40 : Puisi

2.2K 180 30
                                    

"B-bella?" tanyaku dengan terbata-bata.

Di dalam luar, terdengar suara Bella yang mencoba membuka pintu ini. Gadis itu, mendobrak pintu dengan sekuat tenaga, suara teriakannya bercampur aduk dengan suara ledakan dari luar.

"Ashley! Kau di dalam?!" tanya Bella.

Keadaan semakin bising, ucapan Bella nyaris saja tak terdengar. Sedangkan, suara dobrakan pintu semakin lama semakin menjadi-jadi.

"Bertahanlah, Ashley!" Itu bukan suara Bella, tapi mengapa rasanya aku sangat mengenal suara itu?

BRUGH!

Pintu kayu itu berhasil di bobol, tubuhku terkejut dengan reaksi Bella yang langsung memelukku dalam dekapannya. Berbalik arah denganku, aku hanya terdiam tak percaya menatap seseorang yang baru saja mendobrak pintu itu.

JESLIN?!

Gadis itu tersenyum berandalan, senyum yang dari dulu tidak pernah berubah. Bella melepaskan pelukannya, ia langsung mengecek satu per satu keadaan tubuhku. Seolah-olah ingin mengetahui apa saja yang sudah terjadi padaku.

"J-jeslin?" ucapku menganga.

"Iya, Ashley. Aku minta maaf," jawab Jeslin dengan nada penyesalan.

"B-bella, bagaimana bisa?" tatapanku beralih pada Bella, sedangkan yang kutatap hanyalah menundukan kepalanya. Pertanda, bahwa Bella menyembunyikan sesuatu padaku.

"A-aku ..."

DUAARRRRR!!!!!!

Suara ledakan kali ini sangat keras, sampai hampir saja membuat tuli telingaku. Aku ketakukan, masih terlalu bingung dengan semua yang terjadi kini.

"Aku kabur, berusaha membawa Jeslin kemari. Itu untukmu, Ashley." Bella hampir menangis, tapi aku malah semakin tidak mengerti.

"J-jeslin? Maksudmu apa, Bella?" tanyaku sedikit menaikan volume, guna agar Bella mendengar pertanyaanku.

"Bella, kita harus pergi sekarang juga. Sebelum, seseorang menemukan kita," ujar Jeslin.

"Kau Lilynya, Ashley!" jerit Bella tiba-tiba.

Aku membeo. "Lily?"

Jeslin mengangkat tengkuk kepalaku, dengan nada sedikit kesal, ia berbicara di hadapanku. "Kau adalah Lily, bukan Ashley ataupun Rea!"

"Apa maksudmu?! Bagaimana mungkin aku adalah Lily? dan bagaimana mungkin aku bukan Ashley?!" jeritku di sela-sela suara kericuhan ini.

"Kau adalah Lily, anak dari Claris Aqara. K-kau adalah-"

Suara ledakan menghentikan ucapan Jeslin, gadis itu dengan cepat langsung berusaha menyelesaikan ucapannya. Berjaga-jaga jika seseorang memergoki mereka bertiga.

"Ibuku menculikmu, Ashley. Keluargaku begitu dendam padamu, itu karna Leon. Kau tahu Rea? Kakakku itu menggantungkan dirinya sendiri karna cemburu padamu, kau menghancurkan hubungan Leon dengan kakakku," ujar Jeslin dengan nada tak kuasa.

"Kami menyiksamu, karna beranggapan bahwa dirimu lah, alasan mengapa Rea bunuh diri. Kami menyebutmu pembunuh, karna Rea menggantungkan dirinya sendiri sejak ada kau, Ashley," lanjutnya.

Aku semakin kalang kabut. Sementara Bella hanya menahan isakan, gadis itu menangis karna khawatir jika Leon mengetahui keberadaanya.

Jeslin mendekap kedua lengan tanganku, dengan pelan ia kembali berbicara. "Kami memberimu ramuan penghilang ingatan, menyebabkan kau tidak pernah mengingat apapun di masalalu, bukan begitu?"

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang