11 : Lily atau aku?

3.7K 288 1
                                    

Suara tepukan tangan bergemuruh di ruangan ini. Senyuman serta tatapan kagum menembak pria dengan jas rapih itu dengan pelan. Leon berdeham, beberapa hal yang ia sampaikan kini sudah selesai. Tinggal menikmati pesta yang kelewat meriah ini.

Dengan tergopoh-gopoh, aku berlari menuju menja bundar yang paling tengah. Meja yang berisikan Bella juga Meira. Ketika aku sampai, bisa ku lihat mereka berdua sedikit terkejut atas keterlambatanku malam ini.

"Kemana saja, Ash?" Itu Bella. Sambil mengunyah pancake, gadis itu mulai mengintrogasiku. Di sisi lain, aku mulai salah tingkah karnanya. Alasan apa? Alasan apa yang cocok untuk membohongi kebohonganku kali ini?

"T-toilet," cicitku tanpa sadar. Mereka berdua mengangguk paham. Bibirnya membulat membentuk huruf O tanpa suara. Meira terkekeh pelan, membuat kami berdua menatapnya heran.

"Kenapa?" tanya Bella.

Meira menggeleng. "Tidak, aku hanya teringat kejadian-kejadian yang lucu." Untuk kali ini, akulah yang mengangguk paham.

"Kalian kenal Lily?" Keduanya sama-sama menoleh, memberikanku tatapan aneh serta tajam di satu waktu yang sama. "Kenapa, Ash?"

Aku tersenyum hambar. "Leon menyebutku Lily. Tapi, aku tidak tahu siapa gadis itu sebenarnya. Jadi, apa kalian tahu tentang ini?"

Bisa ku lihat, Bella langsung menatap Meira. Seolah-olah meminta izin untuk me jawab pertanyaanku. Meira mengangguk, aku menghela napas lega. Setidaknya, ada sedikit informasi yang akan ku dapatkan.

"Lily itu, first love-nya Leon." Aku terbatuk. Bella terkekeh hambar. Seakan-akan pertanyaanku adalah duka pilu baginya.

"Lily dengan rambut coklat dan juga warna bola mata biru terang. Warna yang sama seperti bola matamu," sesaat, Bella menggantungkan kalimatnya. "Mungkin karna itulah Leon menyebutmu dengan sebutan Lily."

"Kau tahu Ashley? Lily hilang tanpa jejak. Leon dari sana mulai kalang kabut, takut jika ia tidak akan bertemu dengan Lily-nya lagi. Dan, semua itu benar. Itu terjadi, Ashley," tambah Meira.

"Tapi, perihal kau Mate Leon atau bukan, itu pasti benar. Leon adalah Matemu, dan pasti dia tidak bercanda dengan ucapannya." Aku meneguk salivaku pelan. Jadi, semua yang ada di buku itu adalah kebenaran? Malang nasibmu, Leon.

"Sudah, tidak usah bahas hal itu lagi," titah Meira.

Pandanganku kembali ke arah Leon. Pria itu masih di sana berbincang dengan Mom dan rekan-rekan yang lain. Lalu, tatapanku mulai menyelusuri seluruh tempat di sini. Tapi, tatapanku berhenti di suatu titik. Aku menyipitkan mataku, sesosok gadis dengan rambut coklat cantik yang bergelombang. Sesaat, aku berusaha menatap matanya. Biru terang, aku membatu di tempat.

Gadis itu menatap Leon dengan tatapan kagum. Sesekali ia tersenyum girang, semua pergerakaanya hampir mengendap-endap. Bajunya? Hanya gaun putih polos dengan luka di leher cukup parah. Gadis ini bukanlah tamu, jantungku berdegup kencang tiba-tiba, aku kembali mengingat ucapan Bella satu menit yang lalu.

"Lily dengan rambut coklat dan juga warna bola mata biru terang. Warna yang sama seperti bola matamu."

L-lily?!

