Aku menghela napas berat. Mataku perlahan kembali menutup. Dengan tenang, aku menikmati terpaan lembut dari angin sore. Rambutku terhempas ke belakang, menambah sensasi damai bagiku.
"Hei, Ashley!"
Aku terlonjak kaget. Dengan sedikit risih, aku menoleh ke belakang. Menemukan Bella yang kini sedang berlari kencang kemari. Napas gadis itu terengah-engah, membuatku sedikit heran padanya.
"Ada apa, Bell?" jawabku.
Bella berhenti dihadapanku, ia kini sibuk mengatur napasnya yang terputus-putus. Bella mendongak ke arahku, gadis itu lalu menghapus keringat yang membasahi pelipisnya.
"R-rosie!"
Kebingunganku terhenti. Jantungku serasa berdegup lebih cepat sekarang, kaki-kakiku mulai melemas mendengarnya. R-rosie ... Berhasil ditangkap? Tapi, bagaimana jika wanita itu akhirnya membawaku kembali?
Tamparan itu.
Ejekannya.
Atau bahkan, guyurannya setiap pagi.
Aku benar-benar tidak mau. Aku tidak mau bertemu dengan ibu tiriku, demi moon godnes aku takut. Bella menarik tangan ini, tapi aku tetap saja enggan untuk mengikuti tarikannya itu. Aku menggeleng pelan.
"Kenapa, Ashley? Tenang, aku tidak akan membiarkannya merebutmu dari kami!" janji Bella, aku menunduk. Masih ragu dengan ucapannya.
Rosie tidak akan mudah menyerah begitu saja. Dan, Rosie bisa melakukan apa saja agar aku tetap menjadi budaknya. Aku takut, Rosie selalu memukuliku jika minuman miliknya habis, menuduh jika aku pelakunya.
"Ayo!" Bella menarik pergelanganku. Sementara, kakiku hanya patuh berjalan mengikuti Bella. Hingga, saat aku dan Bella sampai ke dalam hause pack, tawa melengking memenuhi ruangan itu.
Itu tawa Rosie. Ku lihat, wanita itu sedang diikat tangannya, juga rambutnya yang begitu berantakan, serta baju Rosie yang kini compang-camping. Maafkan aku, tapi Rosie benar-benar mirip dengan gelandangan.
"Aku tidak menyangka, Ashley," Ibu tiriku mulai mengoceh. Ia menatapku dengan tatapan mangsa, seolah-olah memang ingin merebutku dari keluarga besar ini.
"Siapa sangka dirimu ini adalah Mate dari Alpha yang memiliki pack cukup besar?" tawa melengking itu kembali terdengar. Rosie tertawa cekikikan, sedetik kemudian, Rosie menggeram keras.
"MENGAPA HAH?!"
Aku serta yang lainnya terkejut. Bella memegang tanganku kuat, membuktikan bahwa dia tidak akan mengingkari janjinya tadi. Rahang Diego mulai mengeras, sedangkan Meira hanya menatap kejadian ini dengan tatapan tak minat.
"Mengapa kau kabur, sayang?" Nada itu, nada suara yang paling ku benci. Intonasi suara yang sedang berpura-pura.
Rosie tertawa keras. "Kau takut padaku, hm? Atau kau memang sengaja untuk meninggalkan ayahmu dalam kegelapan?"
Jantungku kembali berdetak tak seiringan. Aku menatap Rosie lekat, berusaha menanyai apa maksud perkataan wanita itu tadi. Rosie melihat tatapanku. Bersamaan dengan itu, gelak tawa kembali menggema di sini.
"Ah, otakmu benar-benar bodoh. Lebih baik kau jual saja," Rosie mulai mengejek. Diego semakin menatap ibu tiriku geram. Aku tahu, pria itu pasti kesal mendengarnya.
"Ayahmu, Ashley." Air mata Rosie turun, tapi tangisan itu sangat terlihat dibuat-buat.
"Apa maksudmu?" aku kembali bingung. Dengan berani, aku melangkahkan kaki semakin depan, berusaha mendekati Rosie yang menangis palsu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! My Mate Is A Vampire?!
WerewolfAshley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan dirinya secara tak sengaja terpental hingga memasuki wilayah mahluk immortal. Teka-teki dengan masa la...