"Tidak! Dia gila!" Aku menolak secara mentah-mentah. Sedangkan Bella hanya mendengkus kesal. Ini sudah kesekian kali aku menolak ide gila miliknya itu. Ya tentu saja, Bella menyuruhku untuk menerima Leon! Itu gila, bahkan hal itu bahkan terlihat percuma.
"Argh! Tapi dia mengclaimmu sebagai Matenya!" Bella kembali membujukku. Gadis itu lantas memeluk diriku pelan. "Ini mungkin jalan untukmu, Ashley."
Aku melotot. "Menurutmu wajar aku memiliki 2 mate? Gila!" Lagi dan lagi, aku menolak usulan Bella itu.
"Tapi itu bisa saja, Ash! Kau tahu? Ini satu-satunya jalan agar kau bisa melupakan Diego," opini Bella.
"Kau tahu?" Aku merebahkan tubuh ini di ranjang yang empuk. "Itu sama saja seperti aku meninggalkan Diego."
Bella terlihat memutarkan bola matanya jengah. Gadis itu dengan santai langsung ikut merebahkan tubuhnya di sampingku. "Diego, pasti mengikhlaskanmu."
"Justru, jika kau menolak Leon, maka Diego pasti akan sangat merasa kecewa," lanjutnya. Aku terdiam, mencoba menetralkan degup jantungku yang kini berdetak tak seirama. Iya, ucapan Bella itu semuanya benar. Tapi, aku masih menyukai Diego.
Ketika aku akan membalas ucapan Bella, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Kami berdua menoleh, dengan spontan aku langsung bangkit dari tidurku. Berbeda dengan Bella, gadis itu terlihat santai menggeliat ke sana kemari.
Pintu terbuka. Membuat suara decitan ngilu dari pintu terdengar. Sosok dengan pakaian rapih dan keadaan rambut yang basah menatapku intens. Sontak, aku terkejut bukan main. Itu Leon.
Pria itu terkekeh basi. Dengan sedikit hentakan, perlahan pria itu kini berjalan ke arahku pelan. "Lily," gumamnya pelan. Aku mengerutkan alisku, siapa Lily?
"Hello, Lily." suaranya masih berat. Senyuman indah terukir di bibirnya. Leon kembali terkekeh, membuat Bella langsung berdiri di sampingku. "Ada apa, Kak?"
Leon menatap Bella sebentar. Sedetik kemudian, pria itu langsung membuang muka. Seolah-olah bukan Bella lah targetnya kini. Leon kembali memandangku, ia memberi tatapan aneh, tatapan yang tidak bisa kuartikan.
"Apa kabar Lily?"
"Apa kau tidak pernah merindukan aku?"
"Aku merindukanmu."
Dia benar-benar tidak waras. Sumpah, demi dewi bulan tanganku kini bergetar. Mengapa Leon meracau? Dia gila, dan aku sudah mengetahuinya. Leon tidak waras.
Entah di detik berapa. Tanpa aba-aba, Leon langsung menerjangku. Bella menjerit saking terkejutnya, aku meronta-ronta tak terima. LEON BENAR-BENAR TIDAK WARAS!
"Lepas!" Aku menendang perutnya. Leon terjungkal, Bella dengan gesit langsung menolongku. "Dia, Ashley!" Bella berteriak cukup keras.
"Kau tahu apa Bella? Dia Lily!" Leon langsung menunjukku. Aku menjerit hebat. Tubuhku ketakukan, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar, Mom dan Meira datang dengan mimik wajah panik.
"Ada apa?!" pekik Mom.
"Lily," adu Bella. Mom langsung melotot. Seolah-olah tahu apa yang dimaksud putrinya itu. Meira langsung menarik tubuhku, ia untuk sesaat mengusap kepalaku lembut. Menciptakan rasa aman dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! My Mate Is A Vampire?!
WerewolfAshley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan dirinya secara tak sengaja terpental hingga memasuki wilayah mahluk immortal. Teka-teki dengan masa la...