Part -41-

4.4K 621 259
                                    

Lampu ruang operasi masih menyala, Luca duduk di kursi tunggu di luar ruang operasi. Kemeja putihnya kotor karena darah, begitu juga dengan kedua tangannya. Jarum jam tangan yang dikenakannya menunjuk ke angka 8 malam, meski malam belum larut, namun suasana di sekitar amatlah sunyi.

Reo telah berada di dalam ruang operasi cukup lama, meski petugas medis memberi tahunya bahwa tembakan itu tidak mengenai bagian yang vital, namun pendarahan yang dialami Reo dari luka itu cukup serius.

Dalam kesunyian itu, terdengar suara derap kaki yang berlari menghampiri ruang operasi. Suara itu membuat Luca yang sedari tadi menundukkan kepalanya, berpaling ke arah suara itu. Ia melihat Aki tengah berlari menghampirinya.

Luca beranjak dari duduknya, ia menatap ke arah Aki yang semakin dekat menghampirinya.

"Luca-niisama," Aki memanggil, menatap Luca dengan mata yang basah karena air mata. Melihat Aki menatapnya dengan berlinang air mata, Luca memejamkan matanya dan menggertakkan giginya. Ia merasa amat bersalah tentang situasi mereka saat ini. "Bagaimana keadaan Reo??" tanya Aki seraya menyeka air matanya dengan punggung tangannya.

"Mereka masih merawat Reo."

Aki mengarahkan pandangannya ke pintu ruang operasi ketika mendengar jawaban Luca.

"Maafkan... karena aku, Reo harus terluka...!" ujar Luca.

Aki kembali menatap Luca, ia menggelengkan kepalanya lemah saat ia melihat air muka pria itu begitu sedih.

"Ini bukan salah, Luca-niisama... aku tahu Reo melakukannya karena ia ingin melindungi Luca-niisama. Karena itu jangan minta maaf, aku bersyukur Luca-niisama baik-baik saja." Aki menimpali. Apa yang Aki katakan adalah tulus bermaksud demikian, akan tetapi ketulusan Aki membuat Luca merasa begitu bersalah, seandainya ia tidak ragu untuk mengakhiri nyawa pria itu, Reo tak akan terluka. Tetapi perkataan Reo untuk menghentikan Luca membuat Luca sadar bahwa ia tidak dapat seenaknya melampiaskan amarahnya dan berakibat menimbulkan masalah yang besar.

Aki membuka lengannya lalu mendekat kepada Luca, ia kemudian memeluk Luca dan membuat Luca terkejut, pelukan Aki menarik kesadarannya lagi dan memandang ke Aki terkejut.

"Ini bukan salah Luca-niisama," ujar Aki.

Air mata mulai tumpah keluar dari mata biru itu, dadanya sesak oleh perasaan bersalah. Meski begitu pelukan Aki seolah menghentikan beban perasaan itu.

"Reo pasti akan baik-baik saja! Aku percaya pada Reo!" ujar Aki lagi seraya melepaskan pelukannya. "Luca-niisama? M-Maafkan aku!" Aki dengan panik membungkukkan badannya ketika melihat air mata keluar dari mata biru indah pria itu.

Luca menghela napas, ia menarik lengan Aki dan memeluk Aki. "Aku benar-benar minta maaf."

"Mhmm... ini bukan kesalahan Luca-niisama, sekarang yang terpenting adalah berharap keselamatan Reo."

Luca menganggukan kepalanya dan melepaskan pelukannya dari Aki, ia mengambil sapu tangan dari saku celananya dan menyeka air matanya dengan sapu tangan miliknya. Aki mencoba untuk tersenyum supaya Luca tak lagi merasa bersalah.

"Ah, Nagisa bagaimana? Apakah Nagisa baik-baik saja?" tanya Aki.

"Mereka juga sedang memeriksa Nagisa di sisi ruangan yang berbeda."

"Apa Nagisa terluka?" tanya Aki cemas.

"Ia tidak terluka, hanya saja mereka menyuntiknya dengan obat bius dan ia belum sadarkan diri, sekarang dokter sedang memeriksa kondisinya."

"Apa Luca-niisama tidak perlu melihat kondisi Nagisa?" tanya Aki.

"Aku tidak tahu harus bagaimana..." jawab Luca.

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang