Part -18-

4.6K 682 124
                                    

Reo perlahan-lahan membuka matanya, ia menatap langit-langit kamar hotel lalu termenung. Ia berharap bahwa apa yang terjadi kemarin hanyalah mimpi belaka. Namun kenyataannya berbeda, apa yang terjadi kemarin bukanlah sebuah mimpi, melainkan kenyataan yang harus ia terima.

Reo pun mencoba bangun dari tidurnya, ketika ia mengangkat kepalanya dari bantal, pusing yang hebat menyerangnya hingga ia kembali ambruk ke tempat tidur.

"Ugh.... Kepalaku rasanya begitu berat..." gumam Reo lalu merintih lemah. "Ini pasti gara-gara aku minum terlalu banyak kemarin..." pikirnya. Ia menyerah, tak lagi berhasrat untuk bangun. "Tapi kenapa aku bisa tidur di sini? Apa Kitazawa yang memindahkanku dari sofa ke tempat tidur? Lalu dimana dia sekarang?" tanyanya di dalam hati.

Meski pusing yang hebat menyerangnya, Reo memaksa untuk bangun. Akhirnya ia duduk bersandar sandaran tempat tidur dan menatap ke sekeliling kamar. Kemudian ia menemukan ponsel dan secarik kertas di bawah ponselnya di meja lampu samping tempat tidur.

"Reo-sama, saya berada di kantor. Bila anda sudah bangun, tolong telepon saya—Kitazawa."

Reo menghela napas dan kembali meletakkan kertas itu di meja lampu. Ia mengambil ponselnya lalu melihat jam digital di layar ponsel yang menunjukkan pukul 09:34 pagi.

"Ah!! Aku tidur lama sekali—Ack! Kepalaku... sakit..."

Reo menjauhkan ponselnya dan memegangi kepalanya, seperti dipukul palu bertubi-tubi, ia mulai merasa kesakitan dan mual. Perlahan-lahan ia kembali membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan memejamkan matanya.

"Bangun siang pun bukan masalah. Aku sudah dipecat, tak ada lagi urusan dengan kantor! Hah! Kalau dipikir-pikir enak juga, aku bisa bangun siang!" batin Reo, ia mencoba untuk menghibur dirinya.

Reo membuka kembali matanya dan menatap sisi tempat tidur yang kosong. "Tapi, apa yang harus aku lakukan setelah ini? Aku tak dapat pergi ke kantor lagi... Aki pasti akan curiga. Kafe yang aku buat masih belum siap, satu-satunya yang tersedia hanya restauran itu... Berengsek... kenapa harus restauran miliknya! Daripada aku harus berbisnis dengan restauran dari si Berengsek itu, lebih baik aku mencari pekerjaan lain! Memangnya aku tidak bisa mencari kerja di perusahaan lain, huh?! Lihat saja, aku akan menjadi sukses di tempat lain dan akan aku buat kalian menyesal memperlakukanku seperti ini!! Terutama Luca, aku bersumpah aku akan membalas perbuatannya dan membuatnya tak lagi bisa memandangku rendah!"

Reo menghela napas dan menepuk kedua pipinya, memberi dirinya sendiri semangat. Ia menyalakan kembali ponselnya dan membuka daftar kontak. Ia lalu menatap kontak Aki dan terdiam. "Haruskah aku memberi tahu Aki masalah ini...? Tapi bagaimana bila ia merasa bersalah? Aku tak ingin membuatnya merasa seolah ia yang menyebabkan situasiku sekarang ini..."

Saat Reo tengah melamun, ponselnya tiba-tiba berdering. Reo tersentak kaget lalu dengan kikuk menjawab panggilan masuk yang ia terima.

"H-Halo?"

"Ah, Re-chan! Kau sudah bangun?"

"Nagi...sa?"

"Hmph! Maaf mengganggu istirahatmu. Aku mengirimkanmu pesan tapi aku tak dapat balasan. Aku menelepon Kitazawa-san dan ia bilang kau mungkin masih tidur karena minum terlalu banyak semalam. Aku jadi mengkhawatirkanmu."

Reo tersenyum lemah.

"Aku baru saja bangun, maaf bila aku tak sempat membaca pesanmu."

"Tak apa, tak apa! Apa kau baik-baik saja? Kau belum sarapan, bukan?"

"Ah, ya... aku belum sarapan... aku juga tidak dapat bangun, kepalaku rasanya amat pusing."

"Kau mau aku bawakan sarapan? Aku akan membuat sup miso supaya rasa sakitnya membaik."

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang