*"Dimana yang lainnya? Tidak biasanya kamu sendirian," Shana memperhatikan sekitar, pada akhirnya membuka kebekuan diantara mereka. Ia hanya tak kuasa menahan rasa penasaran, karena baru kali ini ia mendapati Seoho menyetir sendirian, bahkan tanpa sopir yang biasa mengantar.
"Kamu bisa menyetir sendiri?"
"Kenapa tidak? Aku sudah punya SIM." sahut Seoho pelan.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Seoho terpekur menatap lurus ke depan, lalu mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di kemudi mobil. Pikirannya sedang tidak fokus.
"Kenapa kau hanya sendiri disini, tanpa teman-temanmu yang lain, bahkan kau membawa mobilmu sendiri kemari. Tadi juga, aku penasaran kenapa kau bisa ada di rooftop? Ada sesuatu yang terjadi?"
Pemuda itu hanya menghela nafas dalam. Lalu menoleh pada Shana, dengan tatapan tajam yang membuat gadis itu sedikit memundurkan kepalanya mendekati jendela mobil.
"Aku sedang tidak konsentrasi hari ini. Mungkin aku bisa membahayakan-mu jika aku tetap menyetir. Akan ku panggil seseorang untuk mengantar-"
"Seoho!"
Seoho menghentikan jemarinya yang bermaksud mengetik nama sopir di layar.
"Aku ingin tahu. Tak bisakah kau memberitahuku? Aku akan menginap di rumahmu malam ini juga, akan ku mintakan izin pada Tuan Lee dan orangtuaku."
Dengan helaan nafas sekali lagi, Seoho menghempaskan punggungnya ke kursi jok mobil. Ia sama sekali bahkan tidak bisa marah saat menoleh pada wajah cantik nan polos Shana yang menatapnya khawatir.
"Shana, ini bukan seperti yang kau pikirkan. Aku ... Aku benar-benar tidak bisa konsentrasi saat ini. Aku belum bisa mengatakan apapun padamu. Dan, keselamatanmu jauh lebih penting."
"Seoho!"
"Tunggu disini sampai suruhanku datang. Dia akan mengantarmu sampai rumah."Shana menggigit bibirnya, menarik nafas kesal, dahinya berkerut. Sementara Seoho hanya sedikit menunduk di tempatnya, tidak tahu harus berbuat apa.
"Terimakasih telah membawakan jaketku. Kau bisa, menginap di rumahku lain kali." ujar Seoho kemudian dengan perlahan, berharap bisa menenangkan Shana.
Shana hanya diam, menatap ke arah lain. Seperti sudah kebiasaan, jemari lentiknya saling bertaut satu sama lain dan menarik-narik kukunya.
Aku akan mencari tahu, kalau kau tidak ingin memberitahu, Seoho.
Tiba-tiba ponsel Shana berbunyi nyaring.
Dengan gugup gadis itu mengangkat telfon mengagetkan yang merupakan pertanda darurat itu.
"Ya,.. Papa, aku bersama Seoho sekarang... Iya,.. Iya,.. Baik,.. "Tak sampai 5 menit, Shana menurunkan ponselnya. Panggilan telah selesai. Seoho mengetuk-ngetukkan jari telunjuk diatas kemudi mobil.
"Dari ayahmu?"
Shana mengangguk pelan.
"Papa memintaku pulang, tapi kau harus mengantarku."
Seoho menggigit bibir bawahnya, lalu mulai menjalankan mesin. Ia tersenyum kecil sekilas.
"Ya sudah, siap mengantar tuan puteri pulang."
"Bohong. Kau hanya senang kan, aku tidak jadi menginap?" suara Shana berubah seiring suasana diantara mereka yang mulai mencair.
Pemuda disebelahnya hanya tersenyum simpul. Membelokkan setir kala tiba di luar gerbang.
"Ish, gitu aja gitu terus. Ya ya ya. Apa kamu dispenser? Kadang hangat kadang dingin." gerutu Shana seraya melipat tangan di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Bond : Falling Dawn
RomansaBagaimana jika seorang pemuda ceria dan ramah ternyata menyimpan rahasia yang membuatnya rapuh? Sanggupkah ia mencari dewi penolong yang mampu menerima dan memahami betapa rapuhnya dia? #5 di Anxiety, dari 613 cerita. 28 April 2020. #17 di Psycholo...