Part -8-

6.1K 696 202
                                    

Reo menatap layar komputernya dengan amat serius. Pemandangan tidak biasa ini membuat Kitazawa sedikit terheran-heran. "Apa yang membuat Reo-sama begitu serius menatap layar komputernya...?" pikir Kitazawa. Pelan-pelan ia menghampiri Reo dari belakang dan mengintip apa yang sedang dilihat direkturnya itu.

"Reo-sama, anda ingin membuat kafe?" tanya Kitazawa yang akhirnya berkomentar.

"Uwah!! Kau membuatku terkejut!" Reo melemparkan pennya ke arah Kitazawa. Tampaknya ia benar-benar terkejut.

"M-Maafkan saya, Reo-sama." Kitazawa mengambil kembali pen Reo yang tergeletak di lantai, sementara itu Reo menghela napas seraya bersandar ke kursi direkturnya.

"Aki menolak untuk mengurusi restoran itu."

"Restoran itu terlalu besar untuk Aki-sama. Anda yang harus turun tangan sendiri, Reo-sama." Kitazawa menimpali seraya meletakkan pen Reo di meja kerja.

"Aku pikir ia bisa belajar."

"Saya tidak bermaksud merendahkan, tapi bisnis restoran yang diberikan Luca-sama bila tak dikelola dengan baik, itu akan merugikan Anda, Reo-sama."

"Aku tahu, aku tahu."

"Karena itu Anda hendak membuat kafe?" tanya Kitazawa.

Reo mendongak ke samping dan menatap Kitazawa, "bagaimana menurutmu?" tanya Reo.

"Saya pikir kafe lebih pas untuk Aki-sama."

"Baiklah, kalau begitu aku akan segera menyusun rencana untuk bisnis kafe." Semangat Reo mulai berkobar. "Kitazawa, ayo segera cari lokasi, lalu buat lowongan kerja dan beli semua peralatan untuk kafe!"

"Reo-sama, saya pikir lebih baik kita melibatkan Aki-sama juga."

"Jangan, jangan! Aku ingin membuat kejutan untuknya!"

"Tapi saya khawatir..." Kitazawa menatap Reo ragu.

"Apa yang kau khawatirkan? Aku punya cukup dana untuk menyewa tempat dan melengkapi segalanya." Reo membalas.

"Tidak, bukan hal itu yang saya khawatirkan, Reo-sama."

"Huh? Lalu apa?" tanya Reo bingung.

"Selera Anda, saya khawatir kafe yang Anda rancang akan berakhir sebagai kafe yang hanya bisa dimasuki oleh para konglomerat. Anda dan Luca-sama tidak punya selera sederhana. Bila begitu, kafe kali ini pun pasti akan berat dikelola Aki-sama," jelas Kitazawa.

Seolah menyadari apa yang dikatakan Kitazawa itu benar, Reo hanya terdiam dengan mata terbelalak lebar.

"Reo-sama..."

"Tapi aku juga tidak yakin dengan seleramu! Kau terlalu datar seperti buku manual ponsel! Kafe dengan design seleramu pasti tidak akan dilirik orang!" ujar Reo lalu memukul mejanya dan kesal, ia menyadari bahwa mustahil untuk tidak melibatkan Aki bila ia dan Kitazawa, sama-sama tidak punya selera yang tepat.

"Ah, saya pikir ada seseorang yang bisa membantu kita."

"Ah! Nagisa!" ujar Reo.

"Reo-sama... tolong jangan beri tahu Luca-sama, tapi selera Nagisa-sama juga..."

"K-Kau benar... aku bisa membayangkan Nagisa memenuhi kafe dengan renda-renda dan warna pink."

Reo dan Kitazawa mengangguk bersamaan.

"Lalu siapa maksudmu yang bisa membantu kita?" tanya Reo.

"Kalau Reo-sama tidak keberatan, kita bisa pergi menemuinya."

"Oke! Demi Aki, demi membuat Aki bahagia aku akan melakukannya dengan baik! Kitazawa, siapkan mobil dan bawa aku ke tempat orang yang kau pikir akan bisa menyelamatkan kita!"

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang