Part -22-

4.8K 648 221
                                    

London—

.

.

"Presdir, ini adalah data tentang orang yang Anda cari," Ashley meletakkan sebuah map file di atas meja Luca.

Luca menghentikan tangannya menandatangi dokumen dan mengambil map tersebut. Ia membuka map itu lalu bersandar ke punggung kursi direkturnya, membaca apa yang tertulis di sana.

"Baik sekali, terima kasih."

"Apa ada hal lain yang Anda butuhkan, Presdir?"

"Aku akan keluar kantor, jadi bila ada yang mencariku minta mereka kembali setelah makan siang." Luca menutup map file itu dan kembali pada pekerjaannya.

"Baik, Presdir. Saya akan menyiapkan mobil Anda."

"Terima kasih."

Ashley pun pamit undur diri dan meninggalkan ruangan Luca. Segera setelah Ashley menghilang dari pandangannya, Luca menghela napas lalu memijit keningnya. Ia membuka e-mail dari komputernya dan membaca laporan yang Kitazawa kirimkan.

"Benar-benar keras kepala," gumamnya ketika ia membaca laporan dari Kitazawa. Luca menutup laman e-mail yang ia buka, lalu beranjak dari kursinya sembari membereskan dokumen yang telah selesai ia tanda tangani.

Luca meninggalkan ruangan, turun hingga ke lobi perusahaan dan disambut oleh sang supir. Ia menunjukkan alamat kemana ia ingin perg pada supirnya. Sang supir membukakan pintu untuk Luca, menutup kembali pintu usai tuannya masuk ke dalam, kemudian ia bergegas masuk dan mobil mulai merangkak perlahan, meninggalkan perusahaan.

Sepanjang perjalanan, Luca menatap keluar jendela dan melihat bagaimana orang-orang, mobil-mobil lain berlalu lalang. Hidup selalu dan akan terus berjalan tak peduli mungkin beberapa orang berharap hidup lebih baik berakhir karena terlalu berat dijalani, atau lebih baik berhenti pada masa tertentu karena itu adalah masa terbaik dalam hidup mereka.

"Tuan, apa Anda tahu tempat yang ingin Anda tuju?" tanya sang supir, membuka pembicaraan.

"Aku tidak tahu dengan pasti, tapi aku dengar itu daerah pinggiran."

"Tanpa mengurangi rasa hormat saya, apa yang Anda cari di sana?"

"Seseorang."

"Kerabat Anda?"

"Sebaliknya, sejujurnya orang yang aku harap tak aku temui."

"Lalu mengapa?"

Luca tak menjawab pertanyaan terakhir yang dilempar sang supir. Sang supir pun tak lagi bertanya apapun, hanya saja ia dapat melihat air muka Luca yang tampaknya sungguh-sungguh memikirkan suatu hal.

Beberapa puluh menit kemudian mobil berhenti di sebuah rumah susun yang kumuh. Luca melihat beberapa anak kecil seusia Theodore bermain dengan tanah di dekat rumah susun itu. Mereka tampak kurus dan tak terurus.

"Tuan?"

Luca menghela napas dan turun dari mobil ketika supirnya telah membukakan pintu untuknya. Ia mengancingkan jasnya dan berjalan menuju ke rumah susun itu. Ketika ia berjalan melewati anak-anak, mereka menatap Luca dan Luca balik menatap mereka.

"Paman mencari siapa?" tanya salah seorang anak perempuan yang lebih besar dari anak-anak lainnya.

"Mengapa kalian tidak di sekolah?"

"Tidak tahu," jawab mereka lalu tertawa.

"Dimana orang tua kalian?"

"Ibu pergi bekerja."

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang