Secret Admirer

209 32 13
                                    

"Nona Athena Vyn?"
"Iya, ada apa? Ini siapa ya?"
"Aku Youngmin. Sekretaris Shousan Academy Carier. Besok bisa temui aku dikelas kemarin? Ohiya, bawa fotokopi kartu pelajar juga ya!"
"Ah, iya. Baik. Terimakasih."
"Mm, boleh aku memanggilmu Athena saja?"

Athena berhenti berjalan sedetik, lalu melangkah lagi.
"Tentu saja."
"Athena, kalau tidak keberatan, bolehkah aku dan beberapa teman panitia melihat latihanmu untuk evaluasi gradi resik?"
"Mulainya kapan ya kira-kira?"
"Lusa. Untuk jamnya nanti kuhubungi lagi. Terimakasih ya!! Kalau begitu, sampai jumpa besok!"
"Iya, oke."

Athena menutup telfon dengan perasaan gembira yang mulai menjalari hatinya. Senyum terkembang di wajahnya yang nampak dingin pagi tadi.

Langkah yang bagus untuk bersosialisasi, Athena.

***

Athena POV

Udara pagi di kota Ivyr memang dingin. Mungkin hawa ini akan bertahan hingga jam 11 siang nanti. Termometer di ponselku menunjuk angka 18°C setiap kali ku periksa. Saat ini aku sedang menuju gerbang akademi Shousan, sekolah tinggi berbasis ketrampilan di Ivyr.

Tinggal 2 langkah lagi aku akan tiba di gerbang itu, akan tetapi aku harus secepat kilat bersembunyi dan menghilangkan jejak keberadaanku saat kulihat segerombol pemuda masuk dari arah berlawanan denganku. Pasukan yang tak dapat kukenali siapapun dari mereka selain satu orang yang begitu kukagumi.

Lee Seoho.

Ya, anggap saja ini cinta monyet, cinta bertepuk sebelah tangan, atau yang lainnya. Bagiku yang kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari karena social anxiety, mengagumi seseorang dan menjadikannya penyemangat adalah hal paling sehat yang bisa dilakukan oleh kaum kami. Just call us, Secret Admirer.

Dan aku memilihnya, Lee Seoho.
Aku bahkan tak menaruh hati untuk peduli berapa banyak orang yang juga mengaguminya, mungkin bahkan lebih memiliki perasaan kepada Seoho. Namun, aku memiliki alasanku sendiri dan aku benar-benar sadar akan hal itu.

Seoho tampak melewati gerbang dengan bersapa-salam kepada setiap yang ia papasi, seperti biasa. Tuhan, kenapa dia sangat ramah seperti itu? Lihat wajah cerah itu, lihat gayanya tertawa, lihat bagaimana gesture tubuhnya saat berjalan!

Sebentar aku harus menyandarkan punggung pada dinding gerbang, mencoba mengendalikan alam sadarku, menikmati debaran di dadaku dan memompa energi positif yang mulai menyelimuti hatiku pada pagi yang dingin ini. Setelah kurasa cukup, aku kemudian berniat mencuri pandang lagi kesana.

"Hai!"

Aku nyaris terjengkang saat tiba-tiba wajah Ravn berada tepat didepan wajahku. Ia tersenyum tanpa menampilkan giginya seperti biasa. Sedangkan aku harus menarik teralis gerbang agar keseimbangan tubuhku tak jatuh karena terkejut.

"Kaget aku!" kataku sebal sambil mencubit hidung Ravn gemas.

Ravn akhirnya tertawa, menampilkan gigi-gigi rapinya.

"Apa kau habis melakukan tindak kriminal? Bersembunyi seperti tikus kecil," ejek Ravn sambil menjewer telingaku agar keluar dari persembunyian.

"Eh, eh, jangan ditarik, iya iya aku keluar," ujarku dengan kesal menepis tangan besar Ravn.

Kami berjalan beriringan menuju gerbang. Entah kenapa, setelah kedatangan Ravn aku kembali mengingat evaluasi gladi resik nanti sore. Hatiku jadi berdebar gugup. Kedua mataku terpekur ke arah bawah, seakan ingin menembus tanah dan masuk ke dalam labirin jauh didalam sana untuk bersembunyi.

"Kenapa?" tanya Ravn.
"Aku gugup. Konsepnya ,.. Hah," aku tak bisa melanjutkan kalimatku dengan baik.
"Tak apa. Maaf tak bisa menemanimu. Kau harus yakin, kau pasti bisa, seperti biasanya saat busking!" kata Ravn menyemangati.

Twilight Bond : Falling DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang