"K-kau?" tanya Leon tak percaya.
"Leon, jangan dengarkan ucapan mereka! Aku tidak pernah menggoreskan apapun ditubuh, Ashley! Dia Rea, Leon!" elak Liana.
"Mengapa aku begitu bodoh? Padahal, saat itu kau sempat memijit kepalaku, aku meringis karna kukumu terlalu tajam!" kata Leon sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Bukan aku, Leon!" ucap Liana.
"LALU SIAPA? LALU BAGIMANA DENGAN GAMBAR YANG DIAMBIL WILLIAM? KAU JELAS-JELAS SEDANG MENYENTUH PUNGGUNG, ASHLEY!" bentakan itu mampu membuat Liana terdiam.
"Sekali lagi kutanya, kau pelakunya?" introgasi Leon.
Liana membisu, wanita itu lantas menundukan kepalanya. Ia tidak mampu untuk menatap balik tatapan Leon yang kini melototinya tajam. Leon geram, pria itu lantas mencengkram lengan gadis itu.
"Ah, sakit!" ringis wanita itu.
"Jawab!" titah Leon.
Liana enggan untuk menjawab. Alih-alih menjelaskan semuanya, sekertaris whitemoon pack itu malah berusaha untuk melepaskan cengkraman dari Leon itu.
"Jawab, Liana!"
"Kau punya telinga 'kan? Jawab!"
"LIANA! JAWAB AKU!"
"LIANA AGNESIA AURORA! JAWAB PERTANYAANKU!"
"YA! ITU SEMUA BENAR!" jerit Liana tiba-tiba. "DARI DULU AKU MENYUKAIMU! TAPI KAU HANYA MENGANGGAPKU SEBAGAI TEMAN?! AKU WANITA LICIK, LEON. AKU BISA MELAKUKAN APA SAJA AGAR BISA MEMILIKIMU!"
"Sialan!" Leon menampar Liana, lantas pria itu mendorong Liana dengan sedikit kejam. Liana menahan dorongan itu, membuat tubuhnya tak jadi terjatuh.
"Bawa wanita ini pergi jauh-jauh!" perintah Leon.
Kedua warior yang disuruh menurut. Mereka langsung membawa Liana yang saat ini malah memberontak tak terima. "ALPHA SIALAN! KUHARAP KAU MENYESAL SEUMUR HIDUPMU!"
Liana telah dibawa pergi. Perhatian Leon kini kembali padaku, pria itu langsung berjongkok seraya menatapku dengan lekat. Aku gugup, sepercik rasa benci menghantui diriku.
"Apa buktinya? Apa buktinya jika kau adalah Lilyku?" Leon mengangkatku untuk berdiri.
"Rahasia kita Leon," jawabku tenang.
Aku terkekeh, sementara Meira sibuk melepaskan ikatan pada adiknya juga Jeslin. "Bukankah dulu, kita penuh dengan rahasia?"
"Apa, Ashley?"
"Kau pernah bilang padaku, bahwa kau akan menjadikan Rea sebagai pendamping hidupmu." Senyumanku mengembang, sedangkan Leon masih menatapku dengan tajam.
"Kau pernah bilang, bahwa kau akan membuatkan istana kecil untukku. Bukan begitu?" aku tertawa senang.
"Kau juga pernah, membuat sebuah tanda denganku. Tanda dari Pewarna khusus yang hanya bisa didapatkan di greenmoon pack. Kau melukis itu dipohon dekat halaman 'kan?" aku terkekeh geli.
Leon menatapku dengan tatapan tak percaya. Seolah-olah aku memang sudah membuktikan semuanya. Bulir-bulir air mata kebahagiaan muncul dipelupuk matanya. Leon mencoba memelukku, namun aku menolak pelukan itu. Leon melotot, seakan-akan meminta jawaban dari sikapku.
"K-kenapa? Bukankah kau Lilyku?" tanyanya.
"Kita memang seorang pasangan, Leon." Aku menghela nafas panjang. "Tapi kita tidak akan pernah bersama."
Tubuh Leon menegang, tangan Leon bergetar seraya menangkup kedua pipi tirusku. "A-apa maksudmu? Tidak, J-jangan, aku mohon j-jangan ..."
"Kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama, Leon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! My Mate Is A Vampire?!
WerewolfAshley Amara. Seorang gadis yang memendam seribu luka, juga merasakan pahitnya duka. Semua berawal dari Ashley, yang kabur dari rumah. Menyebabkan dirinya secara tak sengaja terpental hingga memasuki wilayah mahluk immortal. Teka-teki dengan masa la...