Gadis dengan rambut coklat itu tiba-tiba ikut menatapku. Menangkap basah aku yang sedari tadi memperhatikannya. Dia berlari sangat cepat, dengan spontan akupun langsung berlari menyusul gadis itu. Perhatian langsung terfokus pada kami berdua, aku menabrak semua orang yang menghalangi jalan, begitu pula dengan gadis itu.

"Tunggu!" Langkah kami begitu cepat. Gadis itu berhasil keluar dari hause pack, kaki-kaki putihnya itu masih menginjak daerah halaman. Ketika aku berhasil menggapai gaunnya itu, dalam hitungan detik ia langsung berbelok arah dan lompat ke danau yang ketinggiannya belum diketahui.

"Tidak!" Tubuhku baru saja akan mengikutinya. Kakiku sudah siap dengan ancang-ancang melompat, tapi pergelangan tangan secara cepat melingkar di pinggangku. Aku memberontak, masih berharap bisa menyusul gadis itu malam ini.

"Apa yang kau lakukan Ashley?!" Aku menoleh, itu Leon. Pria itu melingkarkan tangannya di pinggangku, mencegah aku yang baru saja akan melompat ke dalam sungai.

"Kau tahu? Para tamu undangan merasa tidak nyaman karna pergerakanmu tadi! Mengapa kau berlarian menabrak mereka?!" Mataku menutup. Aku takut, sebelum ini aku tidak pernah diamuk selain dengan Rosie.

"Sekarang, masuk ke kamarmu!" Perintah Leon. Aku menggeleng, dengan perlahan tangan kecil ini berusaha mengeluarkan pinggangku dari lilitan pergerakan tangannya.

"Gadis itu, dia Lilymu Leon!" belaku. Bisa ku lihat pria itu mengusap wajahnya kasar. Menciptakan rasa takut yang semakin lama semakin menggerayangiku saat ini.

"Masuk, Ashley." Leon mencoba meredam amarahnya. Tapi, aku bertindak bodoh. Suara berontakan dariku mampu membuat lelaki dengan jas rapih itu kembali dalam amukannya.

"Masuk!"

"Tidak!"

"Masuk sekarang juga!"

"Tidak Leon!"

"MASUK ASHLEY!" aku terdiam. Mataku melotot melihat Leon yang sepertinya masih digerayangi amukan iblis. Pria itu menatapku sangat tajam. Perlahan, tatapannya berubah menjadi pelototan yang menusuk diriku sendiri.

"MASUK!" Sedetik kemudian, Leon mencengkram tanganku kuat. Aku meringis kencang. "Sa-sakit Leon ..." Aku berusaha melepaskan cengkramannya pelan-pelan.

Setelah lepas, tanpa diperintah pun aku terbirit-birit. Kakiku berlari ke dalam, mematuhi ucapan Leon ketika tadi. Tangisku tidak mereda, sakit karna cengkraman serta bentakan Leon bercampur aduk. Ini sakit.

Aku masuk ke dalam kamar, menutup pintu sekuat mungkin dan menguncinya dengan tangis yang masih membasahi pipiku. Aku benci, aku benci, aku benci! Diego bahkan tak pernah membentakku dulu. Dan apa kabar dengan Leon? Pria brengsek!

Tanganku memar. Aku mendekapnya pelan. Diego, aku merindukanmu. Aku berjalan pelan menuju balkon kamar ini. Di sana, aku bisa melihat cahaya rembulan dengan jelas. Sayup-sayup suara jangkrik muncul dengan nada-nada indah yang menyayat hati.

Aku merindukanmu Diego, aku merindukanmu. Tangisku berhenti begitu saja, mataku menutup bersamaan dengan angin yang menerpa wajahku halus.

Aku mati.

*****

TBC

Gak ngefeel? Maafken hehew, flat banget btw hhe. Sabar! Bentar lagi ada kok part siksa-siksaan! Eh, keceplosan. Hehe.

🐈

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang