35 : Die Or Not?

1.7K 157 26
                                    

Tanganku gemetar, bibirku seakan-akan bergerak tanpa kusuruh. Leon mulai mendekatiku. Setelah merasa dekat, Leon membelai wajahku lembut. Aku merasa nyaman serta panik disatu waktu yang sama.

Aku lemah padanya, Leon menarik tanganku paksa. Membuatku sedikit meringis karnanya. Alpha itu menatap sebentar pisau ditangannya, berpikir apakah yang dilakukannya ini benar?

"Mau pelan-pelan atau cepat, Rea?"

Aku menutup mataku, benar-benar benci dengan nama yang disebutkan tadi. Leon mengerucutkan bibirnya. "Mengapa terdiam?oh, kau ingin yang perlahan-lahan?"

Tanpa kuminta, Leon secara pelan menggoreskan pisau itu kepergelangan tanganku. Aku menahan isakku, tapi tangisku sudah terlebih dahulu membasahi pipi yang mulai menirus ini.

Leon mengukir sesuatu, aku merasakan perih disekitaran lenganku. Darah segar pun bercucuran menetes saking derasnya. Aku menatap Leon, berusaha memohon siksaan ini lewat tatapanku, Leon melihatnya. Tapi, lagi-lagi ia mengacuhkanya.

Srreetttt!!!

Aku memekik cukup keras, Leon menorehkan luka dengan kencang. Membuat sedikit daging dari pergelanganku keluar dari tempatnya.

"Tolong.." aku kembali memohon padanya, Leon tetap terdiam. Ia asyik merusak tanganku saat ini.

Tusukan pisau bisa kurasakan memaksa masuk kedalam lenganku, mengakibatkan darah yang keluar semakin menderas. Aku menangis, aku menahan perih yang Leon berikan kali ini.

"Selesai!" Leon menyelesaikan aktifitasnya.

Aku melihat pergelangan tanganku, disana Leon mengukir kata 'love u, Rea.' Lalu ia tertawa keras, membuatku semakin terasa terancam saat ini.

"Luka itu bahkan tidak sepadan dengan kematian adikku," ungkapnya.

Leon menggendongku ala bridal style. Pria itu kini melihat wajahku yang benar-benar berantakan. "Aku mencintaimu Rea."

Sedetik kemudian, Leon melempat tubuhku kencang. Aku kalang kabut, sambil menjerit kurasakan tubuhku kini terhempas ke dinding penjara ini.

"Cih." Leon meludah, ia kini mengangkat wajahku yang tadi baru saja ku tundukan.

"Pilih, dibunuh atau membunuh?" tanya nya aneh.

Aku mematung, tidak memperdulikan pertanyaanya. Merasa diacuhkan, Leon menggeram kesal. Ia memegang kepalaku dengan kedua tanganya, lalu dengan penuh amarah ia membenturkan kepalaku ke dinding secara keras.

DUGH!

Aku terkejut bukan main, rasa pusing menggerayangi diriku saat itu juga. Leon mendecih pelan, ia pun langsung melakukan hal itu berulang kali padaku.

DUGH!

DUGH!

DUGHH!!!

Aku menangis, kali ini tangisku terisak-isak. Aku sudah tidak kuat lagi menahan ini semua, aku menahan tangan Leon yang masih setia memegangi kepalaku.

"Hentikan, aku mohon," lirihku.

"Kepalaku sakit, tanganku perih, dan tubuhku serasa hancur. Aku mohon hentikan, Leon." Tangisku benar-benar pecah, aku mencoba memeluk Leon. Namun, pria itu malah melarangku untuk memeluknya.

"Dasar tidak tau diri," desis Leon lalu langsung meninggalkan aku sendiri.

Aku beranjak berdiri, walau kini keadaanku sangat lemas, tapi aku berusaha untuk menahan Leon. Hap! Aku menggapai tangan pria itu, Leon menoleh. Ia menusukku dengan tatapan tak suka.

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang