06 : Cekikan

4.6K 343 5
                                    

"Ashley?" Bella menoleh. Astaga, itu kakaknya. Diego mendekat, mencoba memperhatikan Ashley dan Meira yang kini pingsan dalam kubangan darah yang sama.

"Dia kenapa Mom?" Diego bertanya.

Mom sontak terkejut. Belum siap dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Diego. Dengan jantung yang masih berdegup kencang, Mom menghampiri Diego tenang.

"Meira mencekik Ashley." Tiga kata itu, sangat mampu untuk membuat Diego marah. Pria itu menahan geramannya, entah ada hasutan dari mana, Diego mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Mau sampai, kapan?"

"Mau sampai kapan Meira bermusuhan dengan masa lalunya?" gumam Diego.

"Kak, Meira perlu waktu," jawab Bella.

"Berapa lama lagi? Apakah baginya 5 tahun itu tidak cukup?" Diego menggeram kesal. Ia langsung membopong tubuh Ashley ke rumah sakit yang ada di dalam hause pack nya.

Setelah itu, Diego membopong tubuh Meira bergantian. Mau bagaimanapun, Meira tetaplah adiknya. Tubuh Meira sedikit bergerak, matanya terbuka lebar. Diego langsung menghentikan bopongannya, membiarkan Meira berdiri sendiri.

"Apa yang kau lakukan?" selidik pria itu.

"Berusaha membunuh mateku, hm?"

"Meira, mau sampai kapan kau seperti ini?"

"Mau sampai kapan kau akan membenci kawanannya?"

"Dan mau sampai kapan kau bersifat agresif seperti ini?"

Sialan!

Diego menghujani Meira dengan pertanyaanya. Meira terdiam, seakan-akan tak percaya dengan yang dikatakan oleh kakaknya, dengan tatapan tak terima, Meira menunjuk wajah Diego.

"Apa kau pikir ini mudah bagiku?" Meira menahan tangisnya, sementara bulir-bulir mata sudah mengumpul dipelupuknya.

"Apa kau pikir kehilangan mate itu adalah hal sepele?" intonasinya mulai meninggi. Diego was-was, takut jika Meira menyemburkan segala amarahnya.

"Kau-" ucapan Meira terpotong. "Argh! Mengapa kalian tidak pernah mengerti perasaanku?"

"Nathan meninggal karna kawanannya, dan apakah kalian juga lupa? Bahwa Ayah meninggal karna mereka!" Meira kembali mengamuk, gadis itu benar-benar tidak bisa mengontrol amarahnya.

"Padahal, dulu kalian juga membenci para Rogue itu'kan?" semuanya terdiam. Bahkan Diego kini menunduk, membenarkan apa yang baru saja Meira katakan.

"Dan, karna gadis itu adalah mate Diego, mengapa kalian semua menjadi berbeda? Seolah-olah menyuruhku untuk memaafkan masa lalu? padahal kalian juga pernah membenci masa lalu!" semprot Meira.

Ya, memang yang dikatakan Meira semuanya benar. Dulu, keluarga ini sangat membenci Rogue. Itu karna para Rogue membunuh Ayah atau sama dengan membunuh suami Rosie.

"Meira. Itu masa lalu. Lihatlah, Mom yang tadinya terpuruk karna kematian Ayah kini menjadi girang seperti biasanya. Apa kau tidak ingin seperti itu? Menjadi Meira yang bahagia serta periang?" nasihat Diego.

"A-aku ..." Meira terbata-bata.

"Kalian semua sama saja!" ketusnya tiba-tiba. "Munafik! Padahal, jika Ashley bukan Rogue, kalian akan tetap membenci kawanan sialan itu'kan?!"

"MEIRA!" Mom melerai pertengkaran itu. Sedangkan Bella hanya menguap pelan, bagi gadis itu, hal seperti ini sudah lumrah terjadi.

"Apa aku mengajarkanmu untuk berkata kasar?" skakmat. Meira kembali menunduk. Diego melegang pergi, ia menaiki tangga guna untuk menemani matenya.

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang