33 : Permainan?

1.8K 163 29
                                    

Tubuhku benar-benar menegang, sesekali aku menelan saliva ku. Demi tuhan, apa yang terjadi pada Leon?dan kenapa Leon yang tadinya sangat mencintaiku kini malah berusaha membunuhku?

Leon kembali mendekat, seringaian tajampun mulai terlihat, Leon memainkan rotannya membuatku takut dalam waktu itu juga.

Ia mengangkat rotannya, mencoba mengarahkan rotan itu ke tubuhku, aku masih terdiam benar-benar tidak bisa melakukan pergerakan apapun, Leon mengunciku.

PRANGGG!

Leon tidak mencambukku, tapi ia menakut-nakutiku dengan mengarahkan rotan itu ke lantai. Namun, ketika ia siap untuk mencambukku, tiba-tiba.

"Alpha!"

Kami berdua menoleh, itu Liana. Leon menghampiri Liana, dia memeluk Liana dan sesekali mencium leher wanita itu.

Jantungku berdegap tak karuan, hati ku mencelus sakit. Demi tuhan, sebenarnya apa yang terjadi?dan kenapa kini Leon malah memutar arah mengkhianatiku?.

Mereka berdua pergi, di detik berikutnya lutut ku langsung melemas, bulir-bulir air mata sudah mengumpul di pelupuk mata ku, aku cemburu. Tapi kenapa rasa cemburu yang kurasakan kini berbeda?.

Leon benar-benar mengkhianatiku.

***

Aku melamun di pojokan, membiarkan darah yang mengucur dari pergelangan tanganku. Aku kini benar-benar tidak perduli, bahkan aku merasakan tubuhku lemas karna darah yang keluar dari pergelanganku terlalu banyak.

'Klek'

Aku menoleh, itu Meira. Gadis itu kini berjalan ke arahku dengan tatapan kosong, aku berterimakasih pada tuhan dalam hati, Meira akan menyelamatkan ku kali ini.

"Meira!" panggilku.

Gadis itu tidak menjawab panggilan ku, dia kini mengambil tali yang berada dipojokan ruangan, lalu tiba-tiba mengikat kedua tanganku dan menalikan sisa tali itu ke jeruji besi.

Aku terikat. Meira bukannya menolongku, gadis ini malah membuat keadaanya semakin kacau. Aku menatap gadis itu tak percaya, mataku terbelalak ketika melihat ia mengeluarkan rotan dari saku-nya.

PRANGGGG!!!

"AARGGGHHHHH!" jeritku perih, Meira mencambukku diarea betis, membuat aku yakin bahwa kini betisku menjadi merah karnanya.

"Kenapa Rea, kenapa?!" tanya Meira.

Aku kembali terdiam, R-rea? Kenapa selalu Rea?!aku bukan Rea!.

"Aku bukan Rea!aku Ashley!" tukasku.

"Bohong!kau Rea Rachelia!pembunuh teman sekaligus sepupu terdekatku, Vera Warren Geana!" kata Meira membuat lutut ku lemas saat itu juga.

Mataku menatap Meira dengan tatapan kosong, gadis itu menyeka air mata yang baru saja akan keluar dari mata-nya. "Kenapa Rea?padahal kau dulu juga sahabatku," ungkap Meira pelan.

"Mengapa kau tega membunuh sepupu ku Rea?" tanya Meira sambil menahan tangisnya.

"Meira..." panggilku.

"Percaya padaku aku tidak pernah membunuh seseorang," ucapku perlahan.

"Aku Ashley, bukan Rea."

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang