Bolehkah Aku Mencintai(?)-Sebuah Kenyataan

1K 60 3
                                    

Happy reading🍃
P.s : mohon beritahu jika ada salah pengetikan ya 🍃
.
.
.
.
.
.





Disaat hati menelan kecewa. Disaat hati berkata ia terluka. Namun bibirku memilih diam.
Disaat mata mulai meneteskan satu persatu bulirnya. Namun lagi lagi bibir ini berusaha menampik dan tersenyum.
Terkadang diri ini sungguh munafik (!)

:)

***Bolehkah Aku Mencintai***
.
.
.
.
.
.
.
.

"Lepaskan Ali. Biarkan dia bahagia sama gue" ucap Anggi, matanya menatap kearahku.

Aku terdiam. Bukan! Bukan ini yang aku inginkan. Aku kesini untuk meluruskan semuanya. Mengapa jadi begitu rumit. menjauhi Ali? Aku tidak mungkin melakukan itu.

"Gi. Tapi? Kenapa? Apa hubungan ini semua sama Ali"

"Jelass!!! Jelas ada hubungannya!" pekik Anggi

"Maksud lo apa?!" entah aku tanpa sadar juga ikut menaikan nada suaraku, setengah berteriak, sehingga kami lagi lagi menjadi pusat perhatian para pengunjung cafe.

"Dia harus bertanggung jawab atas anak ini!" di berteriak didepanku. Apa maskud Anggi?

"Ja.. jadi anak itu?" aku bingung harus mengatakan apa, pikiranku benar benar terpecah. Rasa sesak yang aku rasakan juga kian menjadi.

"Ya!! Lo bener. Jadi gue mohon.. Biarkan gue bahagia! Sekali aja.. semua orang sayang sama lo! peduli sama lo! Tapi sedikitpun mereka gak tahu susahnya gue. Gue perlu Ali! Tolong, Ra! Lo jauhin dia" Anggi mencangkup kedua tangannya dia hampir bersimpuh tapi aku memegang kedua bahunya.

"Anggi plis. Jangan gini. Jangan memohon sama gue" aku juga ikut terisak bersamanya. Aku memeluk gadis itu. membiarkannya menyalurkan semua beban yang ditanggungnya.

Ya Tuhan. Aku tidak tahu harus mengambil keputusan seperti apa setelah ini. Tapi Anggi sudah cukup menderita, aku harus memikirkannya juga.

"Akan aku pikirkan" aku hanya bisa bergumam itu diselah selah keheningan kami. Selang beberapa menit, aku memutuskan untuk mengantarnya pulang.

"Kita pulang yah? Biar gue anter" ucapku

Dia menggeleng, "Gue bisa pulang sendiri"

"Lo lagi hamil. Apalagi kondisi lo lagi kaya gini, itu bahaya"

Dia nampak berpikir sebentar, tidak lama senyumku terbit saat dia mengangguk menyetujui ikut pulang bersamaku.

Tapi baru saja anggi berdiri, tiba tiba ia merasakan keram dibagian perutnya.

"Sssshh. " ringis Anggi sambil memegangi perutnya. Sontak saja itu membuatku sangat panik, mengingat saat ini Anggi tengah mengandung.

"Anggi. Hey lo gapapa kan? Kita kerumah sakit sekarang ayo gue bantu" aku berusaha memapah Anggi. Tapi gadis itu sudah terlanjut kehilangan kesadarannya, aku yang tidak kuat menahan berat tubuhnya hampir terjatuh jika saja sebuah tangan itu tidak memegang Anggi.

Ali. Pria yang membantuku menjaga agar Anggi tidak jatuh tadi. Dia menatapku tajam. Aku menatapnya bingung. Mengapa dia menatapku seperti itu?

"Shit! Lo apain dia?!" desisnya, ia mengambil alih tubuh Anggi, membawa gadis itu kedalam gendongannya. Ia segera membawa Anggi ke dalam mobil.

"Ali aku ikut ya" ucapku pada Ali. Dia menatapku sebentar, tidak lama ia berlalu dariku tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sampai mobil itu benar benar berlalu dari hadapanku pun. Aku entah kenapa masih berdiam diri.

Bolehkah Aku Mencintai(?)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang