Part -45-

5.2K 650 495
                                    

"Daddy, kau tak akan ikut pulang?" tanya Theodore.

Luca menggelengkan kepalanya, "aku tak ingin membiarkan Papa tidur sendirian," jawab Luca. "Jadilah anak baik dan dengarkan Kitazawa."

"Baiklah Daddy." Theodore membalas seraya menganggukkan kepalanya, ia kemudian menghampiri Luca untuk meminta kecupan sampai nantinya. Luca menggendong Theodore dan mengecup pipi Theodore, begitu pula Theodore yang mengecup pipi Luca.

"Ayah, Papa akan pulang besok, bukan?"

"Ya, kami akan kembali besok." Luca menjawab Lucille.

"Aku menyayangimu," ujar Lucille dan memeluk pinggang Luca, Luca membungkukkan badannya dan mengecup pipi Lucille.

"Aku juga menyayangi."

Terakhir Luca mengambil Heber dari gendongan Kitazawa dan mengecup pipi Heber.

"Daadaah Daacii."

Luca melambaikan tangannya sambil tersenyum ringan, menatap anak-anaknya yang berjalan pergi mengikuti Kitazawa. Setelah mereka masuk ke dalam mobil, ia mengeluarkan ponselnya dan membuat panggilan keluar.

Berjalan menuju ke taman belakang rumah sakit, Luca duduk di bangku taman dekat dengan lampu taman yang menerangi taman itu di malam hari.

Ia menunggu panggilannya dijawab dengan gelisah. Namun, beberapa detik berlalu panggilan yang ia buat dialihkan ke kotak pesan. Luca mengakhiri panggilannya lalu mencoba melakukan panggilan keluarnya sekali lagi.

Panggilan keduanya pun berakhir dijawab operator seluler, memintanya untuk meninggalkan pesan.

"Ibu, ini aku. Aku ingin bicara padamu tentang suatu hal. Bila kau menerima pesan ini, tolong segera meneleponku." Luca mengirimkan pesannya, kemudian mengakhiri panggilannya. Ia kemudian menghela napasnya dan berjalan kembali ke dalam rumah sakit, kembali ke kamar Nagisa.

"Aku berharap mereka tak mengambil langkah yang salah setelah Reo memberi tahu mereka," batin Luca. Ia menunggu lift terbuka dan masuk ke dalam lift diikuti beberapa perawat perempuan.

"Tapi benar-benar mengejutkan, aku tak menyangka Reo akan memberi tahu mereka. Setelah hubungannya dengan Ayah yang buruk akibat rencana Ayah menjodohkannya, ia masih memberinya dan meminta bantuannya," batin Luca lagi.

"Bagaimana ini? Aku jadi gugup, lihat pria di sebelahku.." bisik seorang perawat perempuan yang berdiri di sebelah Luca.

"Sepertinya dia bukan orang Jepang, matanya biru.." bisik yang lainnya.

Beberapa perawat yang berada satu lift dengan Luca pun mencuri-curi pandang ke arah Luca, memerhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu rona merah muda muncul di wajah mereka.

"Tampan sekali..." bisik perawat yang lainnya.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" tegur Luca setelah ia menyadari pandangan dari perempuan-perempuan yang berada satu lift bersamanya.

"T-Tidak ada!" jawab salah seorang dari mereka. Di saatnya sama pintu lift pun terbuka di lantai mana perawat itu harus turun.

Luca menahan tombol pintu lift agar tetap terbuka, mengundang perhatian para perawat itu ketika melihat cincin pernikahan yang tersemat di jari manis tangan kiri Luca.

"Terima kasih," ujar mereka sambil berjalan keluar satu persatu. "Ternyata ia sudah milik seseorang," batin mereka.

Lift kembali membawa Luca ke lantai kamar Nagisa, ia kemudian berjalan keluar usai lift terbuka tepat di lantai kamar vip. Membawa langkahnya menuju ke kamar Nagisa, ia masuk ke dalam kamar, melihat tempat tidur Nagisa kosong.

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang