13 : Terdampar

3.3K 276 5
                                    

Aku membuka mataku. Mendapati tubuh yang tergeletak lemah. Mataku mulai menatap sekeliling, aku di darat. Senyuman kecil namun terasa perih terbit di wajahku. Setidaknya, aku selamat dari maut kali ini.

Hutan belantara. Tubuhku tepat berada di samping pohon pinus tua yang terlihat mengerikan. Di mana ini? Mengapa aku tiba-tiba berada di tempat ini? Di sini bahkan tidak ada danau, cukup membingungkan.

Tunggu, siapa yang menolongku? Meira? Bella? Oh, ataukah Leon? Haha, yang terakhir itu sangat tidak mungkin. Aku menatap ke arah langit, melihat matahari yang sebentar lagi terbenam indah. Ini sudah sore, bahkan aku bisa merasakan udara dingin yang menelusup menerpa tubuhku.

Bajuku juga basah, sudah jelas untuk kali ini aku benar-benar kedinginan. Dengan malang, aku memeluk diri sendiri dengan erat. Takut jika tuhan merenggut semua ini dariku dengan kejam.

Aku bergegas melangkah pergi. Mencoba mencari jalan keluar dari hutan sialan ini. Kakiku tiba-tiba tertusuk sesuatu, sontak aku meringis kencang. Itu duri, namun tusukannya begitu menancap hingga ke dalam. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha untuk mencabut duri itu, namun nihil, semakin aku berusaha semakin sakit jugalah diriku.

Sore yang indah itu perlahan bertukar menjadi malam. Aku semakin kalang kabut, belum juga berhasil menemukan jalan keluar dari sini. Tiba-tiba, terdengar suara jangkrik serta lolongan serigala. Lolongan serigala itu begitu menyeramkan, seolah-olah menyiratkan kesengsaraan dirinya sendiri.

Sssssssshhhhh!

Angin malam berhasil menusuk tubuhku. Aku menoleh ke arah kanan dan kiri, perlahan langkah kecilku mulai bergetar. Suara suram serta suasana malam yang begitu mengerikan mampu membuatku gelisah di saat itu juga.

Satu detik, aku mendengar lolongan serigala. Lolongan itu tampak menyedihkan, nadanya begitu suram menjelaskan kepedihan yang sedang ia rasakan. Aku tidak mencari sumber suara itu, yang kulakukan kini hanyalah berjalan lurus dengan bergetar. Berharap mendapatkan jalan keluar dari sini.

Dapat kudengar, geraman serigala memasuki indra pendengaranku. Aku terdiam, geraman serigala liar itu begitu keras. Seakan-akan ingin menerkamku saat ini juga. Di balik semak-semak, sesosok serigala liar bertaring tajam muncul begitu saja.

Kakiku mengambil arah mundur, kepalaku menggeleng saat sang serigala mengeluarkan air liurnya. Lidahnya keluar seakan siap menerkamku saat itu juga. Serigala itu mulai mendekat, pelan aku mengambil jalan mundur. Namun, tiba-tiba kejaran serigala itu menjadi sangat cepat. Aku berbalik badan, berlari sekencangnya sambil berteriak hebat.

Tangisku perlahan mengucur, aku tak henti-hentinya menjerit ketakutan. Namun, di sisi lain serigala itu malah semakin tertantang untuk menangkapku.

"Pergi!" usirku.

Serigala itu malah semakin cepat mengejarku. Aku terus berlari sambil menahan tangis, rambut hitam pekat milikku mulai terombang-ambing malam itu. Kaki ini terus melangkah cepat. Hingga akhirnya, aku berhenti ketika tebing yang menjulang tinggi berada tepat di depanku.

Jalan buntu.

Sial, aku menggigit bibir bawah. Tak perlu banyak bicara, aku langsung membalik tubuh, melihat serigala dengan gigi tajam itu menatap sedap ke arahku. Lidahnya dimainkan, seakan-akan membayangkan bagaimana rasa tubuhku jika sudah masuk ke mulutnya.

Satu detik, serigala itu langsung menerkamku. Aku menjerit hebat, tanganku bergetar tak beraturan. Napasku kian menderu, degup jantung pun kini terasa tak seimbang.

Serigala itu menatapku lekat, tanpa aba-aba, ia langsung menusukku dengan cakar tajamnya.

"AAAAAAKKKHHHHHHH!" Aku menjerit. Serigala dengan bulu lebat itu tampak bahagia, ia dengan santai melepaskan tusukannya, bersuap untuk menusuk dadaku dengan sadis.

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang