Part -21-

3.9K 605 112
                                    

Ryou menatap arlojinya, jarum pendek arloji itu menunjuk ke angka 6. Hari ini ia membuat janji bertemu dengan Tokiya, kencan singkat yang selalu mereka buat di tengah-tengah jadwal padat Ryou.

"Haa! Haa! Haa...!"

Ryou menolehkan kepalanya ke arah samping kanan dan menemukan Tokiya berlari menghampirinya. Ryou membalikkan tubuhnya ke arah Tokiya, mengangkat satu tangannya sebagai sapa, kemudia ia tersenyum.

"Haa! Haa!"

"Hahaha, jangan bilang kau berlari dari rumah?" tanya Ryou sewaktu Tokiya telah tiba di hadapannya dengan napas terengah-engah.

"Ah, aku ketiduran! Maaf!" ujar Tokiya seraya mengatupkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya sebagai simbol maaf.

Mereka memutuskan untuk mampir ke kedai ramen, memesan dua mangkuk ramen untuk makan malam. Seraya menunggu pesanan datang, keduanya mulai mengobrol. Obrolan mereka diawali dengan kabar kesibukan masing-masing.

"Aku rasa itu bukan hal buruk," ujar Ryou.

"Aku pikir begitu, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa membagi waktu untuk kuliah dan kerja paruh waktu." Tokiya menimpali.

Seorang pelayan kedai menghampiri meja mereka dan menghidangkan pesanan mereka, mengucapkan selamat menikmati, lalu kembali ke arah dapur untuk mengambil pesanan berikutnya. Ryou mengambil sumpit, lalu menyodorkannya kepada Tokiya.

"Terima kasih," jawab Tokiya sembari menerima sumpit yang Ryou sodorkan.

"Aku pikir tak perlu tergesa-gesa, ada baiknya setelah kau mendapatkan jadwal kuliah, baru mulai memikirkan kerja paruh waktu." Ryou menimpali, ia dengan lembut meniup sebentar mienya lalu menyantap mie yang ia pesan.

"Hmm... kurasa begitu lebih baik."

"Senpai, apa kau begitu membutuhkan uang?" tanya Ryou.

"Saat ini tidak, uang saku dari Kita-san dan Nagisa-nii lebih dari cukup bagiku."

"Kalau begitu tak perlu kau pusing dengan kerja paruh waktu, bukan?"

Tokiya mengernyitkan alisnya, "meski begitu ke depannya aku memerlukan banyak biaya!"

"Bila kau dapat beasiswa, kau tak perlu butuh banyak biaya."

"......"

Tokiya menatap pemuda di hadapannya itu dengan tatapan datar, lalu ia menghela napas. "Itu untuk kasusmu, aku tidak yakin aku mampu dapat beasiswa. Kau tidak lihat berapa kali aku gagal di ujian masuk?!" Tokiya membantah seraya menodongkan sumpitnya ke arah Ryou.

"Mereka bilang orang belajar dari kegagalan, kau pun pastinya demikian, benar bukan Senpai?" Ryou tersenyum, senyuman dengan maksud tersembunyi.

"Hentikan membuatku terbebani dengan pribahasa bijak!"

"Ahahaha!"

Tokiya menggerutu pelan ketika ia mendengar Ryou tertawa.

"Oh ya, bagaimana bila aku minta tolong Reo-nii untuk mempekerjakanmu sementara di perusahaan?" tawar Ryou, tiba-tiba ia teringat tentang jabatan Reo yang dapat membantu Tokiya untuk mendapatkan pengalaman.

"Eh?!"

"Aku pikir Reo-nii tidak akan keberatan, di kantor Reo-nii kau pasti bisa mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman."

"Tungguh! Tunggu!" Tokiya menatap Ryou tak percaya. Bukannya ia tak senang dengan ide Ryou, namun ia tak ada membayangkan dirinya bekerja di sana. "Mana bisa aku kerja paruh waktu di kantor Reo-nii! L-Lagi pula mereka pasti memiliki standar!"

The Love That Find His Way [ 5 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang