Colour in the Dark

94 16 0
                                    


"Go and love someone exactly as they are. And then watch how quickly they transform into the greatest, truest version of themselves. When one feels seen and appreciated in their own essence, one is instantly empowered."
- Wez Angelozzi.























Segala persiapan Ujian Praktikum telah sedia, tinggal menunggu upacara resmi pelepasan. Mengingat waktunya yang akan hilang untuk Athena, membuat Seoho yang sekarang tengah duduk di tepi ranjang menekan kepalanya dalam-dalam. Pusing.

Oh, love
No one is gonna hurt you love

Mendadak nada dering tanda sebuah telepon masuk ke ponsel Seoho yang terletak di atas nakas meja kecil samping ranjangnya. Nada dering satu-satunya yang ia pasang untuk penanda orang yang kini mungkin memegang peran penting dalam hidupnya, Athena.

Gugup dan bahagia, buru-buru ia menekan tombol hijau.

"Halo? Seoho?"

Ahh.
Suara yang amat dirindukannya.
Harmoni paling membahagiakan sedunia.

"Iya, Thena. Ini aku," balas Seoho kemudian.

"Apa aku menganggumu? Perasaanku tidak enak, dan sekarang setelah aku mendengar suaramu, hatiku merasa tenang. Apa terjadi sesuatu?"

Seolah Athena dapat melihatnya, Seoho menggeleng pelan, "Tidak ada. Kau sedang apa? Ini dirumah, kan? Apa perlu bantuan untuk melakukan sesuatu?"

Terdengar tawa kecil Athena di belakang, "Tidak usah khawatir. Aku bisa menangani banyak hal sendiri, kok."

Raut wajah Seoho berubah serius, "Thena, jika kau memerlukan bantuan, jika kau merasa kesulitan apapun itu, tolong katakan padaku. Aku akan ada untukmu."

Di tempatnya kini, Athena tersenyum tipis mendengar ucapan Seoho barusan.

Aku tak mau merepotkanmu.

"Iya, kalau benar-benar tak bisa, aku akan meneleponmu segera seperti ini." jawab Athena, berbeda dengan apa yang ada dipikirannya.

"Sekarang, kamu lagi kumpul sama anak-anak, kan? Sana kembali lagi saja tak apa, aku hanya merasa penasaran kenapa perasaanku tak enak tadi."

"Setelah meneleponku, perasaanmu membaik?"

"Iya, terimakasih pak Dokter untuk obatnya. Sekarang kembali sana, aku tak ingin mengganggu! Nikmati waktumu, sampai besok!"

Lalu telepon terputus dari Athena.

Namun dada Seoho merasa sedikit lega. Sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, perasaan yang sedang berdiam dalam hati Seoho saat ini.

"Sudah selesai? Kenapa sebentar sekali?" suara Y yang datang dari pintu kamar mengagetkan Seoho sesaat.

Pemuda itu menuju kusen jendela, membuka tirai dan duduk disamping benda kaca persegi itu, "Apa dia mengatakan sesuatu tadi saat pulang?"

Y mendekat, turut memandang keluar, ke lautan langit malam.
"Dia hanya berkata ingin membuat sesuatu. Kau tahu kan, eksperimen dengan tepung, gula lalu kue-kue seperti itu?"

Seoho mengangguk, "Dia memang suka membuat kue. Bukan---- dia memang suka belajar banyak hal. Ah, aku jadi semakin menyayanginya."

Sambil melebarkan senyum, Y menepuk bahu Seoho, lalu meremasnya pelan. "Karena dia sudah percaya padamu, mari kita juga percaya dia. Kau memintanya untuk memberitahu jika ada apa-apa, kan?"

Lagi, Seoho mengangguk.

"Aku ingin mempercayainya."

***


Twilight Bond : Falling DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang