninggalkan mereka.
Saat aku masuk kedalam, aku harus melewati dapur, yang pastinya aku juga melewati penjara bawah tanah. Aku yang tadinya bersenandung ria, tiba-tiba diam saat mendengar suara jeritan dari penjara sana, jeritan itu kembali berteriak seakan akan memanggilku untuk menghampiri pemilik suara itu.
Dengan berani,aku membuka pintu menuju penjara bawah tanah tersebut. Semakin banyak aku melangkah, semakin keras juga jeritan suara tersebut.
Aku mempercepat langkahku dan setelah yakin bahwa sel penjara Andrew-lah sumber dari suara mengerikan nan nyaring tersebut.
Seketika tubuhku lemas. Kenapa? karna aku melihat Meira sedang mencekik Andrew habis-habisan, hingga darah segar mengalir begitu deras.
Meira yang menyadari aku ada di sana, langsung menoleh. Ia menatapku dengan tatapan penuh amarah. Sedetik kemudian, Meira melempar tubuh Andrew sembarangan, membuatku sedikit berteriak saat itu juga. Aku melangkah mundur saat meira mendekatkan dirinya padaku, Aku gemetaran.
"T-tidak ..." lirihku saat Meira mendekatiku dengan tatapan membunuh.
"TIDAK!" Jeritku melayang saat Meira hampir berhasil mencekikku. Namun, aku berhasil kabur dan langsung berlari secepat mungkin. Aku berlari sambil berteriak tak karuan. Dan aku juga berlari menuju bella, ya! Bella berada di halaman depan tapi tiba-tiba, seseorang berhasil mencekikku.
Baru saja aku berada di ruang tengah, aku sudah tertangkap olehnya. Ingin sekali aku menjerit. Tapi tak kuat, cakarannya begitu kencang, membuatku tak mampu bicara.
Kakiku berusaha menggapai lantai. Namun itu hal sia-sia. Sementara tanganku menggapai tangan meira yang sedang mencekikku, agar aku bisa lepas dari cekikannya.
Namun semua yang kulakukan itu hanya membuang tenagaku cuma-cuma, para Maid bahkan Warior hanya diam tak berani bertindak. Yang bisa ku simpulkan,mereka semua takut pada Meira.
Aku berteriak sekencang kencangnya di dalam hati ketika kuku Meira berhasil menembus kulit, darah segar mulai bercucuran tanpa seizinku.
Aku tak kuat lagi, ini menyakitkan dari pada dicambuk oleh Rosie. Ini sangat sakit, tanpa kusadari aku menangis. Sedangkan Meira?wajahnya terlihat nafsu membunuhku. Padahal belum genap 4 hari aku berada di sini, dan dia ingin membunuhku?!
Tiba tiba aku mendengar sebuah jeritan. Jeritan dari Bella dan Mom.
Bella tampak berusaha membuat tubuh meira goncang tapi ia gagal.Mom pun langsung menyentuh lengan Meira dan tiba-tiba Meira jatuh pingsan, yang membuatku ikut terjatuh dibawah kubangan darahku sendiri.
Setelah itu semuanya menjadi gelap.
*****
Kalo ada typo, komen dong:((
Btw, emm... Jangan lupa tap lope dan komen❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! My Mate Is A Vampire?!
WerewolfAshley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan dirinya secara tak sengaja terpental hingga memasuki wilayah mahluk immortal. Teka-teki dengan masa la...