Aku membuka kelopak mataku, mendapati tubuh ini tengah terbaring lemas dilantai penuh darah ini. Aku berusaha bangkit, namun tubuhku untuk kali ini benar-benar terasa remuk.
Manik-manik mataku mengadah keatas, mencoba melihat sudah pagi atau masih malam? Harapanku jika ini sudah pagi pupus seketika. Di bagian jendela jeruji tidak terlihat setitik cahaya satupun.
Yang aku lihat, hanyalah rembulan bulat yang begitu indah menghiasi langit. Aku menghela nafas sebentar, lagi-lagi aku berharap bahwa hidupku tidak seperti ini.
Andai saja, saat itu aku tidak kabur dari rumah. Pasti aku akan mati tanpa siksaan yang menyedihkan ini. Dan, andai saja jika aku tidak kabur dari Jeslin, sudah pasti siksaan dunia ini tidak akan berlanjut.
"Apa dia sudah tertidur?"
Samar-samar, aku mendengar suara. Aku lantas menoleh, mencoba menerka suara siapa yang baru saja masuk kedalam gendang telingaku.
"Entah, mungkin sudah tak bernyawa."
Hatiku mencelus, aku tahu ini. Mereka sudah pasti sedang membicarakanku. Aku ingin sekali mendekat, dan meminta bantuan pada mereka. Namun, sudah pasti itu adalah hal yang tidak mudah.
"Hei, kau jangan bicara seperti itu!"
"Apa kau tidak melihat? Baru saja Alpha membanting penyusup itu hingga ke dinding, dan kau lupa bagaimana Alpha menyayat tangan gadis itu?"
Jadi, mereka semua tahu?
Aku menutup telingaku, sementara kaki mungil miliku sengaja ku satukan sebagai tumpuan. Gaun putih yang ku gunakan tadi, kini sebagian sudah memiliki warna merah pekat.
Sudahlah, tanpa kuberi tahu, kalian juga tahu apa alasannya.
Luka dibagian pergelangan pun sudah mengering. Hanya tinggal kepalaku dan tubuhku yang serasa ditimpuk seribu batu.
Aku menutup bola mataku. Berusaha beristirahat dengan keadaan yang begitu kacau ini. Ketika aku hampir sampai dinegri mimpi, suara pintu mengejutkan diriku.
Aku tidak kuat ya tuhan...
Tolong, jangan—
"Ashley!"
Bella memeluk diriku kuat, gadis itu bahkan kini mencium puncuk kepalaku.
Sesekali aku mendengar gadis itu mengucapkan 'terimakasih'"Bella...." panggilku.
"Coba jelaskan, mengapa mereka mengurungku disini?"
"Mengapa mereka menjadi mengkhianatiku?"
"Dan mengapa mereka memanggilku Rea?"
Aku menghujani Bella dengan pertanyaan. Gadis itu menghapus buliran air mata miliknya. Ia melepaskan pelukan, dan menatapku sendu.
"Rea itu sudah meninggal, Ashley,"
Aku tersentak. Bagaimana mereka menganggapku Rea sedangkan Rea sebenarnya sudah meninggal?
"Rea adalah cinta pertama Leon. Dia yang membawa Leon dari segala keterpurukan hingga Leon menjadi remaja yang sering tersenyum." Bella terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! My Mate Is A Vampire?!
WerewolfAshley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan dirinya secara tak sengaja terpental hingga memasuki wilayah mahluk immortal. Teka-teki dengan masa la...