Part -30-

5.6K 631 313
                                    

Mobil berhenti di depan sebuah gudang penyimpanan kontainer, terletak di pinggiran Tokyo, dekat dengan laut. Ketika mobil-mobil berhenti, seorang Pria yang lebih dahulu tiba, merokok sembari menatap mobil-mobil yang tiba di gudang.

Setelah mobil masuk ke dalam gudang, beberapa pria bergegas menghampiri mobil lalu membuka pintu mobil. Luca melangkah turun dari mobilnya dan menoleh ke arah Pria yang sedang merokok. Kemudian ia membawa langkahnya menuju ke pria tersebut.

"Senang bertemu denganmu lagi, Tuan Luca."

"Begitu juga denganku," jawab Luca lalu menjabat tangan yang diulurkan pria itu, atau yang dikenal sebagai Bos Yakuza dari kelompok Oda, Oda Kenichi.

"Kapan kau tiba di Jepang?" tanya Oda.

"Pagi ini."

"Hoo, pagi-pagi kau tiba di sini dan sudah sibuk dengan berandalan, hahaha." Oda terkekeh geli.

"Sungguh, tidak yang di Jepang, tidak yang di Inggris, semuanya senang merepotkan." Luca tersenyum ringan.

"Lepaskan aku!! Bajingan!!"

Luca dan Oda menoleh ke arah suara mengumpat yang terdengar, di saat yang sama mereka melihat Touma diseret anak buah Oda sampai ke hadapan Luca. Kitazawa pun menyusul turun dan menghampiri Luca untuk melihat apa yang akan dilakukan tuannya.

"Inikah orang yang kau maksud?"

"Sampah lebih tepatnya."

"Hahaha, nasibnya buruk sekali."

"Tampaknya ia baru mengenal sebuah kosakata, karma."

"Siapa kalian?! Apa mau kalian?!" seru Touma sambil berusaha meronta, membebaskan diri. Akan tetapi ia tak cukup kuat menepis anak buah Oda yang menekan pundaknya, membuatnya berlutut di hadapan dua pria itu.

"Anak muda," Oda berjongkok dan menatap Touma. "Apa yang kau lakukan sampai membuat gentleman di sampingku ini begitu murka?" tanya Oda.

"Aku tidak mengenalnya...!" jawab Touma.

Oda melirik ke arah Luca, melihat reaksi Luca setelah mendengar jawaban Touma.

"Kau tak perlu mengenalku, aku hanya seorang pria yang terlalu banyak waktu luang," ujar Luca kemudian menghampiri Touma lebih dekat, "yang ingin memotong jarimu."

Touma membelalakan mata. "Huh?! Apa kau sudah gila?! Dasar psikopat!!" umpat Touma.

"Kalau begitu kau juga sama gilanya."

"Omong kosong! Aku tak punya urusan dengan orang gila sepertimu!"

"Begitu juga dengan orang-orang yang kau pukuli demi uang."

Touma tertegun, seolah ia baru saja ditampar keras oleh pria di hadapannya.

"Apa aku salah?" tanya Luca, "terakhir kali kau menghadang kenalanku yang tak mengenalmu, kau dan teman-temanmu bermaksud menghajarnya, untungnya ia pemuda yang bisa bertarung, bayangkan bila orang itu tak dapat melawan dan kau memukulinya meski ia tak mengenalmu..." Luca merundukkan badannya lalu berbisik di dekat telinga Touma, "...tidakkah kau yang lebih gila?"

"Siapa kau sebenarnya?!" Touma berseru marah sembari menoleh ke arah Luca kesal.

Luca menarik dirinya dari Touma dan menghampiri Oda, "aku tak ingin membuang waktumu di sini, anak buahmu saja sudah cukup."

"Bicara apa? Aku sama sekali tak merasa membuang waktu, sebaliknya aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana kau membereskannya." Oda menyeringai.

"Apa boleh buat."

"Oi! Jangan acuhkan aku!! Aku bertanya padamu, siapa—!!!" Anak buah Oda melayangkan tinju, menghantam pipi Touma keras, tubuh pemuda tersungkur ke tanah.

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang