34 : Goresan

1.7K 161 22
                                    

"Lepas!"

Bella memberontak, gadis itu sesekali menjerit gila. Sementara itu, Meira dan Liana sibuk menahan pergerakan gadis itu. "Lepaskan sialan!" teriak Bella.

"Sadar Bella! Dia Rea, bukan Ashley!" jerit Meira.

"Cih, percaya pada sesuatu yang belum tentu terbukti?"

Meira melepaskan genggamannya, gadis itu menatap Bella sinis. Sementara itu, Liana semakin memperkuat pegangannya, berjaga-jaga jika Bella lepas dari jeratannya.
Bella mendecih kesal, kini keluarganya benar-benar berubah.

"Percaya Bella, dia bukan Ashley. Tapi dia Rea, sekali lagi kutegaskan, Ashley Amara adalah REA RACHELIA!pembunuh dari adik Leon, Vera Warren Geana." jelas Meira agak kasar.

Liana tersenyum senang, sedangkan Bella menatap wanita itu tajam, tolong kalian catat ini, ingatkan Bella untuk memasukan Liana ke daftar orang-orang yang iya benci.

"Hanya karna goresan luka itu? Goresan yang sama waktu dulu ketika Leon kecil bersama Rea?" Bella melontarkan pertanyaan.

"Bukan hanya itu, goresan Ashley sangat mirip dengan Leon, goresan tajam dibagian punggung yang diakibatkan oleh kuku tajam." Meira menyuruh Liana untuk melepaskan genggamannya, lalu gadis itu kini menyentuh tangan Bella lembut.

"Kita harus menegakkan keadilan Bell," Bella terdiam sejenak, ia berpikir keras. Maksudnya, Meira mengajaknya untuk membalaskan dendam? Sontak Bella menggeleng keras.

"Tidak!"

Sentuhan lembut dari Meira tiba-tiba berubah menjadi genggaman kuat, Bella meringis, ia menahan rasa perih yang diakibatkan oleh genggaman saudarinya itu.

"Mengapa kau sulit sekali untuk mengerti?!" Meira menyemburkan amarahnya, gadis itu kini menyeret Bella paksa.

Meira mendobrak pintu, ia lantas mendorong Bella sangat keras, membuat gadis itu tersungkur dilantai kamarnya sendiri.

"Selama kau masih mempercayai Ashley, aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk menemuinya, atau bahkan membiarkanmu keluar dari sini!" ancamnya.

Meira mengunci pintu, terdengar suara pukulan pintu dari dalam. "Lepaskan aku sialan!" Bella mengumpati sudarinya.

"Setelah membunuh mateku, apa kau juga akan membunuh satu-satunya penyemangat hidupku?!"

Suara Bella parau, gadis itu perlahan mengeluarkan tangisnya. "Pertama Andrew, kedua mom, dan apakah kau juga akan membunuh Ashley?" tanya Bella lemah.

Meira terdiam, ia tak kunjung meninggalkan tempat itu. Gadis itu tengah menunggu apa yang akan dikatakan oleh saudarinya itu.

"BRENGSEK!"

"JIKA KAU MENUDUH SESEORANG PEMBUNUH, MAKA SEBENARNYA KAULAH PEMBUNUHNYA MEIRA!" Ucap Bella berapi-api.

"Katanya, kau akan menebus kesalahanmu. Dan, mengapa kini kau mengkhianti aku lagi? bajingan!" Teriak Bella.

Meira menahan amarahnya. Cacian dari saudarinys ternyata mampu membuat Meira merasa panas. "BERHENTI BICARA ATAU AKU AKAN MEMENGGAL KEPALANYA SEKARANG JUGA!" Teriaknya.

Seketika, suara pukulan dari pintu itu lenyap. Yang tersisa hanya suara isakan Bella yang perlahan semakin mengecil.
Meira menghela nafasnya, ia pun kini meninggalkan tempat itu.

Disisi lain, Liana kini menampilkan seringaiannya, wanita itu kini berjalan kearah ruang kerja Leon, berusaha merecoki pikiran pria itu dengan pikiran bejat nya.

Pintu ruang itupun terbuka, menampilkan Leon yang kini sedang mengusap kepalanya pelan. Pria itu nampak stres, dengan keyakinan yang begitu penuh, Liana berjalan mendekatinya sambil berlenggak-lenggok.

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang