5. Cemas

623 63 1
                                    

Agam selaku wakil ketua kelas menghampiri Elang membawa sebuah selebaran. Dengan ekspresi datar, Agam lantas menyodorkannya pada Elang.

"Apa ini?" Elang bingung.

"Setiap siswa harus memilih minimal satu ekstrakulikuler, dan sekarang lo udah jadi siswa Mandala, lo harus milih." Agam mengarahkannya.

"Lo ketua kelas?"

"Bukan, kebetulan dia izin hari ini."

Elang mengambil map itu, matanya terus memencar ke setiap bacaan olahraga yang akan dieskulkan.

"Lo di forum mana?" tanya Elang membuat Agam bingung.

"Tenis."

"Kalau gitu gue ambil forum Tenis."

"Apa? Elang mau masuk Tenis, itu kan sama kayak gue," batin Sona terus melirik Elang. Agam memperhatikannya sedari tadi dan segera menghampiri Sona.

"Pulang eskul makan bakso yuk?"

"Ikutttttt," ucap Manu dengan manja.

"Bayar sendiri lo kali ini. Gue mulu yang bayar."

"Ya elah Son. Lo kan banyak duit tuh. Sesekali traktir gue gak bakal dosa kali."

Pulang sekolah tiba, mereka tidak lantas pulang karena eskul Tenis akan di mulai hari itu. Sona, Manu dan Agam sudah berganti pakaian. Mereka lantas menuju lapangan.

"Sona." Lambaian tangan seorang Tiara membuat Sona tersenyum.

"Tia, lo bukannya forum musik ya?"

"Emm, forum musik lagi libur. Gue mau nemenin lo di sini."

Langkah kedua perempuan menghampiri mereka. Dengan wajah garang khasnya juga kecantikan natural yang dimilikinya, gadis itu lantas berdiri tegap dihadapan Tiara dan Sona.

"Udah bosen lo jadi babu gue?" Pertanyaan gadis itu membuat Tiara yang jengkel seketika berdiri tegap.

Gadis itu bernama Elsa Anindira. Gadis yang memiliki perawakan indah, siapapun gadis yang melihatnya pasti iri. Dia anak dari pemilik perusahaan terkenal yang berbasis teknologi terbesar di wilayahnya.

"Maksud lo apa?" tanya Tiara jengkel.

"Tiara, tahan emosi lo," tukas Sona.

"Oh, jadi lo lebih milih main sama cewek aneh ini, lo yakin dia itu normal? Hhh."

"Elsa jaga omongan lo. Kenapa lo gak bisa ngehargain orang? Sona udah baik sama lo, walaupun berkali-kali lo cerca dia sama omongan lo yang di luar baik itu. Lo gak bisa paksa gue berteman dengan siapapun," ketus Tiara.

"Apa lo bilang? Berani lo ya sekarang sama gue." Emosi Elsa semakin menggebu, dirinya meraih rambut dari Tiara. Sona yang merasa bingung hanya bisa menghentikan perkelahian mereka.

"Woy, woy, udah udah udah. Kalian apa-apaan sih, gak ada malunya, kan udah pada dewasa," ketus Agam.

"Elsa, lo boleh hina gue semau lo. Tapi jangan pernah memaksa hak Tiara untuk ngelakuin hal yang dia mau," ucap Sona hanya membuat Elsa semakin kesal.

"Sa udah yu Sa, nanti guru BK liat kita," ucap Lili, teman Elsa.

"Dasar cewek," celetuk Manu.

"Tiara, Sona, kalian gak apa-apa? Ada apa sih sebenarnya? Udah tau Elsa emang gitu orangnya, kenapa kalian terus tanggepin?" tanya Agam jengkel.

"Dianya aja yang selalu nyari gara-gara," jawab Tiara jengkel.

Ekstrakulikuler dimulai, terlihat seorang laki-laki tampan memakai seragam olahraga berwarna hitam, dengan gagahnya menuju lapangan. Seluruh siswa ikut tersenyum bersamaan dengan langkah seorang Elang.

"Dih tebar pesona banget tuh cowok," batin Sona.

"Gimana? Ayo mulai," ucap Elang dihadapan mereka.

Sona kali ini yang dapat permainan di awal. Mata Elang terus memperhatikan Sona yang sedang bertanding.

"Son, tangkep!" Agam melemparkan sebotol air mineral pada Sona yang berdiri di tengah lapangan. Dengan hanya sebotol air membuat Sona terus tersenyum. Sementara Manu dengan risihnya selalu didekati oleh Tiara yang mengambil kesempatan indah untuk bisa bersamanya.

"Apaan lo?"

"Nggak, emmm gimana ujian kemarin?"

"Ujian gue Ok, kan ada Sona," jawabnya tanpa ragu.

"Hemm Sona lagi, Sona lagi. Gue harus sabar demi dapet perhatian Manu," batin Tiara.

Tengah asik memukul bola, Sona kehilangan keseimbangan karena matanya terfokus pada bola. Dirinya seketika terjatuh. Lutut yang menopang tubuhnya mulai lecet, dengan sergap Agam bangun dari duduknya bersamaan dengan Manu yang lantas berlari menghampirinya. Namun, Elang datang lebih dulu untuk membantu Sona.

"Lo gak apa-apa? Apa lutut lo sakit?" Tatapan Elang yang begitu tajam membuat Sona mematung dengan tangan yang terus memegangi lututnya.

"Ini terluka." Elang memeriksa lututnya.

"Sona, ayo ke UKS," tukas Agam merangkul Sona untuk berdiri.

"Lo gak apa-apa? Apa perlu ambulan?" Manu panik sendiri.

"Heh, Sona cuma luka sedikit jauh ke usus, lo kira dia abis jatoh dalam perang, manggil ambulan," tukas Tiara.

Dengan langkah lemah, Agam membantu Sona untuk berjalan menuju UKS. Sebentar Sona melirik Elang yang terdiam karena pertolongannya telah sia-sia saat itu.

"Apa itu sakit? Pulang aja gue anter."

"Agam, gue gak apa-apa. Kenapa lo panik begitu?"




Tekan bintang di kiri bawah ges..

Voment thx❤❤❤❤
Apresiasi kalian sangat berharga.

SONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang